47: Pengaturan

167 49 2
                                    

"Kenapa harus aku?" Kim Dokja menyergah cepat.

Namun, Kim Roksu tidak memberinya celah. "Aku ada pertemuan yang harus kuhadiri dengan ayahku, tolong bantu aku kali ini saja."

Kim Roksu jarang meminta sesuatu, terlebih meminta dengan cara yang terdengar sopan. Kim Dokja jadi segan menolak. Dia melirik pada sosok dingin Yoo Joonghyuk, setelah mempertimbangkannya sesaat pemuda itu akhirnya menyetujui. "Hanya kali ini."

Han Yujin murah hati menyahut, "Biar aku yang menemanimu."

Namun, Kim Roksu kembali angkat suara. "Yujin-ah, rumah kita searah. Aku akan mengantarmu pulang. Bukannya kau bilang masih banyak yang perlu kau perbincangkan dengan Yuhyeon? Kau juga ada janji makan siang dengannya."

"Ah, kau benar ...." Han Yujin nyaris melupakan itu. Dia mengusap tengkuk lehernya merasa bersalah. "Dokja-ah, maaf. Mungkin memang baiknya kau ditemani Yoo Joonghyuk dulu."

"Kenapa kalian memutuskan segalanya seenaknya?" Yoo Joonghyuk menyela dingin. "Aku bukan sopir siapa pun."

Kim Roksu menatapnya lurus. Nada suaranya menegas, "Itu salahmu yang tidak mengembalikan buku Han Sooyoung lebih awal. Jadi bertanggung jawablah sedikit dan antar buku itu kembali."

Yoo Joonghyuk benar-benar kehabisan kata-kata di bawah tekanan Kim Roksu yang menyudutkannya.

Menilai tak ada lagi bantahan, nada suara Kim Roksu meringan saat menambahkan, "Aku rasa kita sudah sepakat. Jangan khawatir, walau rumah Han Sooyoung punya belokan yang berliku tapi Dokja punya kemampuan mengingat jalan yang baik," jelas Kim Roksu tenang. Atensinya lantas memaku pada Lee Hyunsung. "Nah, Ketua Kelas, mari kita berpisah di sini. Kuyakin kau juga punya kesibukan pribadi."

Dengan begitu, Kim Roksu berpamitan. Dia mengirim senyum sopan serta anggukan kecil terutama pada Yoo Mia sebelum berbalik pergi.

Han Yujin menyusul langkahnya buru-buru. Sepeninggal mereka dari kafe, pemuda itu bertanya cemas, "Apa tidak apa-apa membiarkan Dokja pergi bersama Yoo Joonghyuk?"

"Apa masalahnya? Mereka tidak punya hubungan seburuk yang kau kira." Kim Roksu membuka pintu mobilnya dan mendudukkan diri di balik kemudi.

"Apa maksudmu? Jadi mereka cukup akrab begitu?" Han Yujin yang datang dari pintu di sebelahnya mengernyit bingung.

Kim Roksu menyalakan mesin mobilnya. "Entahlah, soal itu urusan mereka." Dia memundurkan mobil itu kemudian memutar setir dengan lihai menuju jalan pulang. "Jangan terlalu mengkhawatirkannya, Dokja bahkan mengenalnya jauh sebelum dia mengenalmu."

Fakta baru itu mengejutkan Han Yujin. "Serius? Kalau begitu kenapa mereka berdua terlihat tidak akur selama ini?"

"Aku juga penasaran," gumam Kim Roksu.

~

Lee Hyunsung memang punya jadwal sendiri hari ini. Dia berpamitan dengan Kim Dokja setelah Kim Roksu tiada, tidak lupa mengirim senyum ramah pada Yoo Mia dan memberi anggukan pada Yoo Joonghyuk yang tidak mengubah riak ekspresi datarnya sedikit pun.

Yoo Mia menyeringai kecil ketika dia menatap kakaknya penuh binar bahagia. "Apa Roksu-oppa biasanya orang yang seperti itu? Dia jadi lebih berkarisma."

"Tidak, dia jauh lebih menyebalkan di hari biasa," balas Yoo Joonghyuk serius.

Tentunya, Yoo Mia tidak akan percaya hal itu. "Saat dia menjadi Tuan Fool, kepribadiannya cenderung lebih lembut dan perhatian. Rupanya sisi dirinya yang tegas dan dominan begini jauh lebih menarik," kekeh gadis itu terhibur dengan fantasinya sendiri.

"Omong kosong." Yoo Joonghyuk kesal membahas topik yang tak pernah berakhir ini. Dia melangkah pergi mendahului adiknya. Namun, baru beberapa langkah dia kembali berbalik dan memberi Kim Dokja tatapan dingin. "Kau ikut atau tidak?"

"Ikut." Kim Dokja buru-buru bangkit berdiri. Dia akhirnya berjalan bersisian dengan Yoo Mia yang mulai menanyainya berbagai hal seputar Kim Roksu.

~

Setelah mengantar Han Yujin pulang, Kim Roksu menyempatkan diri mengirim pesan pada Han Sooyoung, berkata jika Yoo Joonghyuk yang akan pergi mengembalikan bukunya. Dia harap gadis itu ada di rumah.

Setelah itu, Kim Roksu mengendarai mobilnya kembali menuju rumahnya. Soal pertemuan yang hendak dia hadiri bersama ayahnya, tentunya bukan kebohongan. Dia memang ada pertemuan tapi jadwalnya malam ini dan tidak begitu mendesak. Di satu sisi, Kim Roksu berpikir tidak ada ruginya dia memberi teman-temannya jalan masing-masing lantaran dia berencana pulang tidur siang.

Soal traktiran yang dipesan ibunya, dia akan mentraktir dua temannya itu nanti. Dalam hati berjanji akan membawa dua bocah itu pergi makan di restoran favoritnya.

Kim Roksu kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang tidak terlalu padat.

Di tengah perjalanan, ponselnya kembali berdering menandakan panggilan masuk. Pemuda itu tak segera menjawab karena ponselnya ada di saku celana. Baru saat ada perhentian di lampu merah, dia menarik ke luar ponselnya lantas menyambungkannya dengan navigator mobil lewat pengaturan bluetooth. Kim Roksu akhirnya menelepon kembali nomor Choi Jung Soo yang menjadi orang yang menghubunginya tadi sambil memasangkan handsfree ke telinganya.

"Ada apa?" tanya Kim Roksu selepas Choi Jung Soo menjawabnya.

"Kau di mana?"

"Perjalanan pulang."

"Habis dari mana?"

"Apa kau ibuku?" Kim Roksu merasa tidak punya kewajiban menjawabnya.

Choi Jung Soo terdengar berdecak di seberang panggilan. "Bisakah kau berkunjung ke kafe? Ada paket yang harus kau lihat."

"Siapa pengirimnya?"

"Nah, itu yang jadi masalah. Tidak ada nama pengirim atau penerima. Paketnya juga tak memiliki resi. Tampaknya ini dikirim pribadi dan diletakkan begitu saja di depan kafe tepat sebelum jam buka. Chef Vicross yang kebetulan menemukannya tergeletak."

Alis Kim Roksu mengerut samar. Firasatnya entah kenapa jadi buruk. "Sudah kau cek isinya?"

Persetujuan datang dari Choi Jung Soo. "Tentu saja, aku tak akan membiarkan barang aneh masuk begitu saja ke tempatku. Setelah dibuka isinya ternyata kaset rekaman."

"... Kaset?"

Ada jeda sejenak sebelum suara Choi Jung Soo berangsur menjadi serius. "Aku minta maaf sedikit lancang soal ini tapi aku sempat mengeceknya di laptop dan ... Roksu-ah, ini sama sekali bukan hal yang akan kau suka."

Mendengar nada temannya, Kim Roksu lekas membalas, "Aku akan ke sana." Beriringan dengan kalimatnya, Kim Roksu akhirnya membelokkan setir mobilnya ke jalan lain. "Choi Jung Soo, aku ingin rekaman CCTV wajah pengantar paketnya dan juga area parkiran. Cari tahu plat kendaraannya lalu kirimkan padaku sekarang."

.

.

.

Bersambung.

;)

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang