51: Pengakuan

163 49 9
                                    

"Yoo Joonghyuk, inilah mengapa kau tidak punya teman."

Kim Dokja mengulas senyum tipis. Dia menurunkan langkahnya satu demi satu anak tangga hingga mereka hanya terpaut satu langkah.

"Perasaan sangsi di hatimu, sikap tidak percaya pada orang lain dan berbagai asumsi negatif, semua itu tidak akan terjadi kalau kau tahu bagaimana konsep teman bekerja."

Pemuda itu menepuk lembut sisi kepala junior lamanya yang sekarang berdiri sejajar dengannya. "Teman itu dasarnya selalu membantu saat suka dan duka, menerima dirimu apa adanya tak peduli bagaimana masa lalumu. Hubunganku dengan Roksu sudah tiba di titik seperti itu."

Tatapan Kim Dokja penuh cahaya saat dia melanjutkan tenang, "Terus terang saja, aku sudah mengakui segalanya padanya. Aku sudah bilang semuanya termasuk alasanku dikeluarkan dari sekolah saat itu."

Dia sudah menguji riak air lebih dulu lewat menjatuhkan sebuah batu yang besar.

Dan Kim Roksu tetap menjadi danau yang tenang.

"Roksu tidak menghakimiku sama sekali, dia tak pernah berubah sedikit pun bahkan setelah dia tahu aku adalah pelaku perundungan yang kejamnya berhasil membuat korbannya bunuh diri." Fakta ini menanamkan lebih banyak perasaan rumit di hati Kim Dokja. Kelegaan yang bercampur dengan rasa getir.

Malam ketika dia menginap di rumah Kim Roksu kemudian menuangkan segalanya, nyatanya hari itu Kim Dokja sudah siap kehilangan seorang teman baik. Namun, di luar dugaannya, Kim Roksu tetap sama. Tidak mengomentari perbuatannya dan justru hanya menepuk kepalanya lembut sambil berkata agar Kim Dokja minum obat demamnya dan kembali beristirahat.

"Roksu itu temanku dan akan selalu menjadi temanku. Tidak akan ada yang berubah."

Yoo Joonghyuk terdiam membisu. Alur ini di luar bayangannya.

Kim Dokja tersenyum kecil. "Aku tidak memintamu untuk mengerti karena kau punya hak untuk menilai seseorang secara pribadi. Namun, kuharap ke depannya kau bisa lebih menaruh kepercayaan pada sekitarmu. Jangan terus membelenggu dirimu dalam kesepian."

Hati Kim Dokja nyatanya memahami seberapa menyedihkannya perasaan sepi itu.

"Temukanlah seseorang yang bisa kau percayai terlepas dari segalanya."

Dia yakin jika Yoo Joonghyuk memiliki teman kepercayaannya, dia pasti bisa memahami relasi yang Kim Dokja jalin dengan Kim Roksu.

~

"Ibaratnya, kau ingin aku masuk ke mulut harimau," gumam Adin tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Risiko dan hasilnya sepadan jadi kenapa tidak?"

"Apa kau tahu dalam menghadapi masalah, kau punya pola pikir yang mirip dengan Alver?" Adin angkat bahu, tampak tidak bersalah sudah menyandingkan keduanya. Dia meraih gelas minumannya yang berisi campuran soda serta sirup. "Baiklah, aku akan mencoba bergerak sesuai kehendakmu dengan satu garis bawah, kalau posisiku benar-benar terancam, aku tidak akan segan menyeret semua orang turun bersamaku."

Adin tidak senang menderita sendirian. Dia bukan tipikal orang yang rela menanggung segalanya demi orang lain.

Kim Roksu perlahan berdiri. "Lakukan sesukamu. Jika ada perkembangan situasi, hubungi aku."

Langkah Kim Roksu baru setengah jalan menuju pintu ketika Adin kembali memanggilnya, "Roksu-ah."

"Kau masih butuh hal lain?"

"Aku hanya ingin tahu, kenapa kau mau melangkah sejauh ini demi melindungi Kim Dokja? Aku mengerti jika kau berusaha menolong Sun dan memberinya tempat di sini, tapi masalah ini ... ini bukan hal sesepele itu. Kau baru saja memasukkan langkahmu ke dalam lumpur."

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang