50: Penerima

147 47 9
                                    

Choi Jung Soo mulai berasumsi, "Apa mungkin paket ini ulah nakal Sirius atau Crossman gila itu?"

Kim Roksu melirik temannya. "Tidak, mereka tidak akan melakukan sesuatu yang kekanakan begini."

"Lalu menurutmu ini perbuatan siapa?"

"Entahlah tapi yang jelas paket ini tidak ditujukan untukku." Itulah kesimpulan yang bisa Kim Roksu ambil.

"Mengapa kau berpikir begitu?" Choi Jung Soo tadinya malah berpendapat bahwa ini untuk Kim Roksu bila memikirkan keterlibatan teman dekat Kim Roksu di dalam.

Kim Roksu tidak segera menjawab, dia justru mengirim file rekaman dari flashdisk yang tertancap di laptop Choi Jung Soo ke email pribadinya. Setelah selesai, pemuda itu turut mencabut USB yang terhubung dan meminta kotak paketnya.

Choi Jung Soo berdiri mengambil kotak di atas meja kerjanya. Dia lalu menyerahkannya pada Kim Roksu, memperhatikan bagaimana pemuda itu menaruh kembali flashdisk tersebut ke dalam kotak kecil yang diisi tumpukan potongan kertas hias untuk memenuhinya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Roksu-ah."

"Apa yang harus dijawab? Bukankah sudah jelas?" Kim Roksu menutup kembali kotak itu lalu mengikat pitanya dengan rapi. "Pelaku yang memegang kamera sekaligus salah satu perundung itu, dia adalah pekerjamu."

"Apa? Bagaimana bisa? Wajahnya bahkan tidak terlihat. Rekaman CCTV di kelas terlalu kabur dan video ketiga di atap sekolah juga tidak menunjukkan wajahnya."

"Justru di situ titik ancamannya. Pengirim berencana agar pelaku cemas, dia mengirimkan rekaman video ini untuk memperingatkan agar pelaku tidak merasa semuanya sudah berakhir."

Choi Jung Soo akhirnya paham. "... Pengirim itu mencoba untuk mengusiknya, seolah-olah berkata jika dia punya video yang memperlihatkan wajah teman-temannya maka dia juga punya rekaman yang memperlihatkan wajah pelaku itu."

"Benar." Itulah yang diincar pengirim.

"Jadi rekaman ini ditujukan untuk ...?"

Kim Roksu memberikan kotak itu ke tangan Choi Jung Soo sambil menyebutkan satu nama. "Canopus."

"Itu dia?" Mata Choi Jung Soo membulat tak percaya. "Aku kira cuma sepupunya yang sinting ternyata dia juga tak beda jauh."

"Adin tidak seburuk itu."

"Apa maksudmu?"

Kim Roksu malas meladeni temannya lagi. Dia bangkit berdiri berencana pulang ke rumahnya.

Choi Jung Soo yang perlahan mengerti kalau Kim Roksu berusaha mengisyaratkan jika tindakan Adin masih terbilang mendingan dibanding Alver spontan terdiam.

Dia mau tak mau jadi berpikir, kalau yang seperti Adin sudah seburuk di video, akan jadi bagaimana kalau Alver bertindak?

Choi Jung Soo demi keamanan dirinya menolak memikirkan lebih jauh.

"Hei, Roksu! Aku belum selesai bicara denganmu!" seru Choi Jung Soo ketika Kim Roksu hendak membuka pintu.

"Apa lagi?"

"Harus kuapakan paket ini?"

"Berikan pada penerimanya."

"Kau yakin?"

Kim Roksu menatap Choi Jung Soo lelah. "Kalau paket itu tidak sampai ke tangan penerima, pengirim akan terus mengusik kafemu."

Itu masuk akal. "Apa aku perlu menangkap pengirim itu?"

"Jung Soo, ini bukan urusanmu. Jangan melibatkan diri lebih jauh," tegas Kim Roksu. "Adin itu tidak bodoh, dia akan mencari cara untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi jadi tutup saja matamu kali ini. Katakan padanya kalau kau tak peduli urusan pribadi pekerjamu."

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang