"Han Yujin, wali kelas memanggilmu."
Setelah kelas 2-4 kembali dari aula seusai menghadiri upacara kelulusan kelas tiga, Lee Hyunsung selaku ketua kelas menghampiri Han Yujin.
"Oke." Han Yujin yang sedang mengobrol dengan Yoo Myeongwoo segera berhenti, dia berpamitan lalu beranjak pergi.
Kim Dokja yang sedang duduk membaca komik sekilas melihat punggung Han Yujin meninggalkan kelas. Pemuda itu menggumamkan kalimat heran, "Yujin belakangan dipanggil terus ke ruang guru." Dia berbalik menatap Kim Roksu yang tidak sedang melakukan apa-apa selain melamun memandang ke luar jendela. "Roksu-ah."
Kim Dokja harus mengetuk meja lebih dulu agar atensi Kim Roksu akhirnya beralih. Pemuda itu entah mengapa memberinya perasaan jika dia sedang memikirkan sesuatu yang berat. Sudah berapa hari belakangan dia tampak melamun begitu?
"Ada apa?" tanya Kim Roksu.
Sejujurnya, Kim Dokja jadi ingin bertanya apa Kim Roksu punya masalah? Tapi dia berpikir lagi itu bukan tempatnya untuk mencari tahu. Jadi Kim Dokja hanya mengutarakan niat awalnya. "Apa Han Yujin membuat masalah tanpa sepengetahuanku?"
"Apa maksudmu?"
"Bukankah itu aneh? Dia jadi sering dipanggil wali kelas. Memangnya apa lagi tujuannya?"
Kim Roksu punya dugaan tapi dia menjawab pertanyaan tersebut lewat sebuah dalih yang terdengar masuk akal, "Mungkin karena nilainya bermasalah."
"Kau ... benar. Nilai ujiannya terakhir kali parah sekali. Anak itu memang tak niat mengerjakannya apa? Kenapa nilainya jadi semakin jatuh?" decak Kim Dokja. "Mungkin ada baiknya dia yang kau ajari bukan aku."
Dia mengatakannya secara spontan lalu melupakannya dengan cepat. Tak butuh waktu lama sampai Kim Dokja kembali sibuk dengan bacaan komik di tangannya.
Kim Roksu untuk beberapa alasan tidak bisa diam saja. Dia beranjak bangkit bangun lalu membawa langkahnya pergi.
"Hei, mau ke mana?" tanya Kim Dokja menoleh.
"Ke kamar kecil."
Kendati begitu, langkah Kim Roksu tidak lurus menuju kamar kecil melainkan berbelok naik ke tangga. Dia berencana pergi mengecek ke ruang guru. Kim Roksu sudah biasa mondar-mandir di ruang guru. Banyak guru yang senang meminta tolong padanya jadi keberadaan Kim Roksu yang membuka pintu ruang guru kelas dua dan membungkuk sopan pada beberapa guru di sana dianggap normal.
Meja wali kelasnya berada di sudut dekat jendela. Wali kelasnya Cho Youngran merupakan wanita berusia pertengahan tiga puluh. Kim Roksu melangkah mendekati meja wali kelasnya, dia bisa melihat Han Yujin belum menyadari kedatangannya karena pemuda itu sedang mengatakan beberapa hal pada wali kelasnya.
Saat mendekat, Kim Roksu bisa mendengar Cho Youngran bertanya, "Ini terakhir kalinya aku mempertanyakan keputusanmu, apa kau sungguh tak berniat mengubah pikiranmu? Aku paham kondisimu tapi siswa Han Yujin, menyerah sekarang bukan tindakan yang bijaksana untuk masa depanmu."
"Saya sudah memikirkannya matang-matang dan pikiran saya tidak akan berubah. Saya berterima kasih atas niat baik dan perhatian Guru Cho, saya berharap Anda bisa mengerti dan menerima keputusan saya."
Cho Youngran menggeleng pelan, dia masih sangat berat hati melepaskan siswanya yang satu ini. Walaupun nilai Han Yujin agak kurang tetapi kepribadiannya sejauh ini sangat baik. Dia tidak bermain-main di kelas dan selalu berusaha memperhatikan ajaran gurunya, dia juga dikenal sebagai anak yang ramah dan punya banyak teman. Han Yujin merupakan siswa yang sopan dan penuh inisiatif tinggi untuk membantu orang-orang di sekitarnya.
Sebagai guru sekaligus wali kelas, Cho Youngran tidak ingin membiarkan anak ini menyerah, dia berpendapat Han Yujin masih punya kesempatan untuk mengejar dan belajar.
Atensi Cho Youngran sejenak bergeser pada kehadiran seorang siswanya yang lain. "Siswa Kim Roksu, apa kau butuh sesuatu?"
Punggung Han Yujin tersentak mendengar nama itu, dia menoleh terkejut mendapati Kim Roksu entah sejak kapan sudah ada di belakangnya. Sejauh mana pemuda itu sudah mendengar masalahnya?
Kim Roksu mendekati meja Cho Youngran. "Anda meminta saya mengabari jika orang tua saya pulang. Hari ini mereka tiba di Korea. saya cuma ingin menyampaikan itu pada Guru."
"Kalau begitu, bisakah kau memberikan ini pada orang tuamu?" Cho Youngran menarik sebuah amplop putih dari lacinya. "Aku ingin mereka atau salah satunya datang mengatur pertemuan pribadi denganku semester depan."
"Baik, saya akan menyampaikannya."
Cho Youngran kemudian beralih menatap Han Yujin. "Pikirkanlah lagi, jika kau belum mengubah keputusanmu sampai semester baru dimulai, aku akan mengurus pengunduran dirimu. Sekarang kembalilah."
Han Yujin membungkuk sopan dan Kim Roksu juga mengikutinya. Keduanya pun berjalan pergi meninggalkan ruang guru tanpa sepatah kata. Keheningan yang berat menggantung di antara mereka. Han Yujin menggigit bibir bawah tahu bahwa dia tidak bisa lagi mengelak atau menyembunyikan masalah ini dari teman semejanya.
Ada banyak kata yang ingin Han Yujin utarakan tapi semuanya tertahan di tenggorokannya. Rasanya begitu berat untuk menyatakan niat aslinya lalu mengucapkan perpisahan. Padahal dia tidak mau meninggalkan kesan buruk pada teman-temannya terutama Kim Roksu yang sudah dua tahun duduk di sampingnya.
"Han Yujin." Kim Roksu menghentikan langkahnya. Di tangan kanannya tergenggam surat dari sekolah untuk orang tuanya.
Han Yujin sendiri akhirnya berhenti, dia berbalik menghadapi pemuda itu. Dalam hati meneguhkan dirinya untuk menjelaskan alasan pengunduran dirinya dengan jujur.
Namun, Kim Roksu tidak memberinya kesempatan sama sekali.
"Aku tidak punya hak untuk mengatakan ini padamu, aku tak pernah berdiri di atas sepatumu dan tidak tahu rasanya menjadi dirimu."
Itulah kenyataannya dan Kim Roksu tidak menampik hal itu.
"Aku mengerti semua yang kau lalui pasti tidak mudah, untuk tiba di titik ini, kau sudah menjalani berbagai hal yang mungkin tak jarang membebani hatimu. Namun ... selain memikirkan dirimu sendiri, pernahkah kau melihat sesuatu dalam sudut pandang orang lain?"
"Kau tidak mengerti, Roksu-ah. Aku ... aku melakukan ini untuk adikku. Yuhyeon dia ...."
"Dia membutuhkan dukungan, bukan begitu? Dia membutuhkan sandaran dan karena kau adalah kakaknya dan satu-satunya yang dia miliki jadi dia adalah tanggung jawab penuhmu." Kim Roksu sangat paham hal itu.
Pernyataannya membuat Han Yujin terdiam.
Kim Roksu menggeleng, tertawa lirih penuh tatapan perendahan. "Jangan terlalu naif. Kau pikir karena kau adalah kakaknya jadi kau pantas untuk mengorbankan dirimu?"
Dia membawa langkahnya mengikis jarak dengan temannya. Tidak ada senyum di wajahnya dan tiada pula sisa jejak keramahan, selain pandangan dingin yang baru kali ini Han Yujin sadari bahwa tatapan seperti itu rupanya bisa Kim Roksu layangkan padanya. "Han Yujin, kau benar-benar orang paling egois dan tidak tahu diri yang kukenal."
.
.
.
Bersambung.
:')
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
Fiksi PenggemarKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...