"... Host Cafe?"
Han Yujin terperangah. Sekarang dia mengerti mengapa dia tidak menemukan seseorang yang mengenakan pakaian pelayan biasa. Gadis yang menyambutnya di pintu tadi bahkan dibalut penampilan menarik.
"Tapi aku di bawah umur ...," gumam Han Yujin pelan.
Nirvana mengembuskan napas tak percaya. Dia menoleh ke arah Choi Jung Soo, memasang ekspresi dramatis yang berlebihan. Anak ini pikir mereka sindikit terlarang apa? Sampai anak di bawah umur tak boleh diperbolehkan menginjak kaki di sini?
"Kim Roksu tidak memberitahumu?" Choi Jung Soo pikir Han Yujin sudah tahu tempat apa ini sampai dia begitu percaya diri datang dengan kedua kakinya sendiri.
"Tidak ...."
Nirvana menyeringai tipis. "Seperti yang diharapkan dari Kim Roksu." Dia selalu membiarkan orang lain mencari tahu sendiri tanpa memberi penjelasan lengkap, sungguh kebiasaan buruk.
"Duduklah lebih dulu, waktuku tidak banyak," sahut Nirvana memotong hawa berat di ruangan. Dia mendorong bahu Han Yujin agar duduk di kursi depan cermin rias. "Pertama, ini tidak merugikanmu jadi diam saja, mengerti?"
Choi Jung Soo menepuk bahu pekerjanya. "Kuserahkan dia padamu," ujarnya melepas sisa tanggung jawab.
"Manajer, setidaknya beri aku bayangan harus kuapakan dia?"
"Roksu bilang aku bisa mempercayakannya padamu."
"Hidupmu sungguh disetir Kim Roksu, ya?"
Choi Jung Soo menoleh tajam. Alih-alih marah, dia membalas jengkel, "Kenapa? Kau mau bergabung juga? Aku akan menanyakannya pada Roksu apa dia bisa menjadi penasihat bersama." Pemuda itu membuka pintu Ruang Putih lalu beranjak pergi dengan bantingan suara berdebum.
Tak lama setelahnya, pintu itu kembali terbuka menampilkan sosok seorang wanita jangkung berambut merah gelap yang mengedarkan pandangan heran. "Ada apa dengan Manajer? Mukanya kusut sekali," gumamnya meletakkan deretan tote bag yang berisi tiga set pakaian serta berbagai aksesoris yang diminta Manajer.
"Selir kesayangannya baru saja mundur dari harem," desis Nirvana tak kalah jengkel.
Nirvana meraih kain hitam, mulai melingkarkannya ke tubuh Han Yujin yang tampak sudah memproses perannya dan menerima kenyataan jika dia sudah menandatangani kontrak menjadi seorang Host.
"Oh, benarkah? Apa Sirius akhirnya dilengserkan?" Wanita itu jadi semakin bersemangat mendengarnya.
"Rose, Aku tak berbicara soal Sirius bajingan itu, aku membahas si Fool!" decak Nirvana semakin merasa kesabarannya diuji dengan kehadiran rekan kerjanya.
"Tuan Fool mengundurkan diri? Kenapa tidak Sirius saja?"
"Ya Tuhan, Moon Hyuna. Enyahlah dan kalau kau mau Sirius pergi, usir dia dengan tanganmu sendiri!" bentak Nirvana.
"Ada apa denganmu? Aku yang sedang haid kenapa kau yang lebih sensitif dariku?" Wanita berjulukan Rose alias Moon Hyuna tak kalah membentak.
Han Yujin menundukkan kepalanya tampak seperti jamur kecil yang tidak tahu mengapa dirinya berakhir menjadi saksi pertengkaran orang lain.
"Dan lagi jangan menyebut Tuan Fool sebagai selir, kau menodai kehormatannya," protes Moon Hyuna.
"Lantas aku harus menyebutnya apa?"
"Tentu saja beliau adalah Yang Mulia Permaisuri!" tukas Moon Hyuna memasang wajah paling serius.
Keheningan menyusup di antara mereka.
Hingga kemudian Nirvana menghela napas tak percaya lalu menggeleng diiringi tawa rendah. "Kau benar, aku salah. Tuan Fool adalah Yang Mulia Permaisuri nan Agung." Nirvana setuju, sosok Kim Roksu yang mendominasi memang paling cocok disandingkan dengan gelar Permaisuri.
Moon Hyuna menyeringai bangga. Wanita jangkung itu merangkul rekan kerjanya akrab. "Jadi, katakan padaku, kenapa Tuan Fool mengundurkan diri? Apa dia berencana merusak keseimbangan harem? Atau ini bentuk protes sebab pengaruh selir Sirius semakin melonjak?"
"Kau pikir dia peduli dengan itu? Biar Sirius menangis tersedu, dia tidak akan meliriknya sama sekali."
"Ah, kau benar. Permaisuri kita memang sedingin itu, memisahkan dirinya dari kesenangan duniawi. Tak setitik pun hal di dunia ini bisa mengusik dirinya."
Nirvana mendengus geli, suasana hatinya sedikit membaik berkat guyonan Moon Hyuna.
"Kim Roksu sungguh akan membunuhmu kalau dia mendengar semua itu."
"Memangnya dia bisa? Dia tidak ada di sini sekarang."
"Berita malang bagimu, anak ini adalah teman sekelasnya," balas Nirvana penuh senyum seraya menunjuk ke arah Han Yujin.
Senyum percaya diri Moon Hyuna perlahan menghilang. "Kau bercanda, kan?"
"Terus terang, kau diminta membawa pakaian baru, bukan? Nah, sepertinya itu semua untuk anak ini. Dia adalah teman Kim Roksu sekaligus merupakan penggantinya."
Moon Hyuna langsung bergegas ke depan Han Yujin. "Maafkan kata-kataku, tolong lupakan semuanya dan jangan beritahu Kim Roksu. Aku bisa mampus kalau dia dengar." Kim Roksu benci sekali disebut Permaisuri bahkan dibandingkan dengan Sirius, meskipun konotasinya bercanda. "Dia seram sekali kalau marah."
Han Yujin tersentak tiba-tiba wajah seorang wanita asing mendekat ke arahnya. Aroma wangi menguar mencapai penciuman Han Yujin, membuatnya jadi sedikit gugup. "Kim Roksu ... bisa marah?" Han Yujin lebih tidak percaya itu terjadi.
Nirvana menarik bahu wanita muda itu. "Sudahlah, sana minggir. Aku harus memulai pekerjaanku." Sedari tadi dia disela terus. Keberadaan Moon Hyuna hanya menjadi distraksi baginya.
Moon Hyuna mencebik, tidak melawan karena tahu membagi prioritas. Dia menarik langkah mundur membiarkan Nirvana mulai meraih gunting rambut yang tersedia di atas meja.
Nirvana menatap pantulan wajah Han Yujin di cermin, dia menundukkan wajahnya hingga sejajar di sisi wajah Han Yujin sembari berkata, "Rambutmu sudah cukup panjang menutupi tengkuk, kapan terakhir kali kau memangkasnya?"
"Em kurasa musim semi tahun lalu?"
Tangan Nirvana menyentuh ujung rambut pemuda itu. "Siapa yang memotongnya?"
"Adikku yang membantuku. Dia juga yang memilihkan model ini untukku."
Nirvana memperhatikan potongannya terhitung cukup rapi tampak dilakukan dengan hati-hati.
"Sebenarnya ini potongan yang cukup cocok untukmu," gumam Nirvana mengakui selera adik Han Yujin. "Tapi kurang menonjolkan wajahmu."
"Menurutku, kau tak perlu banyak mengubahnya, rapikan saja sedikit. Terutama poninya yang berantakan itu. Jika untuk menonjolkan aspek wajahnya, kita bisa memolesnya menggunakan riasan," sahut Moon Hyuna yang kini sibuk membongkar isi tote bag yang dia bawa sebelumnya.
Nirvana berpikir saran itu bisa diterapkan jadi dia menyetujuinya. "Baiklah, mari kita lakukan begitu."
Setelah memutuskan, Nirvana tidak lagi membuka mulut. Sepenuhnya fokus melakukan tugasnya sedang Han Yujin hanya mampu memejamkan mata berharap semua ini segera berakhir.
.
.
.
Bersambung.
Biar kurangkum.
Death: Kim Namwoon
Justice: Jang Hayoung
World: Nirvana Moebius
Rose: Moon Hyuna
Fool: Kim Roksu
Ada Sirius dan Canopus serta Anyelir yang sudah disebutkan tapi nantikan saja kemunculan mereka secara pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
FanficKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...