28: Naif

225 60 7
                                    

Kim Dokja yakin ada sesuatu yang tidak benar di sini.

Dia menemukan bahwa Kim Roksu yang tak pernah sekali pun membolos sekolah selama dua tahun ini, untuk pertama kali meninggalkan kelas sebelum waktunya. Tidak peduli bagaimana Kim Dokja berteriak mau ke mana pemuda itu membawa tas? Atau bagaimana Lee Hyunsung mencegahnya di depan pintu, Kim Roksu mengabaikan segalanya.

Lee Hyunsung tertegun. Ini kali pertama tangannya ditepis oleh Kim Roksu. Sikap dingin pemuda itu berhasil membuatnya takut untuk sesaat. Lee Hyunsung yang kemudian berusaha memahami jika suasana hati teman kelasnya sedang mendung, lantas dengan bijaksana memberi Kim Dokja pemahaman agar tak menyusul pemuda itu.

"Mungkin dia sedang butuh waktu sendiri, biarkan saja untuk saat ini." Lee Hyunsung merasa Kim Roksu tidak ingin diganggu sekarang.

"Apa yang salah dengannya?" decak Kim Dokja tak habis pikir. Beberapa menit lalu, Kim Roksu masih terlihat cukup normal.

Tak berselang lama, Han Yujin kembali ke kelas. Pemuda itu sadar tas Kim Roksu tidak ada lagi di kursinya. Kedatangan Kim Dokja yang mengeluh atas sikap ganjil Kim Roksu memberi Han Yujin lebih banyak perasaan rumit.

~

Hari itu, Han Yujin tidak bisa mengenyahkan emosinya yang berantakan. Dia jadi tak fokus saat bekerja hingga tak sengaja menabrak Justice yang sedang membawa senampan minuman. Insiden itu berakhir mendapat teguran dari Choi Jung Soo. Berkali-kali, pemuda itu meminta maaf atas sikapnya dan berkata dia tidak akan mengulanginya lagi.

Melihat sosoknya yang tak seperti biasanya membuat Choi Jung Soo menyuruh Han Yujin pulang lebih awal untuk beristirahat.

Han Yujin sudah menolak, bersikeras dia masih bisa melanjutkan pekerjaannya tapi ketegasan Choi Jung Soo menciutkannya.

"Pulanglah dan benahi pikiranmu juga tata kembali ekspresi wajahmu itu. Jangan buat aku mengulangi perkataanku."

Han Yujin akhirnya dengan patuh membungkuk lalu pamit pulang.

Tak ada yang bisa dilakukannya lagi.

Pemuda itu memeriksa jam di layar ponselnya. Pukul delapan malam. Semenjak dia mulai bekerja, Han Yuhyeon jarang berada di rumah dan lebih sering main ke rumah temannya. Han Yujin tak mempermasalahkan itu, dia pikir wajar anak remaja ingin pergi bergaul. Terlebih menurutnya bagus jika adiknya punya banyak teman.

Hari ini dia dipulangkan lebih awal, Han Yujin baru akan mengirim pesan untuk mengabari adiknya ketika dia teringat kembali kata-kata Kim Roksu.

"Apa pernah kau bertanya pada Han Yuhyeon bagaimana perasaannya? Apa yang ingin dia lakukan? Pernahkah kau sekali pun mencoba mendengarkan apa yang sungguh adikmu dambakan dalam hidupnya?"

Setelah mempertimbangkannya sejenak, Han Yujin berpikir mungkin ada baiknya dia tidak mengusik adiknya dulu.

Semakin dipikir, rasanya kalimat Kim Roksu tidak salah. Mungkin benar, sebagai kakak dia sudah bersikap terlalu egois. Keraguan perlahan menyusupi Han Yujin, menggoyahkan pendiriannya.

"Tidak, aku tak bisa meragukan keputusanku sendiri." Han Yujin menggeleng berusaha mengumpulkan kembali keping-keping kepercayaan dirinya yang retak akibat rentetan serangan verbal dari Kim Roksu.

Kim Roksu salah.

Temannya sudah keliru.

Han Yujin yakin. Dia amat percaya kalau dirinya sudah benar dan kata-kata Kim Roksu tidak bisa dibenarkan sama sekali.

Oleh karena itu, Han Yujin pulang dengan hati yang berusaha dilapangkan. Dia singgah ke supermarket, membeli beberapa bahan makanan juga daging. Han Yujin ingin memasak makanan yang enak untuk adik laki-lakinya. Dia juga tak lupa memilihkan cemilan yang Han Yuhyeon senangi. Han Yujin sudah tidak sabar menemukan senyuman adiknya nanti ketika Han Yuhyeon pulang dan menemukan berbagai macam makanan yang dibuatkan khusus untuknya.

Suasana hati Han Yujin meningkat hanya dengan memikirkan skenario ke depannya.

Dia menenteng belanjaannya di sepanjang jalan setelah naik bus. Dua blok dari sini, kamar sewanya bisa ditemukan. Han Yujin cukup nyaman dengan lingkungan sekitar, termasuk sebuah taman bermain anak-anak yang sering dia lewati tiap pulang sekolah. Saat sore hari, banyak anak-anak yang akan berlarian di taman tersebut.

Sekarang sudah malam jadi taman itu pasti tak memiliki penghuni. Han Yujin baru akan berbelok dan melihat taman di depan ketika dia menemukan di bawah lampu jalan dekat taman, sosok jangkung adiknya sedang berdiri.

Han Yujin sangat mengenali perawakan adiknya bahkan jika pemuda itu berada di bawah cahaya yang remang. Satu seruan sapa akan meluncur dari bibirnya tapi tertahan ketika Han Yujin menemukan sesuatu yang tidak pernah disangkanya akan dilakukan oleh adik kesayangannya.

Han Yuhyeon yang berdiri di bawah lampu taman sedang memegang ponselnya menggunakan tangan kiri dan menghisap sebatang rokok di tangan kanan.

Seseorang kemudian datang menghampiri pemuda itu.

Melihat pemandangan itu, Han Yujin kembali menarik langkahnya mundur. Dia tidak tahu kenapa dia bersembunyi seperti ini. Namun, lagi-lagi sebuah suara menyusupi benaknya.

Pandangan penuh perendahan Kim Roksu melintas dalam memorinya. "Kau sama sekali tidak mengenal adikmu sedikit pun."

Han Yujin memperhatikan adiknya berbagi beberapa kata dengan lawan bicaranya. Keduanya lalu berjalan pergi bersama, tampaknya Han Yuhyeon sedari tadi sedang menunggu pemuda berambut hitam yang asing itu. Mereka pergi ke arah lain, menjauhi tempat di mana Han Yujin masih berpijak.

Han Yujin melanjutkan langkahnya sedikit gontai. Dia membuka kunci kamar sewa mereka tapi tidak menemukan sosok Han Yuhyeon di dalam. Han Yujin meletakkan kantung belanjaannya ke dekat dinding. Kecemasannya meningkat.

Dia selalu memberi adiknya ruang privasi jadi Han Yujin tak pernah sibuk peduli pada apa yang adiknya lakukan. Dia tak mau mengekang adiknya jadi dia memberi lebih banyak kebebasan pada Han Yuhyeon sebab percaya adiknya akan selalu menjadi anak yang baik.

Sekarang, semua pendirian itu musnah.

Han Yujin membuka lemari adiknya, dia mulai membongkar barang-barang Han Yuhyeon. Betapa terkejutnya dia menemukan di dalam tumpukan pakaian itu ada berbagai pakaian yang tidak dikenalinya. Han Yujin tidak bodoh lagi. Selama dia bekerja sebagai Host, dia jadi tahu membedakan merek dan mengenali harga barang.

"... Dari mana Yuhyeon mendapatkan semua ini?"

Han Yujin melihat ke sekitar pada berbagai pakaian bermerek mewah yang satu buah saja bisa setara gajinya setahun.

Tidak hanya itu saja, Han Yujin membongkar tas sekolah adiknya dan berbagai barang pribadi milik Han Yuhyeon. Dia tidak tahu lagi harus memasang ekspresi apa ketika dia menemukan bungkusan rokok hingga sebuah buku rekening yang menyimpan angka tabungan bernilai fantastis atas nama Han Yuhyeon.

Dalam satu hari singkat, Han Yujin merasa dinding yang dia bangun susah payah runtuh begitu saja. Dia tak tahu lagi mana yang hitam dan mana yang putih.

Dia tidak mengenali lagi mana adiknya yang sebenarnya.

Kim Roksu benar.

Dia benar-benar naif selama ini.

.

.

.

Bersambung.

Kalau aku di posisinya, aku benar-benar akan jatuh karena kecewa.

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang