46: Urusan

151 47 1
                                    

Kim Roksu memandang layar ponselnya setelah panggilan diputus sepihak oleh Yoo Mia. Dia menghela napas sebagai reaksi tak berdaya atas sikap gadis muda itu.

"Maaf, terlambat. Ini jaketmu." Lee Soo Hyuk datang menyerahkan satu tote bag kertas berwarna coklat pada juniornya. "Sejujurnya, aku tidak tahu itu jaket mahal. Waktu pergi nongkrong tempo hari dengan teman-temanku, salah satu dari mereka lupa membawa jaket dan cuaca malam itu cukup dingin jadi aku meminjamkannya, berhubung dia perempuan dan harus pulang sendiri malam-malam. Dia yang kemudian bilang padaku kalau jaket ini ternyata mahal sekali."

Lee Soo Hyuk benar-benar tidak enak karena dia sudah memperlakukan jaket mahal itu dengan serampangan. Kalau dia tahu memang seberharga itu, Lee Soo Hyuk pasti berpikir dua kali untuk menawarkan jaketnya pada senior perempuannya waktu itu.

Kim Roksu melirik singkat. "Bukannya aku bilang tidak perlu dikembalikan?"

"Mana mungkin bisa begitu, ambillah. Aku benar-benar terbebani kalau menyimpannya." Lee Soo Hyuk mendorong tote bag itu ke dalam dekapan juniornya.

Melihat harga aslinya yang fantastis, Lee Soo Hyuk punya tiga dugaan: mungkin Kim Roksu mendapatkannya sebagai hadiah, bisa juga entah bagaimana Kim Roksu membelinya lewat hasil kerja kerasnya atau jangan-jangan juniornya yang satu ini berasal dari keluarga berada.

Setelah pertimbangan hati-hati, Lee Soo Hyuk menyimpulkan itu adalah yang pertama. Pastilah jaket mahal ini merupakan hadiah. Mustahil Kim Roksu dari keluarga berada mengingat seberapa keras dia bekerja.

"Jadi, ini baru dikembalikan oleh perempuan itu?" tanya Kim Roksu pelan.

"Iya, jangan khawatir dia sudah mencucinya." Itu sebabnya Lee Soo Hyuk menarik Kim Roksu bersamanya masuk lebih dalam ke area kampus. Namun, Kim Roksu enggan berjalan lebih jauh jadi dia menunggu di depan fakultas hukum sepanjang waktu, menunggu Lee Soo Hyuk kembali.

"Aku mengerti, Sunbae." Kim Roksu menerimanya sebab dia tahu jika berdebat panjang dengan Lee Soo Hyuk tak akan ada gunanya. "Kalau begitu aku kembali lebih dulu."

"Tentu." Lee Soo Hyuk memberinya tepukan terakhir di bahu sebelum Kim Roksu beranjak pergi.

Kim Roksu membawa langkahnya kembali menuju lapangan, berniat menjemput Han Yujin agar bisa pergi bersama menemui Kim Dokja.

Soal urusannya dengan Yoo Joonghyuk, itu adalah masalah baru.

Sebelumnya, sewaktu dia menunggu Lee Soo Hyuk masuk mencari perempuan yang dipinjaminya jaket, Kim Roksu yang menunggu di luar gedung fakultas mendapat pesan baru.

Pesan itu datang dari Han Sooyoung, isinya meminta Kim Roksu mengembalikan buku biografi yang terakhir kali dipinjamnya, yang mana buku itu sialnya tidak ada di tangannya. Tugas sejarah terakhir merupakan tugas kelompok dan buku itu dipegang oleh Yoo Joonghyuk selaku rekan sekelompoknya.

"Aku tidak perlu repot menemuinya jika dia memberiku nomornya," geram Kim Roksu memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.

Semua ini harus dihadapinya karena Yoo Joonghyuk menolak membagikan nomor pribadinya. Tiap mengingat fakta ini, Kim Roksu masih menyimpan geram karena sudah ditolak beberapa kali bila dia meminta nomor pemuda itu padahal niatnya hanya untuk kepentingan tugas.

Belum lagi alasan bodoh yang dikatakan Yoo Joonghyuk padanya, katanya mereka tidak dekat dan Yoo Joonghyuk tak mau memberi nomornya pada Kim Roksu yang dia labeli 'sembarang orang'. Sering kali Kim Roksu ingin mengembuskan napas berat tiap kali menyadari betapa tidak masuk akalnya sikap Yoo Joonghyuk padanya jika sudah menyangkut kecemburuannya.

"Bukan salahku kalau orang-orang yang disayanginya dekat denganku."

~

Kim Dokja dalam hati berharap Kim Roksu atau Han Yujin ada di sini karena dia terperangkap situasi paling canggung. Satu meja dengan Yoo Joonghyuk beserta gadis yang baru diketahuinya adalah adik perempuan Yoo Joonghyuk rasanya seperti mimpi yang tidak menyenangkan.

Lee Hyunsung datang setelah hampir sepuluh menit keheningan. Dia memecah senyap lewat menaruh satu gelas plastik kopi dingin ke depan Kim Dokja. Dia memesan untuk dibawa pulang jadi pelayan kafe tidak memberinya minuman dalam bentuk gelas kaca. Mendapati kehadiran Yoo Joonghyuk, senyum Lee Hyunsung merekah.

"Oh, Yoo Joonghyuk. Kebetulan sekali kita bertemu di sini," sapanya ramah. Lee Hyunsung secara otomatis mengambil kursi di samping Kim Dokja sekaligus berhadapan tepat dengan seorang gadis cantik yang fitur wajahnya mirip dengan teman sekelasnya. "Ini ...."

"Aku adiknya, Yoo Mia," jawab Yoo Mia jujur.

"Aku Lee Hyunsung, teman sekelas kakakmu," tukas pemuda itu mengulurkan tangan yang disambut oleh Yoo Mia.

Di tengah basa-basi keduanya, suara desisan datang dari Kim Dokja yang refleks menarik atensi semau orang di meja itu.

"Hyunsung-ah, kau tidak salah pesan, kan?"

"Ada apa?"

"Apa ini? Kenapa rasanya pahit sekali? Aku 'kan minta frappe cappucino dengan caramel sauce."

Lee Hyunsung mengangkat minumannya sendiri. Gelas minuman yang disediakan kafe kebetulan memiliki kertas merek yang menutupi sebagian besar minuman sehingga warna minuman mereka yang dasarnya mirip jadi sulit dibedakan. "Apa mungkin tertukar?"

Kim Dokja merampas minuman di tangan Lee Hyunsung yang belum disentuh kemudian mencicipinya. "Ini baru benar." Dia mendorong kopi yang pahit itu kembali ke tangan Lee Hyunsung.

"Maaf, aku tidak teliti."

Lee Hyunsung merasa itu kesalahannya jadi dia tidak keberatan menerima minuman yang sudah lebih dulu diteguk Kim Dokja. Dia tak juga mau repot-repot mengganti pipet.

Kening Yoo Joonghyuk mengerut samar. Dikuncinya sosok Lee Hyunsung yang menyesap minuman miliknya tanpa merasa ada yang salah. Tidak tahan melihatnya, dia bangkit berdiri ingin pulang.

"Oppa, mau ke mana? Kita belum bertemu Roksu-oppa!"

"Aku sibuk, ada urusan. Lain kali saja," balas Yoo Joonghyuk menepis tangan adik perempuannya.

"Kau itu benar-benar tidak sabaran." Kim Roksu menyahut lelah. Dia sudah mendekati meja tersebut dengan langkah panjang. Di belakangnya, Han Yujin mengikuti sambil berlari kecil.

"Ah, Roksu-oppa!" Yoo Mia bangkit berdiri, spontan menyeringai gembira.

"Mia, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" sapa Kim Roksu tersenyum tipis. "Maaf, aku jadi membuatmu menunggu lama."

"Tidak, tidak sama sekali! Oppa, ayo duduk di sini." Gadis muda itu menarik kursi lain yang kosong di sampingnya, sebuah tindakan yang mendapat tatapan teguran dari kakaknya.

"Aku tidak akan menahan kalian, toh kakakmu sepertinya sedang diburu waktu." Kim Roksu melempar senyum penuh arti pada Yoo Joonghyuk. Matanya tak lupa dengan sengaja melirik pada Kim Dokja yang sibuk menyesap minumannya dan tidak berpikir semua kejadian ini ada kaitan dengannya. "Dokja-ah."

"Apa?" Kim Dokja menoleh bingung saat namanya mendadak dipanggil.

"Kau tahu rumah Han Sooyoung, bukan?"

"Kenapa dengan itu?"

Senyum Kim Roksu semakin dalam saat dia memberi perintah, "Tolong bantu aku mengembalikan buku Han Sooyoung ke rumahnya. Yoo Joonghyuk akan mengantarmu karena buku itu ada padanya."

.

.

.

Bersambung.

Heheh.

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang