Han Yujin sangat gembira mendapat tanggapan baik dari teman Kim Roksu. Dia tak lupa mengabari hal itu pada Kim Roksu dan berterima kasih atas kesempatan bagus ini. Akibat terlalu senang, Han Yujin tidak bisa menahan mulutnya dan bercerita banyak hal pada adik laki-lakinya.
"Pekerjaan paruh waktu?"
"Iya, Roksu yang merekomendasikannya padaku. Aku juga sudah mengobrol dengan pemilik kafe itu, dia berkata kalau aku bisa mulai datang bekerja besok. Mulai dari jam lima sampai jam sepuluh malam," pungkas Han Yujin mengurai senyuman lebar.
Han Yuhyeon yang sedang sibuk memasang tali sepatu ke sepatu futsalnya yang baru kering setelah dijemur seharian menanggapi ringan, "Begitukah?"
"Mn, aku cuma bekerja lima jam sehari selama hari Senin sampai Jum'at. Tiap Sabtu dan Minggu dapat libur."
Han Yujin meragu sejenak karena tak berani bertanya pada pemuda bernama Choi Jung Soo perihal gaji tapi dia percaya itu pasti bukan angka yang kecil karena Kim Roksu bilang penghasilannya termasuk lumayan.
"Yuhyeon, setelah aku menerima gaji pertamaku nanti, mari kita beli seragam baru. Kau tumbuh terlalu cepat setahun ini, saat naik kelas nanti kau harus terlihat lebih tampan di hadapan adik kelasmu," tukas Han Yujin memandang sosok jangkung adiknya. Sekarang, adik kecilnya punya tinggi yang telah melampauinya. Realitas ini membuat hati Han Yujin jadi tak berdaya.
Han Yuhyeon memandangi binar harapan yang besar di mata kakaknya dan dia kesulitan menolak. Mengingat pekerjaan ini datang dari Kim Roksu, Han Yuhyeon dapat sedikit tenang.
"Aku tidak membutuhkannya, seragamku yang sekarang masih bagus. Hyung sendiri sudah mau naik kelas tiga, dibanding aku jelas Hyung yang lebih butuh seragam baru."
Han Yuhyeon ingin agar kakaknya membeli seragam baru terutama baju olahraga. Walau dahulu tinggal bersama Paman dan Bibi tetapi keuangan mereka sangat terbatas, nyaris tercekik. Alhasil, Han Yujin mendapatkan pemberian seragam dari tetangga yang putranya pindah sekolah ke luar negeri. Han Yuhyeon tidak mau lagi melihat kakaknya mengenakan pakaian bekas.
Namun, Han Yujin mengibaskan tangannya. "Aish, justru karena aku lebih tua darimu jadi waktuku tidak banyak lagi di sekolah itu."
"Hyung, kau tidak berpikir untuk berhenti sekolah lagi, kan?"
Han Yujin tidak mau mereka bertengkar lagi jadi dia dengan cepat menggeser topik. "Oh, hari ini aku mampir ke rumah Roksu. Kau tahu, ternyata Roksu itu tak seperti yang kita bayangkan. Dia rupanya dari keluarga kalangan atas!"
Han Yuhyeon merasa pahit mendapati kakaknya berkelit dari pertanyaannya. Dia enggan mendengarkan soal Kim Roksu sebab Han Yuhyeon sudah tahu dari lama jika pemuda itu bukan orang biasa.
Dia yakin Kim Roksu belum menyadari jika dirinya pernah memergoki seniornya itu turun dari mobil yang dikendarai secara pribadi. Awalnya, Han Yuhyeon berpikir dia salah lihat tapi penampilan Kim Roksu hari itu terlalu jelas dan amat berbeda dengan Kim Roksu yang biasanya. Han Yuhyeon tidak mudah ditipu, meski gaya busana dan tatanan rambut Kim Roksu diatur sedemikian rupa, bahkan jika dia menggunakan kacamata, Han Yuhyeon segera tahu itu Kim Roksu teman kakaknya.
Mata Han Yuhyeon tidak bisa dibohongi. Dia sangat ahli membedakan merek berkualitas tinggi dan yang bukan. Kemampuan ini didapatkannya lewat pengalaman sejak SMP hingga duduk di bangku SMA saat ini. Han Yuhyeon selalu mempertahankan pijakannya di tengah siswa-siswi unggulan yang kelebihan uang untuk dihamburkan. Dia sengaja membaurkan diri di antara orang-orang bodoh itu yang tak pernah ragu mengeluarkan dompet mereka untuk memenangkan atensi Han Yuhyeon.
Tentu saja, Han Yuhyeon tidak percaya mentah-mentah penglihatannya tentang Kim Roksu. Dengan demikian, lewat koneksi kuat beberapa temannya, dia mulai menelusuri latar belakang Kim Roksu.
Kenyataan yang didapatkannya memang tak terbayangkan.
Kim Roksu adalah putra angkat keluarga Henituse yang menjadi pemilik salah satu perusahaan bisnis real estate terbesar di ibu kota.
Sosok seluar biasa itu rupanya selalu menyimpan profil rendah di sekolah. Han Yuhyeon menyadari potensi besar Kim Roksu, itu sebabnya dia menghampiri pemuda itu dan meminta bantuannya. Han Yuhyeon sengaja bertindak lemah juga menyuarakan betapa kakaknya begitu kagum pada kerja keras Kim Roksu agar Kim Roksu lebih bersimpati pada kondisi Han Yujin.
Sejauh ini, semuanya berjalan lancar. Sesuai yang Han Yuhyeon duga, Kim Roksu punya koneksi yang tinggi, dia dengan mudah menggiring Han Yujin mendapatkan pekerjaan paruh waktu yang menjanjikan tanpa sedikit pun membuat Han Yujin curiga. Setidaknya, meski Han Yujin belum menarik keputusannya secara bulat, untuk saat ini sudah cukup selama kakaknya mendapatkan jaminan ketenangan hati demi menutupi kesulitan keuangan mereka.
Seiring waktu, Han Yuhyeon ingin menunjukkan jika dia juga mampu membiayai dirinya sendiri sehingga Han Yujin tidak perlu repot mengorbankan masa depannya.
"Ternyata Roksu-sunbae punya sisi begitu ...." Han Yeohyeon sengaja bereaksi terlambat untuk menunjukkan keterkejutannya selama mendengar cerita Han Yujin.
"Iya, kan? Aku benar-benar kaget. Selama ini dia selalu terlihat sangat sederhana. Sejujurnya, ini masih sedikit mengganjal untukku mengapa dia sampai bekerja sekeras itu? Kupikir Roksu itu tipikal orang yang enggan buang-buang tenaga tanpa alasan."
Han Yuhyeon menunduk, dalam hati dia berpikir apa pun alasannya itu tidak penting. Namun, hal yang ke luar dari mulutnya merupakan kalimat yang secara halus mempengaruhi kakaknya. "Itu termasuk asumsi, apa yang Hyung pikirkan belum tentu benar, bukan?"
Han Yujin setuju omongan adiknya masuk akal. "Kau benar, mungkin aku yang keliru menilai karakternya."
.
.
.
Bersambung.
Sejak awal aku menyebutkan Han Yuhyeon anak yang dewasa, dia bukan anak yang polos. Di cerita asli juga begitu, kan? Dia nyatanya melakukan berbagai hal gelap di balik bayang demi melangkah naik dan mempertahankan posisinya sebagai pemimpin.
Aku suka hitam-putih karakternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
FanfictionKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...