"Aku menyerah. Benar-benar menyerah." Han Yujin menaruh kepalanya di atas meja, dia sudah pasrah dengan nasib nilainya.
Di depan kursi Han Yujin, Kim Dokja mengunyah permen karet tampak tidak peduli. Sudah cukup sepanjang waktu ini Kim Roksu menyeretnya belajar, dia sudah muak sampai tak mau lagi memikirkan hasil ujiannya. Itu kesalahannya mengatakan pada ibunya bahwa dia sedang belajar untuk ujian, berkat mulut longgarnya, wanita itu setelah pulang dari luar kota tetap mendesak agar putranya pergi belajar bersama Kim Roksu.
Menjengkelkannya lagi, ibunya pergi menelepon Kim Roksu secara langsung jadi Kim Dokja tidak bisa melarikan diri dan berbohong pada teman sekelasnya.
"Mau?" Kim Dokja mengulurkan sebuah permen karet rasa mint ke arah Han Yujin yang tentu tidak ditolak oleh pemuda itu. "Omong-omong, bagaimana pekerjaanmu?"
Han Yujin membuka bungkusan permen itu, dia terdiam sejenak lalu melirih, "Semua orang sangat baik padaku."
Dia tidak berbohong sama sekali.
Choi Jung Soo bukan atasan yang tegas, dia tidak pernah menuntut ini-itu dan membiarkan semua Host-nya bekerja senyaman mereka. Pemuda itu hanya meraung marah kalau ada Host yang tidak mengikuti aturan. Sejauh ini, target semburan Choi Jung Soo selalu menjadi Sirius.
Lalu ada Nirvana dan Moon Hyuna. Keduanya bak senior yang menjaganya sepenuh hati. Nirvana memang senang mengomel, mengkritik jika Han Yujin salah dalam bertindak atau melakukan sesuatu yang dianggap Nirvana tak perlu, tapi semua yang dilakukannya berniat baik. Han Yujin selalu mendengarkannya dengan patuh dan mengingat arahan pria itu agar dia tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Sikap yang demikian sebenarnya membuat Nirvana jadi tak bisa memarahinya lebih jauh.
Moon Hyuna berkesan santai, dia yang selalu merangkul Han Yujin untuk pergi makan malam atau beristirahat saat waktunya istirahat. Wanita itu sangat ramah dalam membantu Han Yujin berbaur dengan para pekerja lain.
"Minggu lalu, Rose-sunbae mengajakku jalan-jalan. Aku tak enak menolak jadi ikut saja. Rupanya dia disuruh Manajer membeli beberapa set pakaian untuk pelanggan. Kafe kami ternyata rutin memberi hadiah pada beberapa tamu istimewa tiap bulannya," ungkap Han Yujin menceritakan pengalamannya.
Ketika dia menjelaskan, Kim Dokja dan Kim Roksu yang memperhatikannya justru menemukan kalau senyum di wajah pemuda itu terukir lebih cerah. Dia benar-benar terlihat menikmati pekerjaannya.
"Karena katanya selera pakaian World-sunbae paling bagus jadi Rose-sunbae juga mengajaknya bersama. Mereka bahkan memilihkanku beberapa pasang untuk kukenakan secara pribadi."
Han Yujin benar-benar tidak enak saat itu tapi tak ada yang peduli padanya dengan pendapatnya. Dua seniornya itu seolah mendapatkan kesenangan sendiri dari mendandaninya.
Moon Hyuna dengan terang-terangan tertawa gembira, dia berkata Han Yujin tidak perlu khawatir soal biaya karena wanita itu menggenggam black card milik Choi Jung Soo. Han Yujin yang tahu fakta itu justru semakin merinding takut kena marah manajernya, tapi kedua seniornya enggan meributkan itu.
Nirvana bahkan dengan santai pergi membeli parfum yang harganya membuat Han Yujin melongo saat melihat jumlah angka nol di belakangnya.
Kim Roksu yang mendengar cerita itu akhirnya buka suara. "Kau tahu keluarga Choi?"
"Itu nama keluarga yang umum," sahut Kim Dokja tak mengerti.
"Coba pikirkan lagi, apa kalian sungguh tidak pernah mendengar nama keluarga Choi di televisi? Artikel atau media mana pun?"
Karena Kim Roksu menekankan itu, Kim Dokja pun ikut menggali lebih dalam ingatannya. Di satu sisi, Han Yujin tampak semakin bingung sebab dia tak punya televisi dan hampir tak pernah menggali artikel.
Karena teman Kim Roksu pastilah bukan orang biasa, jadi Kim Dokja mencari di antara jajaran orang penting yang sering dilihatnya muncul dalam layar televisi. "... Apakah Choi ini merujuk kepada keluarga Choi yang menjadi pemilik Geom Corporation?"
"Bingo."
Kim Dokja terperangah. "Sungguhan? Jadi Choi Jung Soo ...."
"Dia putra sulung keluarga itu."
"Persetan, dia generasi kedua dan anak sulung?" Itu artinya, perusahaan itu suatu saat akan diwariskan ke tangan Choi Jung Soo.
Han Yujin yang tidak tahu apa-apa bertanya penasaran, "Geom Corporation? Apa itu?"
"Anak ini, masa kau tidak tahu Geom Corp? Kau pergi belanja di sana tapi tidak tahu kalau mall itu dipegang orang tua manajermu?"
"Hah? Mall yang kau maksud ...."
"Pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota 'kan punya keluarga Choi. Tidak hanya itu, mereka memiliki berbagai cabang supermaket dan jika aku tidak salah ingat, mereka juga memegang sebuah hotel bintang lima."
Han Yujin membulatkan matanya. Sekarang dia paham kenapa Moon Hyuna menyebut tugas itu sebagai jackpout dan Nirvana yang kerap hidup terjadwal justru datang meski Moon Hyuna mendadak memanggilnya di akhir pekan. Rupanya karena mereka berdua tahu jelas sebanyak apa pun uang yang mereka belanjakan, di mata Choi Jung Soo itu tidak ada artinya sama sekali.
Netra Han Yujin segera memaku lekat ke arah Kim Roksu. "Bagaimana kau bisa mengenal orang seluar biasa dirinya?"
"Ayahku pemegang saham di perusahaannya," gumam Kim Roksu datar seolah itu bukan hal yang besar. "Kami dulu sering bertemu di perjamuan khusus kolega."
Pertemanan di antara mereka mengalir secara alami. Mungkin karena Choi Jung Soo sudah muak melihat sekelompok anak generasi kedua yang keangkuhannya selangit, jadi ketika melihat Kim Roksu yang menatap seisi dunia seolah semua kemewahan tak ada hubungannya dengan dirinya, Choi Jung Soo pun berinisiatif mendekatkan diri. Lambat laun, entah bagaimana mereka jadi teman dekat. Soal pertemanan mereka, pada awalnya hal itu diklaim sepihak oleh Choi Jung Soo. Butuh waktu sampai Kim Roksu mau mengakui jika pemuda yang selalu mengekorinya itu merupakan temannya.
Kim Dokja berdecak kagum, Han Yujin sendiri masih melongo atas fakta yang baru diketahuinya. "Lalu kafe itu ...."
"Jung Soo mendirikannya karena dia bosan dan butuh hiburan," jelas Kim Roksu menebak tepat apa yang ingin ditanyakan oleh temannya.
Kim Dokja menarik napas dingin. "Orang kaya kalau bosan memang beda, ya."
"Maksudmu ... kafe itu sepenuhnya milik Manajer Choi?" tanya Han Yujin terperangah.
"Bukannya aku sudah mengatakannya waktu menawarkanmu pekerjaan? Jangan tertipu dengan gelar Manajer yang dia gunakan. Bocah itu pemilik, pendiri sekaligus pemegang kekuasaan utama di tempat itu," gumam Kim Roksu. Dia tak lupa menambahkan, "Ah, soal ini mungkin cuma Rose, World, Sirius, Canopus dan Anyelir yang tahu."
Sebagian besar Host di sana mengira Choi Jung Soo benar-benar manajer belaka yang ditugaskan mengatur kafe, sebab Choi Jung Soo sendiri tidak suka menampilkan dirinya di media dan keluarga Choi sangat menghargai privasi anak-anak mereka sehingga wajah Choi Jung Soo pun tidak dikenali sebagai putra konglomerat. Itu sebabnya para pekerja yang tidak tahu apa-apa menganggap ada seorang investor besar di balik megahnya kafe tersebut tanpa tahu Choi Jung Soo adalah penguasa absolut.
.
.
.
Bersambung.
Choi Jung Soo memanfaatkan privilege-nya dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
FanfictionKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...