60: Konflik

81 33 5
                                    

"Kau sudah gila?"

Han Yujin mengusap lehernya pelan. "Apa masalahnya?"

Tepat setelah bel jam pulang sekolah berbunyi, Kim Dokja menarik lengan Han Yujin secara paksa, separuh menyeret pemuda itu di sepanjang koridor yang ramai. Dia membawa Han Yujin ke samping gedung yang lebih sepi untuk berbincang empat mata.

"Kau masih berani bertanya apa masalahnya?" Nada Kim Dokja mulai meningkat.

"... Apa kau tidak bersimpati melihatnya? Sampai sekarang dia tidak punya teman."

"Ah, makanya kau jadi pahlawan kesiangan mencoba sok perhatian padanya?"

"Dokja-ah, kau kelewatan."

"Kau yang kelewatan." Kim Dokja mendorong kening Han Yujin geram menggunakan jari telunjuknya. "Aku tahu kau anak yang bodoh tapi apa perlu sebodoh ini?"

Han Yujin menepis tangan temannya. "Apa dia pernah menyakitimu? Apa dia pernah melakukan hal buruk padamu? Aku tidak mengerti mengapa semua orang harus mengucilkannya padahal dia tidak melakukan sesuatu yang buruk pada kita."

"Han Yujin." Kim Dokja menarik kerah pemuda itu, kesabarannya habis sudah. "Apa dia baik atau tidak padamu, memangnya itu penting? Kau hanya perlu ingat seberapa baik Roksu memperlakukanmu."

"Roksu pasti akan mengerti niatku! Dia bukan orang yang berhati sempit dan menghasut semua orang membenci apa yang dia tidak sukai."

"Sialan, buka matamu! Dia mengerti dirimu bukan berarti kau bisa bertindak seenaknya tanpa memikirkan perasaannya!" Kim Dokja mendorong Han Yujin hingga punggung temannya membentur dinding. "Kau itu tolol atau egois?"

Kim Dokja sangat berang melihat tingkah Han Yujin yang peduli pada orang lain tapi tidak memikirkan hati temannya sendiri.

"Han Yujin, jangan membuatku mesti memukulimu agar kau sadar di mana tempatmu berdiri."

"... Kim Dokja, bukankah kau yang dulu sering bilang padaku untuk tak menaruh prasangka pada orang lain? Bahkan jika dia terlihat jahat di masa lalu, tak berarti dia akan terus menjadi orang jahat," desis Han Yujin geram.

Tangan yang menahan kerah Han Yujin perlahan melemah.

Han Yujin memanfaatkan momen itu untuk menyadarkan pemuda itu tentang opini pribadinya. "Roksu bahkan tak pernah bercerita pada kita perihal masalahnya, kita tidak pernah tahu mana yang hitam dan putih. Mengapa harus menghakimi orang lain secara sepihak saat kita sendiri tidak tahu kebenaran di baliknya?"

Kim Dokja tidak tahan lagi. Dia mengangkat tangannya memukul kepala Han Yujin cukup keras menggunakan telapak tangannya. "Kau lancang sekali meragukan temanmu sendiri."

Namun, Han Yujin tak merasa keberatan dengan itu. Dia memegang sisi kepalanya yang sedikit sakit. Pukulan Kim Dokja yang ini jelas tidak bermaksud bercanda.

"Aku minta maaf kalau aku berkesan meragukan temanku sendiri tapi aku tetap tidak mau menutup mata pada kesulitan orang lain."

"Terserah padamu, lakukan yang kau suka. Itu 'kan yang mau kau dengar dariku?" Kim Dokja mengetatkan rahangnya. Dia menarik napas berat, memendam kembali amarahnya lantas berbalik pergi sambil memaki, "Berengsek."

Dia kesal sekali melihat tingkah sok baik temannya. Kenaifan itu memang sejak awal tidak cocok bersanding dengannya. Jika bukan karena Kim Roksu selalu berdiri di tengah, Kim Dokja tak pernah mau berurusan dengan Han Yujin yang tak akan mengerti bagaimana dunia busuk ini bekerja.

Han Yujin sendiri terpaku memandangi punggung Kim Dokja yang berangsur menjauh mencipta jurang di antara mereka.

~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang