10: Basket

438 109 3
                                    

"Kim Roksu! Apa kau kura-kura? Kenapa melompat saja tidak bisa?" Seruan nyaring Namgung Minyoung menggema ke seisi lapangan.

Han Yujin menahan tawa menyaksikan seberapa kusut wajah temannya. Guru olahraga mereka merupakan mantan atlet voli nasional dan pernah menjabat sebagai kapten tim di masa mudanya, tentunya Guru Namgung merupakan sosok yang amat tegas.

"Ulangi! Dan perbaiki postur tubuhmu!"

Kim Roksu mengembuskan napas berat, dia tidak suka kegiatan ini. Lee Hyunsung yang berdiri di samping keranjang bola basket mengoperkan satu bola lain ke tangan pemuda itu.

Kelas 2-4 sedang diminta melakukan lemparan tiga poin secara bergantian. Setiap siswa diberi tiga kesempatan.

Ini adalah percobaan kelima Kim Roksu sebab dia gagal terus mencetak poin.

"Berhenti tertawa, kau juga bakal tahu rasa kalau sudah disuruh maju," tegur Kim Dokja memberi lirikan tajam pada Han Yujin.

"Oh, ayolah! Aku jauh lebih jago darinya kalau cuma melempar bola ke dalam ring." Han Yujin tidak membual tanpa alasan. Hobinya bermain basket jadi dia cukup ahli dengan kegiatan semacam ini. "Roksu benar-benar payah soal olahraga," dengusnya geli menyaksikan bagaimana Kim Roksu mencoba melompat dengan kaku tapi bola itu tetap meleset terlalu jauh sampai-sampai Namgung Minyoung menatap tak percaya.

Tawa Han Yujin kembali pecah.

Kim Dokja tidak punya energi meladeninya, dia beranjak maju mengambil giliran melempar berikutnya. Secara pribadi Kim Dokja memungut bola basket yang berguling di pinggir lapangan. Pandangannya sedikit mengabur. Pemuda itu perlu sekuat tenaga untuk melangkah ke tengah lapangan. Dalam hati dia bersyukur bahwa mereka tidak disuruh terlibat dalam permainan tim.

Namgung Minyoung meniup peluit menandakan Kim Dokja bisa memulai.

Mata Kim Dokja memicing memandang ring basket. Dia menekuk sedikit lututnya lantas melompat tinggi dan mendorong bola basket itu ke ring. Bola tersebut berputar sejenak di lingkaran ring sebelum jatuh dengan mulus menghasilkan tiga poin.

Namgung Minyoung mengangguk puas.

Pemuda itu kemudian menoleh ke samping hendak meminta bola lain dilemparkan padanya. Namun, dia dikejutkan sebab Lee Hyunsung entah sejak kapan sudah berdiri di sisinya membawa dua bola. Ketua kelas dengan rajin menyerahkannya langsung ke tangannya.

"Kau tak perlu sampai berjalan ke sini," desis Kim Dokja berpikir tindakan Lee Hyunsung berlebihan.

Lee Hyunsung hanya tersenyum membalasnya, tak menampilkan kekhawatirannya yang berpikir Kim Dokja mungkin kesulitan menangkap operan bola dari pinggir lapangan. Melihatnya dari dekat begini, Lee Hyunsung semakin yakin pemuda ini memang tidak sehat. Suhu ruangan tidaklah panas justru lebih sejuk tetapi peluh memenuhi kening Kim Dokja, pun wajahnya sedikit memerah serta bibirnya lebih kering dan pucat dari biasanya.

Kim Dokja melakukan lemparan kedua, bolanya memantul di pinggir ring gagal mencetak poin. Dia mendesis tak senang dengan hasil itu.

"Itu nyaris saja," gumam Lee Hyunsung dari samping. Dia memberi bola terakhir ke tangan pemuda itu.

Kali ini Kim Dokja berusaha lebih fokus. Dia berhasil mencetak angka tiga poin yang sempurna.

Dua dari tiga. Itu bukan hasil yang buruk. Pemuda itu pun meninggalkan lapangan dengan senyum tipis. Sayangnya, kesenangan itu tidak singgah lama setelah denyut yang menusuk di kepalanya. "Ah, sial. Kepalaku makin sakit."

"Nice shot!" Han Yujin menyambut kedatangannya dengan bangga.

"Aku kembali lebih dulu," tukas Kim Dokja melewati teman-temannya begitu saja.

"Eh?"

Kim Roksu sigap menahan bahu Han Yujin yang hendak menahan kepergian Kim Dokja. "Kau belum menyelesaikan giliranmu," ujarnya tenang mengisyaratkan remaja tersebut agar kembali fokus ke depan.

Diam-diam Kim Roksu memberi tatapan penuh arti ke Lee Hyunsung, mengirim pernyataan tak terucap agar Ketua Kelas menutupi kepergian pemuda itu dan bisa mengendalikan situasi andai Namgung Minyoung menyadari salah seorang siswanya meninggalkan kelasnya di tengah jam pelajaran.

Lee Hyunsung mengangguk kecil tanda dia mengerti.

Kendati demikian, tidak hanya mereka berdua yang terus memantau kondisi Kim Dokja.

Seseorang yang mendapati Kim Dokja meninggalkan lapangan gegas membawa langkah menyusul.

~

"Persetan." Kim Dokja mengutuk marah. Satu tangan kirinya bertumpu ke dinding koridor. Kepalanya terasa begitu berat dan sekujur tubuhnya panas bukan main.

Dia memotivasi tungkainya agar terus bergerak menuju ruang kesehatan. Dalam hati bersikeras jangan sampai dirinya tumbang di sini. Namun, seberapa kuat pun dia meneguhkan hati, faktanya tubuhnya tidak mampu lagi mendukung tekadnya. Pandangan pemuda itu semakin mengabur, jalan lurus di depan mata tampak membentuk cabang yang tak terhitung jumlahnya. Seluruh dunia menjadi hening seiring kegelapan menyerbu datang mengurungnya.

"Dokja!"

Han Sooyoung menghambur ke arah sosok pemuda yang ambruk ke lantai. Gadis itu diserang panik luar biasa lantaran merasakan kening Kim Dokja yang panasnya begitu menyengat.

"Dokja-ah! Kim Dokja!" Han Sooyoung mengguncang bahunya pelan. Tidak ada jawaban sama sekali.

Menggertakkan gigi, Han Sooyoung bangkit berdiri. Dia tidak berpikir dua kali untuk berlari kembali menuju ruang olahraga, hendak mencari bantuan pada siapa saja. Sebelum mencapai gedung, mata Han Sooyoung menemukan sosok jangkung seorang pemuda yang membawa tumbler perak di tangan kanannya tampak baru saja kembali dari mengisi air.

Cepat-cepat, gadis itu menarik lengan pemuda tersebut. "Tolong aku! Bantu! Di sana—"

Yoo Joonghyuk tak senang disentuh, spontan dia menepis tangan Han Sooyoung. Tatapannya mendingin memperingatkan agar gadis itu menjauh darinya.

Namun, kepanikan Han Sooyoung membuat rasa takutnya menguap. Dalam benaknya hanya menggema cara agar seseorang membantu temannya. "Tolong! Kumohon, Kim Dokja pingsan! Bantu aku, kumohon." Gadis itu kembali menarik lengan pemuda itu. Sepasang matanya kini digenangi likuid tampak seolah ingin menangis saat itu juga. Dia benar-benar takut sesuatu terjadi pada Kim Dokja.

Kening Yoo Joonghyuk mengernyit. "Di mana?"

"Di koridor sana!" Han Sooyoung berlari lebih dulu, langkah gesitnya disusul oleh Yoo Joonghyuk.

.

.

.

Bersambung.

Eh, ada yang baca novel The S-Classes That I Raised gak? Aku mau nanya apa ada yang tahu chapter berapa Gyeol (anak yang mirip Hyunjae tapi kepribadiannya persis Yujin) muncul?

Aku sudah obrak-abrik spoiler tapi gak nemu, dengar-dengar pas dungeon bawah tanah di Jepang? Itu tepatnya chapter berapaaa aaa mau lihat Gyeol :(

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang