IV

70 5 0
                                    

Setelah beberapa Menit melakukan makan siang, keluarga habib Munzir dan ustadz fajar duduk di sofa ruangan ndelam. Setelah makan siang, Tira dan Fajri memutuskan untuk pergi ke kampus karena ada jam kuliah mendadak, sedang Irshad langsung menuju kelas, karena hari ini Irshad yang akan menggantikan jam belajar Fajri.

Setelah beberapa menit menunggu kedatangan Mahesa, sahabat dari habib Munzir dan ustadz fajar. Akhirnya Mahesa datang bersama istri dan anaknya, yang ada diruangan itu langsung mempersilahkan mereka masuk, eila dan bilkis langsung menuju dapur untuk membuat minuman dan cemilan untuk mereka santap.

"Silahkan di minum" tawar eila langsung meletakkan nampan di meja dengan satu persatu gelas itu eila letak di hadapan mereka

"Iya" bals Nafisah tersenyum

"Ada apa?? Katanya ada yang pengen di omongin?" Tanya habib Munzir memulai obralan

"Kelihatan nya serius nihh" sahut fajar ikut nimbrung

Mahesa hanya terkekeh mendengar tanggapan kedua sahabatnya. sejak tadi, lekukan wajah Zia terlihat jelas, Nafisah melihat raut wajah sang anak hanya bisa tersenyum memaklumi saja, bagaimana pun sejak di mobil Zia udah bad mood.

"Kalau beneran gue di masukin ke pesantren, gue beneran dikutuk sama orang tua gue, bagaimana gue keluar! kalau tadi aja pak satpam galak gitu. Aahhh.... Gue bete, ini semua gara gara tu anak yaa, awas aja!!" Gerutu Zia dalam hati sambil dengan membuang wajah keselnya

"Kedatangan kami kesini, ingin membawa anak kami Zia untuk tinggal beberapa bulan di pesantren, jika Zia berbuat kekacauan di dalam pesantren ini, mohon tegur saja. Dan Saya mohon didik anak kami dengan baik di pesantren ini" tutur Mahesa

"Kami akan mendidik anak kamu, sebagai mana kami mendidik anak kami sendiri, dan mohon maaf ketika tegur kami terlalu keras, tapi ini aturan dari pesantren yang kami terapkan" bals habib Munzir

"Kami akan tenang menitip anak kami di pesantren ini, ketimbang kami membebaskan nya di luaran sana" sahut Nafisah

"Siapa nama nya??" Tanya ustadz fajar pada Zia

Zia yang tadi celengak celenguk menatap sekitar, akhirnya tidak menanggapi pertanyaan dari ustadz fajar, hal itu membuat Nafisah membisik kan nya.

"Zia! Ditanya tuu. Yang sopan kamu" tegur Nafisah dalam bisikan nya

"Apa tadi??" Tanya Zia seakan berbicara selayaknya sebayanya

"Astagfirullah!!" Eila dan bilkis menatap kaget saat mendengar kalimat itu, sambil mengusap dadanya

"Zia!!" Tegur Mahesa menatap wajah Zia tatapan tajam

Melihat hal itu, membuat Zia memutar bola matanya kesel.

"Nak Zia, kalau mau lihat lihat pesantren boleh silakan" ujar ustadz fajar

Tanpa membalas, Zia Langsung keluar tanpa permisi. Empat orang itu hanya bisa mengelus dadanya sabar, sedang Mahesa dan Nafisah mengurung malu, karena belum bisa mendidik anak perempuan nya di jalan yang baik.

"Maaf yaa" ucap Nafisah gak enak hati

"Gak papa" bals eila tersenyum.

/\/\

Setelah beberapa menit, akhirnya Mahesa dan Nafisah berpamitan untuk pulang kepada habib Munzir dan ustadz fajar beserta sang istri nya. Sedangkan Zia masih sibuk mengelilingi lingkungan pesantren yang kini sudah membuka jilbab nya, Zia juga menatap acuh sekitar yang menatap kearah nya, tanpa peduli Zia berjalan menuju asrama satriwan.

"Astagfirullah!" Kaget Irshad saat Zia sudah tiba di hadapan pintu

Melihat itu, Zia tersenyum ramah kepada Irshad, dengan itu Zia mengulur tangan di hadapan Irshad. Dengan tatapan sinis, Irshad pergi meninggalkan Zia begitu saja, Hal itu membuat Zia kesel.

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang