Arsyad dan Zia sudah berada di dalam mobil menuju rumah orang tua Zia, sebelum pergi mereka berpamitan kepada orang tua Arsyad, tapi Arsyad tidak berpamitan kepada kedua Adek nya, Arsyad tidak mau melihat perdebatan lagi setelah Zia dan Tira bertemu.
Selama perjalanan, Arsyad dan Zia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan tatapan Zia terus menatap sekitar jalanan, dan Arsyad masih fokus menyetir mobil nya.
Setelah beberapa menit akhir, Zia yang memutuskan untuk mengeluarkan suara, setelah Zia melihat cafe di perjalanan nya tadi.
"Kita ke cafe sebentar ya aa"
Kalimat Zia membuat Arsyad sontak menatapnya kaget, entah dengan panggilan atau nada bicara. Yang jelas tatapan Arsyad terus menatap tak percaya.
"Boleh kan?" Tanya Zia lagi seakan memohon
"Boleh, mau cafe mana?" Bals Arsyad cepat dengan penuh semangat
"Cafe...?" Sambil berpikir Zia juga menatap sekilas "karena tadi cafe sudah lewat, cafe di perempatan jalan aja, di sana ada cafe. gak kalah bagus dari sana, boleh ya?"
Tanpa berpikir Arsyad langsung mengiyakan ke mauan sang istri. Tepat di depan cafe Arsyad langsung menghentikan mobilnya, Tanpa izin Zia malah keluar dari mobil, hal itu membuat Arsyad sontak terdiam. Apakah mood perempuan bisa berubah secepat itu? Pikir Arsyad yang binggung menatap Zia.
Dan Arsyad juga langsung turun dari mobil nya dengan mengejar Zia yang sudah dulu masuk. Tiba di meja, Zia langsung pamit kepada Arsyad untuk pergi ke toilet.
"Mau ke toilet dulu" dingin Zia langsung pergi meninggalkan Arsyad
Arsyad yang melihat hal hanya terdiam, mau mengatakan tidak, Zia pun udah jauh.
"Astagfirullah!! Sabar Arsyad" sesekali Arsyad mengelus dadanya
"Gak salah sihh, kalau Irshad gak mau nikah. Orang mood ya kegitu, Tira aja gak kegitu, astagfirullah...! Ngapain sihh Arsyad" Arsyad langsung beristighfar setelah bergerutu tak jelas.
/\/\
Tiba di wastafel, Zia menatap pantulan dirinya di cermin dengan tatapan kesel. Sesekali Zia teriak kesel sendiri, tapi tidak bisa ia luap kan.
"IIHHH..... AAHHKKK! HANCUR! SEMUANYA HANCUR, KENAPA SIH GUE SIAL BANGET, UDAH SALAH NIKAH! Di HAKIMI! TERUS_? GUE PULANG KE RUMAH YANG SUDAH MEMBUAT GUE SIAL!! BRENGSEK!!" Omel Zia terus menerus
Di toilet cewek, ada seorang perempuan yang keluar menuju wastafel sambil mencuci tangan nya, sesekali perempuan itu melirik kearah Zia yang penuh emosi.
"Lagi ada masalah?" Tanya perempuan itu santai
"Ya menurut Lo!" Ketus Zia menatap perempuan itu
"Kenalin, aku Fitriani hasiffa putri Assegaf. Panggil aja Pipit" kata perempuan itu memperkenalkan dirinya
"Terus? Ngapain Lo memperkenalkan diri Lo, gak penting banget" ketus Zia memutar bola matanya tak suka.
"Astagfirullah..." Pelan Pipit yang mendengar ketusan Zia
"Gak baik kegitu, kalau ada masalah lebih baik kamu sholat, curhat sama Allah, meminta" nasehat pipit dengan lembut
"Emang Allah dengar? Lihat aja gak" bals Zia
"Allah SWT selalu ada di hati kita, Allah lebih suka kalau umat nya memohon, emang kita tidak melihat nya tapi Allah maha melihat apa yang kita kerjakan" tutur Pipit sambil mengelus pundak Zia lembut
Zia hanya terdiam sambil merenung perkataan Pipit barusan, seakan menyentuh hati nya.
"Tapi kenapa Allah tidak mempersatukan gue sama cowok gue!" Tanya Zia tapi masih dengan emosi
"Sini! Kita duduk dulu!" Pipit menarik tangan Zia untuk duduk sambil ngobrol sejenak.
Tanpa bantalan Zia ikut duduk di salah satu meja yang tak jauh dari toilet dan cukup terlihat oleh Arsyad yang sedang menunggu kedatangan Zia.
"Allah baik, Allah tidak akan mempertemukan sepasang kekasih kalau tidak ada tujuan, menurut kita baik belum tentu baik di mata Allah. Kalau kamu belum berjodoh sama cowok yang kamu cintai, mungkin Allah kasih yang terbaik. lelaki yang mencintai kamu apa adanya, yang tidak pernah membentak ketika salah. Yang sabar dengan sikap kamu, dan tidak akan meninggalkan kamu di saat apa pun. Kamu punya suami kan?" Tanya Pipit disela sela obrolan nya
Zia mengangguk sambil menatap kearah Arsyad terduduk sendiri, dengan sesekali melirik kearah sekitar. Dan Pipit juga ikut menatap tuju mata Zia.
"Lebih baik di cintai dari pada mencintai, karena di cintai tidak akan pernah meninggalkan kita ketika kita tidak membuat nya senang. Tapi mencintai akan pergi ketika kita tidak bisa membuat nya senang. Kamu lihat? Apa ada di raut wajahnya, khawatir?"
Zia mengangguk mengiyakan dengan terus menatap Arsyad dari jauh.
"Setelah kamu menikah, surga kamu sudah di telapak kaki suami mu. Bagaimana bisa? Kamu masuk kedalam surga, kalau suami mu aja kamu jahatin. Kamu bayangin aja kalau kamu seorang ibu, bagaimana hati seorang ibu melihat anak di perlakukan seperti? Di kondisi anak kamu tidak tau apa apa tentang permasalahan ini. Aku tau mungkin buat kamu ini berat, apa lebih berat kalau kamu terus memendam rasa ego kamu, coba berdamai dengan keadaan, menerima keadaan. Dan kalau kamu gak sanggup coba datangin Allah di sepertiga malam, ngeluh! Allah tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuan umat nya"
Kalimat Pipit membuat Zia meneteskan air matanya, dengan cepat Zia langsung berlari mengejar Arsyad yang tengah duduk sambil menikmati minuman nya. Arsyad di buat kaget dengan pelukan Zia yang secara tiba-tiba. Pipit yang melihat hal itu tersenyum senang.
/\/\
Tiba di rumah orang tua Zia, mereka langsung di persilahkan untuk masuk kedalam nya, dan Arsyad langsung disuguhi secangkir teh yang sudah dibuat oleh Nafisah. Dan Zia memutuskan untuk masuk kedalam kamar nya untuk mengemasi barang-barang nya.
Tepat diambang pintu, Zia kembali mengingat kejadian masalah lalu yang membuat nya masuk kedalam pesantren itu, Zia berpikir? Saat itu temannya tidak bisa membantu nya ketika Mahesa menghakimi nya, bahkan teman nya dan bahkan pacarnya sendiri tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk membela dirinya.
Apa perbuatan nya salah? Atau papa nya yang terlalu egois? Sekarang Zia berpikir, bahwa orang tua tidak akan ingin anaknya terjerumus kedalam hal tidak, yang membuat anaknya cela.
Perlahan Zia menjatuh kan air matanya setelah mengingat kejadian itu, kalimat Pipit dan kenangan di kamar itu berputar secara bersamaan.
"Hiks.... Fenly dengan mudahnya mengkhianati kepercayaan gue, bahkan dia lebih memilih cewek lain ketimbang gue! Tujuan gue pengen nikah dengan anak yang punya pesantren, ya keluar dari pesantren itu! Tapi apa!! Semuanya hancur sia sia... Hiks... Ahhh.... Dan sekarang? Gue harus menata hidup gue seperti semula" Zia menyapu air matanya dengan penuh rasa dendam.
"Gue akan buktiin, kalau gak sama dia gue juga bisa bahagia!" Tegas Zia
Zia langsung menerapi kan tempat tidur nya, dan beberapa barangnya dan Arsyad ia masuki ke dalam lemari. Perlakuan itu terlihat oleh Nafisah yang tak senagaja melewati kamar setelah menyuguhkan minuman kepada dua lelaki itu. Hal itu membuat Nafisah tersenyum senang.
"Alhamdulillah... Semoga kamu bisa berbakti ya, sama suami kamu. Mama senang lihatnya" tutur Nafisah tak berhenti tersenyum bahagia
/\/\
Hay!
Gimana ceritanya?
Komen dong!
Jangan lupa vote ya
Stey tune terus updated author
Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
my brother is my husband || end ||
Random"terkadang, cara cinta mengajarkan kita kuat. kuat untuk semua hal. cinta emang terdengar romantis, tapi tak selamanya cinta itu terdengar romantis. hidup di penuhi cinta itu emang bagian dari hidup, tapi tak selamanya orang merasakan cinta." 512024...