XXIV

47 3 0
                                    

Setelah beberapa menit, akhirnya Tira sadar dari pingsannya, dengan repleks Irshad langsung memeluk Tira dengan erat. Tira yang binggung dengan sikap Irshad hanya terdiam, habib Munzir dan eila juga menatap heran.

"Alhamdulillah... Adek gak papa kan? Ada yang sakit gak? Ngomong sama aa' apa yang sakit" kata Irshad sambil menatap bagian tubuh Tira dengan teliti

Tira hanya terdiam, sesekali Tira mengedipkan matanya tak percaya, rasa khawatir Irshad membuat nya tidak menyadari keberadaan sekitar yang menatap nya heran.

"Adek... Aa' tanya, ada yg sakit!" Kesel Irshad karena pertanyaan tak ada jawaban dari si pemilik nama.

Melihat sikap Irshad, Tira malah tersenyum senang, karena jarang jarang melihat raut panik Irshad.

"Kenapa senyum sihh?" Binggung Irshad sambil kedua orang tua nya

"Abi umi!" Panggil Tira dengan mata terus menatap Irshad

"Iya?" Bals keduanya

"Adek mau sakit aja dehh" ujar Tira

"Ehh, apaan kamu! Gak ada!" Tegas Irshad menatap Tira serius

"Cuma sakit doang, mau lihat aa' Irshad panik kayak tadi"

Kalimat Tira membuat Irshad menjitak kepala adek pelan, tapi bukan Tira namanya kalau gak manja dengan keluarga nya.

"Auu! Sakit!!" Keluh Tira kesel

"Makanya, jangan iseng" ketus Irshad memutar bola matanya

"Aa'...!" Tegur eila lembut

"Abis nya dia dulu umi" Irshad membela diri nya

"Tapi adek gak papa kan? Gak ada yang sakit?" Tanya Habib Munzir khawatir pada anak bungsunya

"Gak papa Abi... Anak Abi itu kuat" bals Tira agar Habib Munzir tidak mengkhawatirkan kondisi nya

"Kuat apaan! Kenapa tadi pingsan" omel Irshad

"Tadi cuma __"

"Aahh...! Alasan adek aja tuh" Irshad memangkas omongan Tira dengan tidak mempercayai ucapan nya

"Ihhh... Belum juga selesai ngomong! Gak percaya banget sihh" dumel Tira

"Udah.... Berantem nya, aa' sama adek kenapa nihh, berantem terus" tegur eila sambil duduk di samping Irshad

"Umi, Abi, walaupun kita berantem terus. Aa' gak akan rela kalau adek aa' ini terluka" tutur Irshad sambil mengelus kepala Tira lembut

"Dan hubungan saudara tidak akan pernah putus, sampai kapan pun. Begitu juga dengan hubungan anak dan orang tua" sahut Tira sambil memeluk Habib Munzir yang di samping dan Irshad, di ikuti oleh eila di samping Irshad.

"Mau sebesar apa pun anak Abi, kamu akan tetap anak kecil Abi sama umi" tutur habib Munzir mengelus dua kepala anaknya

"Umi sayang kalian" setelah eila memeluk, eila mencium kedua pipi anak dengan bangga.

Tanpa mereka sadari sepasang mata melihat hal itu, juga menetaskan air matanya.

"Siapa orang tua aku? Apa mereka tidak menginginkan aku sebagai anaknya" batin Arsyad di ambang pintu kamar tira

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan aktivitas semula, karena Tira baik baik jadi mereka tidak mengkhawatirkan keadaan nya lagi, dan habib Munzir dan eila juga tidak mau memperpanjang Masalah nya.

"Udah, adek istirahat aja!" Perintah Irshad tegas

"Capek juga kalau istirahat terus" sindir Tira

"Jangan ngeyel kalau di bilang!" Tira hanya mengerutkan bibirnya tak suka dengan perintah Irshad

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang