XXVI

44 3 0
                                    

Setelah makan malam, Zia dan Arsyad kembali kedalam kamarnya untuk beristirahat. Kamar itu seakan langsung hening setelah mereka merebahkan tubuhnya di kasur.

Setelah kejadian tadi, Zia seakan canggung untuk mengobrol ringan bersama suami, padahal Zia selalu frenly sesama manusia. Tapi Zia teringat perkataan Pipit tadi siang seorang suami butuh yang namanya nafkah batin, bukan hanya memperlakukan selainnya suami tapi hal yang tidak bisa di lakukan setiap orang.

"Aa'!" Panggil Zia perlahan mengubah posisi nya menatap Arsyad

Arsyad yang tadi sudah memenjam mata nya, langsung perlahan membuka mata menatap Zia.

"Aa' mau?"

Kalimat Zia membuat Arsyad klise, tapi Arsyad tetap berusaha mengartikan kalimat Zia, yang seperti teka teki.

"Kalau aa' gak mau, gak papa kok" Zia langsung melanjutkan kalimatnya saat kalimat yang tidak membuat Arsyad merespon baik

"Ehhh....!" Arsyad langsung mencegah pergerakan Zia yang ingin membelakangi nya.

"Emang boleh?" Tanya Arsyad setelah ia mengerti kalimat Zia

"Boleh, kalau aa' mau" bals Zia malu malu

Mendengar kalimat itu, Arsyad tersenyum bahagia. One only akhirnya bisa terjadi!! Dengan pelan tapi pasti Arsyad mengecup bibir Zia dengan pelan.

/\/\

Sebelum subuh, Zia bangun dari tidur nya, Zia yang mendengar suara adzan, langsung membangun Arsyad.

"Aa' aa' bangun! Udah subuh" Zia perlahan membangun Arsyad dengan nada pelan

"He'eh..." Bals Arsyad sambil menstabilkan tubuh nya, melihat Zia yang ada di hadapannya Arsyad tersenyum senang "makasih yaa"

"Kok makasih?" Binggung Zia menggaruk kepalanya yang tak gatal

"Ya.... Aa' mau mengucapkan terima kasih aja sama kamu"

Zia terkekeh kecil "udah! Ayo sholat, udah adzan tu" kata Zia mengalihkan pembicaraan

"Ehh, jangan sholat! Mandi dulu"

Larangan Arsyad membuat Zia mengerut kening binggung "bukan nya sholat wajib yaa? Gak harus mandi? Kalau kita bersih yang penting wudhu, dingin tau a mandi subuh gini" kata Zia dengan nada sedikit manja

"Bener kata kamu, tapi_?? Kamu belum suci. Lupa yaa?" Tutur Arsyad

Zia membulat matanya sempurna, ia baru ingat tentang malam tadi.

Zia hanya terkekeh malu "malu banget gue!!" Batin Zia bergerutu

"Gak perlu malu" sahut Arsyad yang mengerti raut wajah Zia

"Yaudah, yuk mandi!" Ajak Arsyad sambil beranjak dari tempat tidurnya

"Haa!! Mandi" Zia kembali menatap Arsyad kaget

"Kenapa? Mandi bersama itu sunah, dan di anjurkan. Gak mau dapat pahala?"

"Pahala? Mandi bareng bisa dapat pahala"

"Dalam konteks, sudah suami istri. oke? Mengerti?"

"Mengerti sayang...." bals Zia tersenyum sumringah

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang