Setelah pulang dari masjid, habib Munzir dan eila sudah menunggu Irshad di ruang keluarga, tak lama berselang Irshad datang dengan pakaian sholat. Tanpa basa basi Irshad langsung menghampiri kedua orang tuanya, Dengan tatapan serius tiga dari mereka sedang berseru.
"Mau ngomong apa?" Tanya eila yang sudah menanti obrolan
"Irshad mau mengkhibah ustadzah Pipit" ujar Irshad dengan serius
"Apa kamu udah siap? Membangun rumah tangga?" Kalimat pertama yang habib Munzir tanya kan ketika mendengar kalimat Irshad
"Siap!" Jawab Irshad tegas
"Kamu tau kan, membangun rumah tangga itu gak mudah, banyak hal yang membuat orang berpikir untuk berpisah, hal yang paling di benci Allah adalah perpisahan" terang eila
"Abi, umi, Irshad yakin dengan niat Irshad. Umi sama Abi Restui?"
"Insya Allah Abi sama umi Restui niat baik kamu" kata Habib Munzir merestui
Eila tersenyum "jadi lah imam yang baik untuk makmum kamu, terap kan apa yang Abi sama umi ajarin sama kamu, ketika ada masalah, coba selesaikan dengan kepala dingin" nasehat eila
"Makasih Abi, umi" ucap Irshad bahagia
"Sama sama" bals habib Munzir dan eila dengan tersenyum senang.
Setelah selesai obralan itu, mereka bertiga langsung menuju ndelam untuk melanjutkan makan siang bersama keluarga ustadz fajar yang sempat sang istri masakin tadi.
"Rencananya kapan kamu kerumah Pipit?" Tanya eila di sela-sela perjalanan nya
"Yaa__ nanti lah mikir nya" bals Irshad sambil berpikir
"Pipit nya udah tau kan?"
"Udah, tadi sempat ngobrolin sihh"
"Alhamdulillah, gede anak umi..." Tutur eila sambil mengelus kepala anaknya, sedang kan Irshad hanya membalas senyuman.
/\/\
S
etelah pulang dari masjid, tanpa sengaja Zia menatap Arsyad yang sedang ngobrol bersama lawan jenis, entah kenapa hal itu membuat nya cemburu. Dengan tatapan datar Zia berjalan menghampiri keduanya.
"Arsyad!" panggil Zia dengan lantang
"Arsyaddd..." Panggil Zia lagi dengan sedikit di lembut lembutin
"Arsyad!!" Pekik Zia kesel
Mendengar suara Zia, ukhti tadi langsung pamit pergi.
"Saya permisi ustadz, terima kasih atas penjelasannya" ucap santriwati tadi
"Iya, sama sama" bals Arsyad ramah
Setelah santriwati tadi pergi, Arsyad langsung menatap Zia datar.
"Coba bilang sekali lagi?" Tutur Arsyad perlahan berjalan mendekati sang istri
"Arsyad" bals sang istri dengan enteng
"Kenapa? Zia!" Tanya Arsyad penuh penekanan di bagian nama sang istri
"Ish, kok panggil nya Zia sihh" kesel Zia dengan memayun bibir nya
"Gimana, rasanya dipanggil nama?" Tutur Arsyad terus menerus menatap sang istri dengan nada lembut
"Ya habis ya? Kamu buat aku cemburu. Katanya gak boleh dekat dekat sama yang bukan mahram, tapi kamu berduaan, ngobrol lagi" Sindir Zia dengan nada kesel
"Sayangg, dengerin mas. Mas tadi bukan sekedar ngobrol hal yang gak penting, tapi ukhti tadi hanya menanyakan tentang pelajaran yang belum dia mengerti" tutur Arsyad lembut
KAMU SEDANG MEMBACA
my brother is my husband || end ||
Random"terkadang, cara cinta mengajarkan kita kuat. kuat untuk semua hal. cinta emang terdengar romantis, tapi tak selamanya cinta itu terdengar romantis. hidup di penuhi cinta itu emang bagian dari hidup, tapi tak selamanya orang merasakan cinta." 512024...