Setengah harian, Tira dan Fajri menghabiskan waktu nya di kampus, dengan berbagai tugas kuliah nya. Setelah jam sholat zhuhur, seluruh mahasiswa dan mahasiswi keluar dari gerbang kampus. Tira yang tengah berjalan keluar dari kelas, sontak kaget saat adzando tiba-tiba datang dengan nafas ngos-ngosan.
Melihat hal itu, Tira hanya melirik acuh. Tanpa perduli Tira melanjutkan perjalanan nya, tapi tidak semudah itu, adzando pasti mencegah hal itu. Dan itu juga di lihat oleh Fajri saat ingin berjalan ke parkir.
"Ih... Apa sihh, lepas!" Perintah Tira
"Aku bakalan lepas, kalau kamu kasih nomor telepon kamu sama aku"
"Enggak!" Tolak Tira tegas
"Kamu kan janji, mau bayar ini" kata adzando yang menagih janji nya
"Adzando davema kan aku gak paksa kamu buat bantu aku, kamu aja yg mau" Tira menahan kesel nya di hadapan adzando
Tanpa perduli, adzando menatap Tira acuh dengan menaikkan alisnya.
"Tau gitu, gak ku iyain aja" dumel Tira
"Udah ngomelnya cantik" adzando menatap Tira secara dekat dengan mencolek hidung Tira
"Iihh... Apa sihh!" Kesel Tira langsung menyapu hidungnya
"Makin dekat aja mereka" batin Fajri berdialog sendu
Fajri yang tidak mau terbakar cemburu, memutuskan untuk pergi dari tempat itu secepatnya.
"Mana handphone nya?" Sahut Tira yang malas meladeni adzando memutuskan untuk memberikan nomor handphone nya.
Setelah beberapa menit mengetik nomor di handphone adzando, Tira mengembalikan handphone nya dengan pemiliknya.
"Nih, jangan chat gue kalau gak penting!"
"Bentar!" Cegah adzando saat Tira ingin beranjak pergi
"Apa lagi?"
"Harus telpon dulu, mana tau kamu kasih nomor kurir" firasat adzando yang sudah mengetahui isi otak perempuan saat di pinta nomor
"Su'udzon banget"
Dan bener saja, nomor yang Tira kasih bener nomor nya.
"Nih, lihat! Bener kan"
Melihat layar handphone Tira tertera nomor nya, adzando Hanya tersenyum senang.
"Makasih calon istri" ucap adzando senang
Tanpa perduli Tira pergi meninggalkan adzando yang masih berdiri di tempat awal.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam" bals adzando tanpa melihat kearah Tira.
/\/\
Tiba di parkiran, langkah Tira terhenti saat melihat Fajri dengan lawan jenisnya sedang ngobrol, dengan hal yang sama yang Fajri rasakan. Tira perlahan melewati mereka dengan menundukkan kepalanya.
Hal itu, dilihat oleh Fajri yang terus menerus menolaknya, untuk tidak nebeng bersama nya.
"Maaf Syifa, aku gak bisa. Kita bukan muhrim, dan gak harus berdua di dalam mobil" tolak Fajri secara halus
"Tapi kebanyakan orang boleh? Kenapa cuma kamu gak boleh, apa karena ceweknya aku, apa aku harus lebih cantik lagi atau seksi?" Kekeh Syifa
"Astagfirullahlazim, tapi maaf. Aku pergi dulu" pamit Fajri tanpa menjelaskan apa apa.
Melihat mobil Fajri keluar dari parkiran, Syifa Hanya bisa menggenggam tangan nya geram, karena Fajri susah buat nya meluluhkan hati nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my brother is my husband || end ||
Random"terkadang, cara cinta mengajarkan kita kuat. kuat untuk semua hal. cinta emang terdengar romantis, tapi tak selamanya cinta itu terdengar romantis. hidup di penuhi cinta itu emang bagian dari hidup, tapi tak selamanya orang merasakan cinta." 512024...