XXXII

21 1 0
                                    

Beberapa menit menunggu, akhirnya Fajri datang kerumah Adzando untuk menjemput sang istri, dengan mengetuk pintu, Fajri di persilahkan masuk kedalam oleh tuan rumah.

"Assalamualaikum..." Ucap Fajri sebelum masuk

"Waalaikumsalam..." Balas yang ada di dalam rumah

"Gimana keadaan Zia?" Tanya Amira khawatir

"Lagi di tangani dokter tadi" bals Fajri

Melihat Tira bangkit membuat kedua juga ikut bangkit dari duduknya.

"Gak duduk dulu?" Tawar Amira

"Maaf Tante, soalnya dirumah sakit umi sendirian, aku juga izin sebentar untuk jemput Tira" bals Fajri sopan

"Yaudah, hati hati ya"

"Iya" bals Fajri dan Tira sambil menyalami Amira

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Saat Fajri dan Tira menyalami Amira, adzando tak sengaja melihat cincin yang berlingkar dijari manis Fajri, yang sama persis yang ada di jari Tira.

"Cincin itu kan, persis sama dengan yang Tira pake? Kok bisa mereka bisa barengan yaa" batin adzando.

/\/\

Akhirnya Tira dan Fajri tiba dirumah sakit, saat tiba diruang Zia, mereka tak menemukan eila. Kemana eila?

"Umi mana?" Tanya Tira

"Tadi diruangan ini" jawab Fajri

Tak lama dari suster keluar dari ruangan tersebut.

"Maaf sus, ibu tadi disini mana?" Tanya Fajri

"Ibu tadi disini, di perintahkan untuk ke ruangan dokter, untuk persetujuan proses pengangkatan janin" terang suster "saya permisi" lanjut suster melangkah meninggalkan kedua nya

"Iya" bals Fajri

Perlahan Tira memijit pelipisnya Agar rasa sakit di kepalanya berkurang, tapi hal itu tidak membuahkan hasil. Sakit kepalanya pun akan tetap sama, Fajri yang juga sedang mengobrol dengan suster tidak menyadari hal itu.

Tapi Fajri baru menyadari ketika Tira menyentuh lengannya agar tubuh nya bisa di topang oleh tubuh Fajri.

"Kamu kenapa?" Tanya Fajri panik

Sesekali Tira ingin muntah, tapi ia tahan "kepala ku pusing, kok aku mau muntah yaa" bals Tira

"Duduk dulu, kita periksa yaa? Takut kamu kenapa kenapa" perintah Fajri sambil membantu Tira untuk duduk

"Zia gimana?" Tanya Tira

"Kan ada umi, tadi aku juga telpon orang tua Zia, mungkin bentar lagi datang"

"Yaudah dehh" bals Tira saat mendengar penjelasan Fajri.

Tak lama Tira dan Fajri meninggal ruangan itu, Mahesa dan Nafisah baru saja tiba diruangan. Mahesa dan Nafisah langsung di tuntut oleh suster untuk menuju keruang dokter.

Eila hanya diam binggung, saat dokter menyodorkan kertas persetujuan untuk pengangkatan janin Zia. Bagaimana pun eila tidak berhak untuk hal ini. Tapi saat eila ingin menanda tangani nya, Nafisah dan Mahesa datang dan eila langsung menyodorkan kertas tersebut.

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang