XXXIII

37 1 0
                                    

Saat berselang pengangkatan janin, kedua orang tuanya Zia langsung masuk kedalam ruangan. Zia yang juga sudah sadar, menangis tanpa henti.

"Hiks... Mamaa...."

Mendengar tangisan Zia, Nafisah hanya bisa memeluk untuk menenangkan, tapi Nafisah tau, bagaimana perasaan Zia sekarang. Karena Nafisah pernah di posisi sekarang.

"Kamu anak kuat! Papa tau" kata Mahesa menguatkan anak nya

Zia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, hati Zia begitu hancur, Janin yang selama ini dia nanti akan berbuah bayi.

Eila yang dapat telpon dari sang suami, memutuskan untuk keluar dari ruangan.

"Assalamualaikum" kata mulai saat eila mengangkat telpon nya

"Waalaikumsalam" bals eila

"Umi dimana? Kok didapur ada darah? Darah siapa? Umi gak kenapa kenapa" tanya habib Munzir khawatir

"Umi gak papa, Abi. Tapi Zia?" Kata eila menjeda kalimat nya

"Zia kenapa?" Tanya habib Munzir terdengar panik

"Zia keguguran. Dan janin nya harus diangkat"

"Astagfirullah.... Sekarang gimana"

"Semuanya udah selesai, tapi Zia terus aja nangis, papa mama nya lagi nenangin"

"Arsyad udah tau?"

"Astagfirullah.... Umi lupa ngabarin yaa"

"Yaudah, nanti abi kabari lagi. Assalamualaikum" akhirnya habib Munzir menutup telponnya

"Waalaikumsalam"

Saat eila ingin kembali keruangan, Fajri dan Tira berjalan menghampiri sambil memandang eila. Mendengar panggilan itu eila langsung menghentikan langkahnya.

"Kalian baru sampai?" Tanya eila pertama melihat Fajri dan Tira

"Engga umi, kita baru keruangan dokter tadi" bals Fajri

"Teh Zia gimana?" Tanya Tira setelah Fajri menyelesaikan ucapannya

"Janin nya harus diangkat" bals sendu eila

Mendengar itu Tira dan Fajri turut prihatin, tapi eila kembali engeh dengan kalimat Fajri yang baru dari ruangan dokter.

"Kalian dari ruangan dokter, ngapain?" Tanya eila binggung

Mendengar pertanyaan itu, Tira dan Fajri saling menatap sambil tersenyum tipis.

"Kenapa? Kenapa senyum senyum, umi tanya? Kenapa!"

"Selamat yaa eila, dapat cucu baru" sahut dokter umum dan dokter spesialis kandungan yang secara tiba-tiba

Eila yang melihat itu tersenyum senang "cucu?"

Tira tersenyum, dengan girang eila memeluk tubuh anak bungsunya dengan erat.

"Alhamdulillah.... Makasih ya Allah"

"Gini nih, gak enak. Lupa sama temen" cibir dokter umum

"Biarin lah, ngerusak momen ahh..." Bals dokter spesialis kandungan

Mendengar cibiran kedua dokter itu, eila langsung melepaskan pelukannya.

"Maaf maaf, kesenangan" bals eila tidak enak

"Gak papa, wajar lah" bals dokter spesialis kandungan yang sudah memaklumi nya

Eila tersenyum terharu, sedang Tira dan Fajri juga tersenyum mendengar seruan mereka.

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang