XVIII

47 3 0
                                    

Semua para tamu sudah menunggu akad nikah yang akan di laksanakan sebentar lagi, berapa menit menunggu kedatangan mempelai pria, para tamu duduk di kursi yang sudah disediakan.

Setelah Arsyad dan Fajri datang, para saksi menyuruh nya untuk langsung duduk di tempat nya. Tanpa komentar, Arsyad langsung duduk dengan langsung menyambut jabatan tangan dari pak KUA.

Sebelum itu, keluarga habib Rizieq Abdullah dan Amir Assegaf juga datang untuk memenuhi undangan nya. Beberapa kali adzando menatap sekitar untuk mencari keberadaan Tira, tapi dari sorotan matanya tak menemukan tanda-tanda kehadiran Tira, bahkan yang seharusnya ada di dekat eila pun, tidak ada. Bahkan kursi itu kosong.

Sebelum berlangsungnya acara akad, Tira berjalan menghampiri eila dan Irshad dengan sesekali menyapu air matanya, kemungkinan Tira nangis? Duga adzando ketika melihat hal itu, dan Tira juga tak menatap depan melainkan bawah.

"Saya nikah engkau Arsyad al qayyuum Mahardika syofahem arbian rafasyadenkha Bin habib Munzir Al qayyuum rafasyadenkha dengan anak saya Shazia aneira hayfa fadhela dengan mas kawin surah Ar Rahman dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" Tegas Mahesa saat menjabat tangan Arsyad

"Saya terima nikahnya, Shazia aneira hayfa fadhela binti Mahesa dharma putra Pratama Bhaskara dengan mas kawin surah Ar Rahman dan seperangkat alat sholat dibayar tunai" ujar Arsyad tegas dengan satu tarikan nafas

"Para saksi, sah!"

"Sahhhh...." Seru mereka bersama

"Alhamdulillahhhh, bismillahirrahmanirrahim..." Mereka semua menadah tangan untuk berdoa.

"Alhamdulillah, sekarang kalian sah menjadi suami istri" tutur pak KUA

Arsyad hanya tersenyum, sedang Zia terlihat datar. Sejak Zia melihat sang suami nya, Zia langsung berubah ekspresi dengan wajah gembira menjadi datar.

"Kenapa nikah nya sama Abang nya sihh, gue kan pengen nya nikah sama Irshad" dengus Zia bergerutu dalam hati

Setelah acaranya selesai, mereka memutuskan untuk makan, makanan yang sudah di hidangkan untuk tamu. Selamat proses sesi makan, Arsyad tidak melihat Tira sama sekali disisi mana pun.

"Umi, adek mana?" Tanya Arsyad sambil berjalan menghampiri umi eila yang sedang menyambut tamu yang datang.

"Apa?" Bals umi eila sambil menoleh kearah Arsyad

"Adek mana? Soalnya aa' gak lihat tadi" tanya Arsyad

Mendengar kalimat itu, umi sontak menatap sekeliling mencari anak bungsunya itu.

"Oiya, umi baru sadar loh? Umi minta tolong ya, cariin adek kamu. Umi takut terjadi apa apa, dia kan gak mau kamu nikah dulu. Katanya takut kamu gak sayang dia lagi" ujar umi eila yang khawatir dengan keadaan anaknya

"Astagfirullah, adek ngomong gitu umi?" Arsyad kaget saat mendengar kalimat umi eila Baru saja

"Iya, makanya umi kaget pas kamu tanya adek" bals umi eila

"Yaudah, Arsyad cari dulu" Arsyad bergegas mencari keberadaan adeknya itu

"Eh!! Acaranya?" Tanya umi eila yang menatap tamu yang masih menikmati hidangan

"Acara ini kan hanya lengkap umi, kalau gak ada adek, gak papa kalau di tinggal. Arsyad gak mau, kalau Tira kenapa kenapa" bals Arsyad yang terlihat khawatir dengan keadaan Sang adek

"Yaudah, hati hati" bals umi eila menatap kepergian putranya itu

"Iya umi, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" bals eila sambil menatap kepergian putranya dengan sendu

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang