Eila mengajak ke-tiga anak nya, untuk duduk di tepi kasur sambil mendengarkan ceritanya. Dengan seksama mereka mendengar kan serius.
"Umi, temuin kamu di jalanan. Dengan tubuh kamu luka luka, saat umi dengar suara tangisan, umi langsung cari suara itu, pas umi lihat. umi kaget! Umi langsung bawa kamu kerumah sakit, setelah kamu sehat, umi sama Abi mau balikin kamu sama orang tua kamu, tapi tidak ada orang yang mengakui bahwa kamu anak. Umi sama Abi juga udah pajang foto kamu kejalan dan tanya tanya sama orang disekitar, tapi tidak ada yang tau. Jadi Abi memutuskan untuk merawat kamu hingga sekarang, sampai kamu mempunyai adik Irshad dan Tira" terang eila sambil meneteskan air mata
Arsyad yang mendengar penjelasan itu, langsung memeluk tubuh eila erat. Menurut Arsyad, eila adalah wanita yang adil, walaupun dirinya bukan anak kandungnya, tapi rasanya kasih sayang eila serasa anak sekandung.
Melihat hal itu, Tira hanya menatap sendu, Bagaimana pun pernyataan ini sakit buat Arsyad. Perlahan Irshad merangkul Tira, seolah-olah mengerti maksud dari tatapan nya.
"Udah tau?" Kalimat habib Munzir membuat ke empat orang itu menatap
Arsyad tersenyum sambil menatap habib di ambang pintu kamarnya, perlahan Arsyad berlari sambil memeluk tubuh habib Munzir dengan erat.
"Makasih" dengan air mata nya terus mengalir
Dengan melepaskan pelukannya, habib Munzir menghapus air mata putranya.
"Anak laki-laki itu...?"
"Harus kuat!"
"Dan..?"
"Bisa di jaga omongan nya!"
"Laki laki itu..?"
"Harus menjaga perasaan perempuan, dan harus lembut sama umi dan adek"
"Sebelum menjaga orang lain..?"
"Abang harus bisa menjaga diri Abang sendiri"
"Kalau capek dengan keadaan..?"
"Abang harus istirahat dan sholat, minta petunjuk kepada Allah"
Kalimat itu, adalah kalimat penguat untuk anak anaknya, dan kalimat itu akan di pertanyaan ketika anaknya sedang punya masalah.
"Poin penting?" Acuh habib Munzir agar anak bisa menjawab bersama.
"Harus bersyukur, apa yang kita miliki" kata mereka bersamaan.
"Pinter!" Puji habib Munzir, merentangkan tangannya seolah untuk ketiga anaknya memeluk nya.
Karena hal itu sering dilakukan, jadi mereka ngerti isyarat dari Abi nya.
Sejak tadi, Arsyad tengah ngelamun. Mengingat kejadian tadi sore. Dan sejak tadi juga belum ada menemui Zia dikamar, karena Arsyad tau, kalau Zia pasti tidak menginginkan pernikahan ini. Dan Arsyad juga butuh waktu sendiri, untuk menenangkan pikiran dan hati nya.
"Aa'! sendiri aja" ujar Fajri saat disela sela perjalanan menuju rumah setelah mengecek keadaan pesantren
"Iya nih, ji" bals Arsyad "dari mana ji? Duduk dulu" tanya Arsyad sambil memintah kan dengan gerakan tangan nya
"Iya aa' ngecek keadaan pesantren juga tadi" bals Fajri
"Oiya aa, ada buku Fikih gak? yang mengenai hukum_" sambil Fajri mengingat, Arsyad juga ikut mengingat mengenai pembelajaran nya waktu itu
"Ohh, mau pinjam" sahut Arsyad
"Iya aa', di cari gak nemu" bals Fajri
"Buku itu emang susah di cari, nanti pagi aa' kasih yaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
my brother is my husband || end ||
Random"terkadang, cara cinta mengajarkan kita kuat. kuat untuk semua hal. cinta emang terdengar romantis, tapi tak selamanya cinta itu terdengar romantis. hidup di penuhi cinta itu emang bagian dari hidup, tapi tak selamanya orang merasakan cinta." 512024...