XXXVIII

75 2 0
                                    

Hari ini adalah hari perceraian Arsyad dan Zia, keluarga dari dua belah pihak sudah berkumpul di pengadilan agama di Jakarta. Sebelum menunggu kedatangan hakim, beberapa dari mereka duduk di kursi yang sudah disediakan, Pengacara dari dia belah pihak pun sudah duduk ditempat nya.

Saat ketus hakim, duduk di mimbar, acara akan segera dilaksanakan. Beberapa menit berselengra akhirnya ketemu hakim memutuskan.

"Saudara Arsyad al qayyuum Mahardika syofahem arbian rafasyadenkha dengan saudari Shazia aneira hayfa fadhela, kami putuskan sah berpisah" tegas ketua hamil dengan memukul palu dengan tiga kali.

Saat mendengar kalimat itu, Arsyad dan Zia hanya bisa pasrah, melihat anaknya bersedih eila langsung memeluk Arsyad dengan erat.

"Sabar ya aa' umi yakin kamu kuat!"

"Hiks... Makasih umi" bals Arsyad meneteskan air mata

"Abi tau, aa' kuat" Arsyad langsung memeluk Habib Munzir dengan menumpang air matanya.

Tira yang melihat itu hanya bisa terdiam, perlahan Fajri merangkul tubuhnya sambil mengelus pundak nya.

"Sayang!" Panggil Tira sekitar cukup terdengar antara mereka saja

"Iya sayang" bals Fajri sambil menoleh

"Kita gak saudara kan?" Pertanyaan Tira membuat Fajri sontak menatap nya kaget

"Ya maksud aku tu__" kata Tira yang takut takut Fajri tersinggung pada kalimat nya

"Ohh, ngerti aku maksud sayang tuu. Alhamdulillah... Aku anak bunda bilkis dan ayah fajar" bals Fajri

"Maaf yaa" lirih Tira sendu

"Maaf kenapa?"

"Pertanyaan aku, ngacok"

Tanpa malu, Fajri mencium pipi Tira didepan umum "gak papa, dari pada ada kesalahan kegini. Malah ribet"

Fajri juga mengelus perut Tira yang sudah berjalan tiga bulan "sayang"

"Apa?" Bals Fajri yang masih mengelus perut sang istri

"Ajarin aku nyetir mobil"

"Engga!" Tolak Fajri tanpa pikir

"Iiihh.... Aku cuma mau minta ajarin" renggek Tira

"Gak ada, gak ada" bals Fajri langsung menghentikan aktivitas

Tira yang mendengar penolakan Fajri, memayun kan bibir nya.

"Bunda!!" Panggil Tira sambil berjalan menghampiri bilkis

"Curang ahh main nya bunda" protes Fajri

"Apa sayang?" Respon bilkis baik

"Gak tau kenapa, tiba-tiba aku pengen minta di ajarin aa' nyetir mobil"

"Terus?" Bals bilkis yang mendengar aduan menantunya itu

"Boleh gak, Bun."

"Bolehlah" sahut ustadz fajar

Mendengar tanggapan ustadz fajar, Tira tersenyum sumringah. "Makasih ayah"

"Sama sama" bals ustadz fajar tersenyum senang

"Ayah... Bahaya buat cucu kita" protes bilkis

"Bener kan Bun, bahaya" sahut Fajri mendukung

"Bunda... Yang ngajarin Tira kan Fajri, ya gak mungkin Fajri membahayakan istrinya sendiri. Lagian ini bukan kemauan Tira juga. tiga bulan, empat bulan, itu kan masa ngidamnya. Mau cucu bunda ileraan, ayah sihh gak mau" terang ustadz fajar

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang