XIV

38 3 0
                                    

"Tira?" Kaget adzando saat melihat Tira dihadapan nya, begitu juga dengan Tira saat suara yang di kenalin menyebutkan nama nya.

"Adzando?"

"Kalian saling kenal?" Tanya Adzanda kaget melihat itu, begitu juga dengan Amira.

"Yuk! Aku anterin" ajak adzando antusias sambil menarik tangan Tira

"Bun aku pamit, assalamualaikum" di sela tarikan adzando Tira berpamitan

"Waalaikumsalam" jawab Amira binggung

"Iihh... Belum di jawab!" Pekik Adzanda saat pertanyaan nya tak direspon baik

"Udah, kita kedepan" ajak Amira pada adzanda untuk mengantarkan Tira di hadapan pintu

Adzando membuka pintu mobil nya untuk mempersilah Tira masuk kedalam mobil nya, dengan anggukan Tira langsung masuk kedalam mobil.

"Bun" panggil adzando dengan raut wajah sumberingah

Amira hanya menatap datar, sedangkan adzanda mengerut kening binggung.

"Apa sih Bun?"

"Tau Abang mu" bals Amira

Adzando membunyikan klakson mobil menandakan bahwa dirinya sedang memulai perjalanan. Sedangkan Amira dan adzanda langsung masuk kedalam rumahnya.

/\/\

Di dalam mobil, adzando dan Tira dalam keadaan hening. Tidak ada percakapan, hingga adzando memutuskan untuk memulai obralan.

"Kenapa gak bilang kalau mau kerumah, kan bisa bareng?" Kata adzando sesekali melirik kearah Tira sambil nyetir

"Gak tau kalau adzanda adek kamu" bals Tira

"Kalau di pikir pikir kan nama aku sama adzanda gak jauh beda, hanya A dan O bedanya" seru adzando

"Hehe.... Ya kan gak tau, kalau adzanda adek kamu. Aku juga baru tau kalau aku ngajar adzanda, kalau bukan umi. Umi juga bilang nya anaknya teman umi gak nyebut nama" jelas Tira

"Lain kali, bareng aku ya?" Lirih adzando

"Gak papa?"

"Gak papa!"

"Aku takut ngerepotin"

"Aku gak pernah ngerasa di repotin, malah aku seneng" mendengar kalimat itu Tira tersenyum manis.

Untuk sekian kalinya, Tira tersenyum manis pada adzando. Hal itu membuat adzando senang.

/\/\


Tiba di rumah, Tira tak sengaja mendengar percakapan orang tua nya yang berada di dalam rumah.

"Irshad gak mau di jodohin!" Tolak  Irshad tegas

"Arsyad juga kalau boleh milih, mau pilihan sendiri" tolak Arsyad nada lembut

"Tapi Zia tetap kekeh bunuh diri, kalau gak nikah dengan anak Abi" sahut eila menatap kedua putranya

"Umi, gak bisa di paksa juga" bals Irshad

"Umi sama Abi udah obrolin sama orang tua Zia, tapi cukup itu satu satunya cara. Dan Zia kekeh buat hal itu" ujar habib Munzir

Dengan berat hati Arsyad harus menyetujui perjodohan itu, walaupun bukan keinginan hati.

"Mungkin ini jalan jodoh ku, emang jodoh ditangan Allah. Kita gak akan tau jalan mau kemana" batin Arsyad berserah

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang