X

49 4 0
                                    

Seminggu sudah berlalu, Zia tinggal di pesantren. Kini seluruh santriwan dan santriwati sedang berkumpul di masjid untuk Melakukan tausiyah, dalam seminggu pesantren itu memang selalu melaksanakan tausiyah. Dengan mendatangkan ustadz ustadz ternama di Indonesia.

Selama tausiyah Zia hanya ngelamun, tanpa mendengar motivasi pembelajaran dari ustadz Yang sedang berceramah.

"Bukan begitu??" Seru ustadz di sela sela ceramah nya

"Bener kan? Siapa yang sama apa yang di katakan ustadz"

"Semuanya ustadz" sahut santriwan

"Bilang aja, dia. Tapi bilang semua" olong salah satu santriwan

"Hahahaha...." Mendengar suara riuh tawa di dalam majelis

Tak membuat Zia menghentikan lamunannya, hingga Naura memaksa menghentikan lamunan Zia dengan memanggil namanya.

"Kenapa zia? Dari tadi diam? Ada Masalah" tanya Naura

Zia menatap Naura lirik sendu

"Lihat!" Tunjuk Zia pada ustadz Irshad kepada Nauval

Melihat tunjukkan Zia, Naura hanya mencari arah tunjukkan Zia yang benar.

"Kenapa?" Tanya Naura Bingung

"Bisa gak, gue nikah sama ustadz Irshad" lirih Zia terus menatap ustadz Irshad yang sedang mengamati ceramah yang berada di dekat nya

Naura yang mendengar kalimat itu melongo kaget.

"Nau? Gue tanya!" Kesel Zia beralih menatap Naura yang tak kunjung menjawab pertanyaan nya

"Kamu serius, suka sama ustadz Irshad?" Naura kembali bertanya dengan nada tak percaya

"Emang kelihatan ya, muka bercanda gue?" Datar Zia kesel dengan tanggapan Naura

"Gak sihh" bals Naura sambil berpikir.

"Gak heran sihh, kalau kamu suka sama ustadz Irshad. Santriwati disini juga banyak yang mengagumi ustadz Irshad" sahut santriwati yang berada di samping Zia

Mendengar kalimat itu, Zia dan Naura saling menatap santriwati itu.

"Bener kata, ayu. Aku juga kagum sama ustadz Irshad, tapi aku sadar diri aja" bals Naura membenarkan kalimat ayu, santriwati yang berada di samping Zia

"Emang kita gak pantes ya buat ustadz Irshad" tanya Zia sendu saat mendengar kalimat kedua temannya terdengar sendu.

"Semua makhluk Allah, pantes mendapatkan apa ia kehendaki, tinggal berdoa dan usaha" quote ayu

"Tapi, ustadz Irshad juga pengen yang terbaik buat keluarga nya kelak, karena mengurusi anak itu, ibu. Dan ibu harus pinter semua hal, karena ibu adalah guru seumur hidup anaknya, kalau ibu nya tidak baik, akan terpengaruh kepala anaknya" quote naura

"Tapi.... Keluarga itu bersama! Tugas istri cuma mengandung, melahirkan dan menyusui. Selebihnya itu tugas bersama! Ngerti! Kerja? Perempuan dan laki-laki juga bisa kerja. Masak? Perempuan dan laki-laki juga bisa masak, banyak di luaran sana chef laki laki, ngurusin anak? Laki laki juga bisa? Lo berdua mau, ngurusin anak gak peke gantian. Capek! Mau Lo? Gue sih gak mau" tegas Zia dengan makin kesel dengan pola pikir mereka.

"Kalau di pikir - pikir, iya juga ya?" Gumam Naura

"Makanya jadi perempuan jangan bego" ketus Zia

"Ustadz Irshad gak akan suka, sama perempuan yang mulutnya kasar" sindir ayu

Mendengar sindiran ayu, Zia hanya memutar bola matanya kesel.

/\/\

Setelah beberapa menit, akhirnya tausiyah berakhir karena jam zhuhur sudah tiba. Sembari adzan berkumandang, santriwan dan santriwati yang belum berwudhu, menuju keluar untuk mengambil wudhu. Dan santriwati juga membawa mukenah dari asrama, karena kegiatan emang sudah terjadwal.

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang