XI

41 3 0
                                    

Karena hari ini hari libur, seluruh satriwan dan santriwati melakukan aktivitas nya masing-masing. Ada yang sedang mencuci pakaian, melanjutkan hapalan nya, menyeterika pakaian nya, dan berbagai lain nya.

Sejak kejadian tadi, Zia terus terdiam. Bahkan makan siang tadi Zia tidak mengambil makanan nya, teguran Naura pun tidak di respon sama sekali sama Zia. Kenapa dengan Zia?

Kini Zia sedang duduk di kasur nya dengan memeluk bantal nya, tatapan nya masih dengan tatapan kosong. Naura yang melihat pun menatap binggung.

"Zi..." Panggil Naura menghampiri Zia, dengan duduk di hadapan Zia

"Kamu kenapa? Ada masalah, dari tadi aku lihat, kamu banyak ngelamun" tanya Naura khawatir dengan keadaan Zia yang terus terdiam

"Apa ini cinta ya?"

Kalimat Zia membuat Naura mengerut kening binggung.

"Maksudnya?"

"Kayaknya gue suka deh, sama ustadz Irshad" ujar Zia pelan dengan malu

"Ha!" Naura tercengang sempurna "kok bisa? Dan yang aku heran kan, kok kamu tau nama lengkap ustadz Irshad?"

"Iya tau lahh... Gue kan sering piket kantor sama ndelam" ketus Zia

"Terus? Kamu mau gimana" tanya Naura

"Ustadz Irshad harus jadi milik gue!" Tegas Zia

"Gimana caranya?" Tanya Naura binggung

"Bagaimana pun caranya, ustadz Irshad harus jadi milik gue" tekan Zia

"Kamu terlalu teropsesi sama ustadz Irshad, itu bukan cinta zi" lirik Naura

"Diam!" Sentak Zia membuat Naura tak berkutik "tugas Lo, buat bantuin gue. Gimana cara buatnya gue Deket sama ustadz Irshad"

Kalimat Zia membuat Naura menghembus nafas pasrah "tugas ku banyak zi.... Hapalan sama ustadzah Tira aja aku belum nyetor"

"Udah nanti aja" balas Zia santai

"Tapi zi__"

"Gak ada pake tapi tapi!" Sanggah Zia memotong perkataan Naura

"Tapi zi, ustadz Irshad bakalan ilfil sama kamu"

"Heh! Lo gak tau tentang cowok, Lo aja kudet di pesantren ini. Jadi gak tau memperjuangkan cewek dapatin cowok! Ngerti Lo! Bilang aja Lo gak mau di minta bantu, bilang langsung. Jangan banyak alasan, gue juga gak butuh bantuan Lo" marah Zia

Mendengar amarah Zia, Naura hanya tertunduk menahan sakit hati atas perkataan Zia. Akhirnya Zia memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar itu.

"Gak ada guna Lo!" Ketus Zia sebelum benar benar pergi meninggalkan kamar.

/\/\

Setelah ustadz Amir dan adzando pamit pulang, Tira memutuskan untuk membersihkan meja makan yang masih berantakan dengan sisa makanan, ustadz Amri duduk sebentar, langsung beranjak pergi.

Dan di antar hingga di pintu utama, tapi hingga kepikiran hanya Habib Munzir dan ustadz fajar saja. Selebihnya memutuskan untuk melakukan aktivitas nya masing-masing.

Di sela sela Tira membersihkan dapur dan kini tengah mencuci piring, eila datang menghampiri anak bungsu nya. Sedangkan bilkis pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu dari dalam rumahnya.

"Adek!" Panggil eila kembali

"Iya umi" bals Tira sambil menoleh sebentar ke arah eila yang kini duduk di kursi meja makan

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang