XXXVII

63 2 0
                                    

Setelah beberapa dari mereka melakukan aktivitas nya masing-masing, Arsyad memutuskan untuk pergi ke kamar nya, sambil mengistirahatkan tubuh sejenak sebelum ia beranjak pergi kerumah Mahesa dan Nafisah.

Selama di mobil Tira dan Irshad selalu saja bertengkar perkara tadi, rasanya masalah tadi tidak pernah usai di bahas.

"Bumil ribet luu! Cerewet" omel Irshad

"Elu?" Ulang Tira shock

"Apa sihh?" Binggung Irshad yang emang tidak mengerti, karena pasal nya mereka tadi selalu melontarkan kalimat kalimat ledekan

"Aa' gak pernah loh... Sebut adek dengan sebutan lu" kalimat Tira menjadi sendu, hal itu membuat Irshad merasa bersalah.

"Iya maaf.... Aa' minta maaf yaa" kata Irshad merendahkan nada bicaranya Sambil mengelus kepala nya

Melihat tanggapan Tira yang hanya terdiam, membuat Irshad merasakan bersalah, hingga Irshad menghentikan mobilnya untuk menyelesaikan masalah nya.

"Gak maafin aa' yaa?" Tanya Irshad sambil mengubah posisi duduknya

Melihat hal itu membuat Tira tersenyum senang "makasih yaa aa"

"Buat?" Binggung Irshad dengan menaikkan alisnya sebelah kanan

"Ya makasih aja, aku senang bisa punya aa' kayak aa. Walaupun kita gak banyak momen banyak, yang romantis seperti kakak adek yang lain, tapi aku bersyukurrrr.... Banget" ungkap Tira dengan setulus hati nya

"Sama sama, aa' juga bersyukurrrr.... Banget bisa punya adek kayak adek, dan sekarang udah mau jadi orang tua, aa' juga pesan jadi lah orang tua yang bisa di banggakan anaknya seperti kakek dan nenek"

"Pasti!"

"Udah, yuk! Berangkat, entar telat" pungkas Irshad sambil kembali mengemudi mobil nya dengan tenang

Dan Tira hanya mengangguk sambil sesekali tersenyum manis.

/\/\


Sekitar pukul 10:35 Arsyad memutuskan untuk pergi kerumah Zia, dengan pakaian rapi, Arsyad juga menenteng amplop bersamaan dengan kunci mobilnya, dengan cepat Arsyad langsung masuk kedalam mobil dengan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Fajri yang tadi tak senagaja Melihat hal itu hanya terdiam dengan tatapan binggung.

"Mau kemana aa Arsyad?" Gumam Fajri sendiri

Fajri yang tak ingin memperpanjang, hanya mengacuhkan saja, tohh... Itu bukan urusan nya juga. Pikir Fajri.

Saat Fajri memulai perjalanan nya menunjukkan kelas, Fajri tak senagaja mendengar pembicaraan Fiki bersama Rita ibu kandungnya. Hal itu membuat Fajri sontak berhenti.

"Kamu harus ikhlas! Bagaimana pun Tira juga bukan jodoh kamu, kamu tidak bisa paksa kehendak kamu, karena ini sudah diatur oleh yang diatas" nasehat Rita pada Fiki

"Tapi kenapa berat banget ya, Bu. Rasanya sakittt... Banget" lirih sendu Fiki

"Mengikhlaskan yang pergi, mengikhlaskan yang bukan miliknya, apa pun hal mengikhlaskan emang selalu berat. Ibu juga mengikhlaskan kepergian ayah kamu, dan mengikhlaskan bukan berarti membenci, ikhlaskan lah dengan keadaan, dan percaya  akan ada yang lebih baik lagi, oke.... Anak ibu pasti bisa!" Rita mengelus rambut Fiki sambil memberi semangat kepada anaknya

Fiki tersenyum, perlahan menghembus nafas panjang "oke! Ikhlas"

"Gede anak ibuu..." Puji Rita gemes

Melihat Fiki dan Rita berjalan yang kini sudah begitu jauh, membuat Fajri melanjutkan perjalanan menuju kelas.

my brother is my husband || end ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang