...
"Kan, apa gue bilang. Feeling gue tuh nggak pernah meleset, Nyong. Kalo ada aja sesuatu yang nggak enak, diikutin sama kejadian yang bikin jantung shock pagi-pagi, njir,"
Soonyoung tertawa sembari memperhatikan sahabatnya yang duduk di dekat almari penyimpanan cangkir dan piring di pantry. Wonwoo sibuk membentur-benturkan dahinya di permukaan meja. Pria itu mengisi cangkir milik Wonwoo dengan air panas. "Udah woy. Jangan benturin kepala lo. Amnesia mendadak mampus lo. Nih ntah mejanya juga jadi goyang, airnya tumpah-tumpah,"
Wonwoo menurutinya, meski pria manis itu masih lemas dan merosot di permukaan meja. Dagunya ia jatuhkan membentur permukaan meja pantry.
"Lagian lo aneh-aneh sih. Biasanya juga pake earphone, kan? Tumben pake speaker segala," heran Soonyoung. "Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, yang Pak Mingyu komplain itu lo nyanyi-nyanyi sih ya. Kalau misal lo pake earphone trus nyanyi-nyanyi, kayaknya tetep dikomplain,"
"Sumpah, Nyong. Gue cuma nyanyi doang, bukan bikin kantor kebakaran,"
Soonyoung tertawa lagi. "Jutek banget ya, Pak Mingyu? Gue denger dia masih single, kan? Baru umur tiga puluh dia udah jadi GM. Kurang hebat apa coba? Manajer di sini aja banyak yang lebih tua timbang dia. Astaga, high quality jomblo. Harusnya lo bersyukur punya bos kayak gitu. Nggak bisa ngedapetin Pak Seokmin, Pak Mingyu jauh lebih kinclong,"
Wonwoo mendengus mendengarnya. "Tapi... agak nggak terima gue, dia negur gue di depan Pak Seokmin gitu. Luntur Nyong, harga diri gue," ratap Wonwoo sebal.
"Terima nggak terima, dia atasan lo sekarang. Pikir positifnya aja, Won. Kali aja habis jadi anak buah dia, jalan buat naik jabatan dari asisten manajer ke manajer jadi lebih gampang lo dapetin,"
"Itu kalau bisa show-off kerjaan ke dia," gumam Wonwoo pelan. "Emangnya, kalau awalnya aja kayak gini, menurut lo nge-impress tuh orang bakal gampang?"
✎﹏﹏ତ
"Kasih saya daftar kejadian kecelakana kerja di perusahaan untuk wilayah Seoul ke arah timur selama setahun ke belakang, terutama yang berhubungan sama safety dan quality. Kamu bisa kirim matriks atau statistik laporan ke email saya. Paling lambat beosk pagi. Lebih bagus kalau kamu bisa kasih semua data itu sore ini,"
Perintah itu keluar bertubi-tubi dari mulut Mingyu. Wonwoo dibuat melotot. Buku catatan di tangannya tak lagi ia coret dengan catatan tugas. Perintah barusan itu sudah terlalu jelas masuk ke dalam kepalanya. Pria manis itu meras aaliran darahnya mengitari tubuhnya dengan lebih cepat. Bagaimana tidak, bekerja dengan Kim Mingyu selama setengah hari ternyata memberinya terapi jantung secepat ini. Sikap lelaki itu dingin, tegas, dam sangat bossy. Sifat ramahnya muncul jika ia berbicara dengan Seokmin arau manajer lainnya yang datang ke ruangan untuk menyapanya.
"Setelah ini saya akna ke gudang. Kamu hubungi orang safety untuk menyiapkan perlengkapan safety shoes dan safety helmet sama rompinya," untuk pertama kalinya sejak angkat bicara, Mingyu akhirnya mendongak dan membalas tatapan Wonwoo yang berdiri di depan mejanya. Pria itu menatap Wonwoo beberapa detik sebelum mulutnya terbuka lagi. "Sekarang, Wonwoo,"
Wonwoo buru-buru mengangguk. "Baik, Pak. Ada lagi?"
Mingyu kembali sibuk dengan laptopnya. Beberapa detik mendiamkan Wonwoo, pria itu akhirnya melirik Wonwoo lagi. "Kerjakan dulu apa yang saya minta. Kalau kamu sudah kerjainnya, saya bakal kasih kamu tugas lain,"
Wonwoo langsung berbalik tanpa aba-aba.
Keluar dari ruangan itu, Wonwoo menelan salivanya. Digigitnya bibirnya sendiri, mencoba menahan diri untuk tidak berteriak kesal. Wonwoo terasa penat. Baru satu hari saja, Wonwoo sudah dibuat seolah pekerjaannya serasa di neraka, Ada paa ini? Lelucon macam apa yang ia terima hari ini? Hari-hari kerjanya yang menyenangkan berubah arah seketika.
Pria manis itu bergegas menuju Safety Department, melaksanakan salah satu perintah Mingyu. Ia butuh peralatan APD—Alat Pelindung Diri. Begitu menemui salah seorang Safety Officer, Wonwoo memicingkan matanya.
"Wah wah, kenapa lo? Muka lo ditekuk begitu?"
"Udah, jangan bahas muka gue. Lo keruangan Pak Mingyu. Beliau minta disiapin APD,"
Lawan bicara Wonwoo membuka mulut lagi ketika Wonwoo berbalik dan bersiap pergi. "Heh heh, mau kemana lo?"
"Kamar mandi, sakit perut," Wonwoo menjawabnya ketus. Ia perlu membasuh mukanya sebelum kembali ke ruang kerjanya. Lebih bagus kalau saat ia kembali ke ruangannya—yang juga ruangan Mingyu—pria itu sudah lenyap dari sana. Akan butuh konsentrasi penuh untuk mengerjakan apa yang diminta Mingyu tadi.
'lebih bagus kalau kamu bisa kasih semua data itu sore ini,'
Wonwoo menggemerutukkan giginya. Sore ini? Oke. Ia akan mengerjakannya. Wonwoo tidak pernah mengerjakan sebuah terget dengan meleset. Ia pasti bisa.
Karyawan bagian keselamatan kerja di dekat Wonwoo memperhatikan ekspresi pria manis itu dan tertawa pelan. "Iya deh, iya. Gue ke ruangan Pak Mingyu. Tapi.. berapa ukuran sepatu Pak Mingyu? Safety shoes-nya gimana ini?"
Wonwoo terdiam. Pria manis itu kemudian menepuk dahinya sendiri—menyesali kebodohannya. Kalau ia sekrang kembali ke ruangan dan bertanya, Wonwoo merasa Mingyu akan memandanginya dengan tatapan memicing ala pemeran antagonis dalam film-film.
Tapi, mengira-ngira sajalah! Dari postur tubuhnya yang tak jauh berbeda dengan Seokmin, mungkin ukuran kakinya juga tak jauh berbeda. Wonwoo hanya menebak. Harinya bisa menjadi semakin buruk jika ia harus kembali ke ruangan dan bertanya langsung pada atasannya itu, kan?
...

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...