...
Namanya Kim Mingyu.
Wonwoo tak paham mengapa Soonyoung terus-terusan berbicara tentang GM yang akan mereka temui hari ini. Sejak datang, Soonyoung sibuk berceloteh padanya, tak memberikan Wonwoo waktu untuk berbicara.
"Lo tadi udah semper ke sini, Nyong?" celetuk Wonwoo saat ia akhirnya bisa berbicara.
Soonyoung menatap Wonwoo bingung. "Maksud pertanyaan lo gimana?" kelakar Soonyoung enteng sembari mempersiapkan laptopnya.
"Maksud gue, sebelum lo masuk ruangan terus nyapa gue tadi, lo udah sempat masuk ruangan ini apa belum?"
"Ya belum lah njir. Gue dateng terus langsung nyapa lo aja," terang Soonyoung. "Kayak biasa. Kenapa emangnya?"
Wonwoo mengangkat kedua bahunya. Saat ia bernyanyi-nyanyi dan membunyikan suara musik keras-keras tadi, ia merasa pintu ruangannya dibuka oleh seseorang. Bagaimana, tidak.. Wonwoo yakin ia sudah mendorong pintu ruangan dengan kakinya ketika membawa perangkat speaker dari ruang meeting sebelah. Kenapa saat ia menoleh tak sengaja ke pintu, pintu ruangannya terbuka lebar?
Soounyoung ikut-ikutan melempar direksi pandangannya ke pintu ruangan. "Kenapa sih?"
"Tadi gue ngerasa udah nutup pintu. Kok pintunya kebuka, ya? Gue kira lo dateng terus keluar ruangan lagi. Kalo aja ke kamaar mandi atau ke mana gitu?"
Soonyoung mengangkat sebelah alisnya. "Tadi gue dateng, nggak ada orang sama sekali di luar, kecuali OB. Kalo aja ada yang sempet mau ke sini, biasalah, mau ngebersihin meja sama nyapu. Tapi ngeliat lo nyanyi-nyanyi kayak orang kesurupan, mereka balik kandang,"
Penjelasan Soonyoung membuat Wonwoo menarik garis bibirnya hingga datar.
"Kenapa? Lo pikir kalau yang buka pintu tuh setan, hah?"
"Ya nggak gitu juga sih, Nyong," kali ini Wonwoo tertawa kecil.
"Terus?"
"Entah, perasaan gue nggak enak, njir?"
"Kenap—"
Pertanyaan Soonyoung terpotong ketika beberapa karyawan satu ruangan masuk bersamaan, berbincang-bincang dan menyapa satu sama lain. Soonyoung melupakan pertanyaannya dan mendatangi sarapan titipannya. Wonwoo pun tak lagi tertarik untuk melanjutkan pembicaraan tak penting tadi. Sebentar lagi jam delapan dan semua karyawan akan sibuk. Pria manis itu tersenyum dan mulai mematikan musik yang ia putar.
"Yang sarapan buruan sarapan dah,"
Wonwoo mengangkat cangkirnya sembari berdiri dari kursinya. "Gue mau ke pantry deh. Ambil air panas buat bikin teh hijau. Lo mau nitip nggak, Nyong?"
Soonyoung tersenyum lebar sembari menyiapkan cangkirnya ketika seseorang dari General Affairs Department terburu-buru memasuki ruangan.
"Eh, mas Eunwoo,"
"Wonwoo, ikut saya sebentar ayok,"
Wonwoo mengerutkan keningnya. "Hah? Ngapain, mas?"
"Pak Mingyu mau ketemu,"
Wonwoo mengerutkan keningnya lagi, kali ini semakin dalam. Mingyu? Kim Mingyu yang disebut-sebut Soonyoung tadi? Wonwoo menengok ke rekan-rekan kerjanya yang saling berpandangan satu sama lain. Ada yang ikut memasang wajah bingung, ada yang hanya memandangi Eunwoo—menunggu penjelasan. Ada pula yang menunjuk-nunjuk jam dinding, memberi isyarat bahwa jam kerja sebenarnya belum dimulai. Kenapa seorang atasan mencari karyawan di jam sepagi ini?
"Pak Mingyu.. yang GM itu?" tanya Wonwoo memastikan.
"Iya, Pak Kim Mingyu. Beliau ada di ruangannya Pak Seokmin sekarang," Jelas Eunwoo—menyebutkan nama General Manager itu.
"Emangnya udah dateng ya, Mas?" sahut Soonyoung. Eunwoo mengangguk pasti. "Iya. Kata satpan, malah dari pagi-pagi banget,"
✎﹏﹏ତ
Namanya Jeon Wonwoo.
Mingyu memandangi map berisi berkas yang disodorkan Seokmin padanya, sementara teman lamanya itu sibuk mondar-mandir sembari memandai layar handphone. Seokmin sibuk sendiri dengan handphone-nya. Seokmin mendekat ke jendela kaca sesekali memandangi pepohonan rindang di luar sana.
Pria itu akhirnya mengantongi benda pipih itu di saku kemeja navy yang ia kenakan. "Itu penilaian Wonwoo enam bulan terkahir. Kejanya cepet kok. Gue rasa bakalan cocok sama arus kerja lo. Dia bakal cocok jadi asisten lo,"
Mengingat foro yang tadi ditunjukkan Seokmin dari handphone-nya membuat Mingyu memikirkan sesuatu. Demi apa... pria bernama Wonwoo ini pria yang tadi bernyanyi di ruangan lantau satu itu, kan?
"Duh, Gyu. Ini belum masuk jam kerja, njir. Lo ngapain manggil Wonwoo? Gue mau ngerokok di luar bentar deh,"
"Bentar aja, Seok. Gue mau lo yang kenalin ke gue,"
"Ya itu gampang. Ntar juga bisa, elah," jawab Seokmin tenang.
Mingyu mengehela nafasnya panjang. "Gue habis ini mau langsung kerja. Sekarang aja kenalinnya. Gue nggak ada waktu banyak, nggak mau lama-lama di Seoul," Tepat setelah Mingyu mengucapkannya, terdengar suara ketukan pintu. Mingyu dan Seokmin sama-sama menoleh ketika pintu terbuka dan menampakkan sosok pria dengan kemeja putih yang dipadu dengan vest biru langit.
"Wonwoo.." sapa Seokmin.
"Pagi pak,"
"Cepet banget udah sampai sini. Nggak doa sama sharing 'what we feel' dulu bareng temen-temen satu ruangan?"
Wonwoo mwmbuka mulutnya. Bibir pria itu terbuka tipis, namun tak ada yang keluar. Ia hanya memandangi Seokmin beberapa detik lalu mengalihkan perhatiannya pada sosok asing yang duduk di balik meja yang biasanya diduduki Seokmin. Pria asing itu memandang Wonwoo dengan tatapan tajam dan penuh selidik, membuat Wonwoo pagi ini makin tidak enak. "Nanti pak, setelah ini,"
Seokmin mengangguk-angguk. Pria itu melangkah mendekat ke Mingyu dan menepuk pundak rekannya sembari meraih kaca mata bening di atas meja—mengenakannya. "Di sini ada tradisi doa bersama tiap pagi, juga kadang-kadang ada sharing perasaan masing-masing karyawan tiap pagi buat pemanasan sebelum kerja biar situasi jadi santai. Biasanya dilakuin di tiap ruangan departemen. Gitu kan, Wonwoo?"
Wonwoo tersenyum dan mengangguk.
"Lo bisa praktekkin itu sama Wonwoo tiap pagi, Gyu," Seokmin tertawa kecil dan mengalihkan pandangannya pada Wonwoo. "Kamu akan kerja under Mingyu. Plan awalnya adalah tiga bulan sebelum Mingyu Go Live. Bisa lebih, bisa kurang. Tergantung proyek pembangunan di daerah industri PIER. Pembangunan infrastruktur bangunan sudah hampir selesai. Harusnya sekrang beberapa kegiatan operasional sudah bisa dibayangin akan jalan bagaimana,"
"Siap pak,"
"Ruangan kalian bakal disiapin tim General Affairs. Paling lama jam break siang nanti semua bakal siap. Nanti kamu koordinasi dan ikut aja apa kata Mingyu, ya," jelas Seokmin ramah—diikuti dengan anggukan Wonwoo. "Terus lo Gyu, ada yang mau lo omongin lagi? Kalau nggak, mending Wonwoo balik ke ruangannya terus—"
"Kamu yang tadi, kan?" potong Mingyu. Pertanyaan Mingyu itu membuat Seokmin heran, begitu juga dengan Wonwoo.
"Maaf. Gimana, Pak?" ulang Wonwoo bingung. Pria manis itu sempat melirik Seokmin, namum Seokmin hanya mengangkat kedua bahunya, isyarat bahwa ia juga tidak tahu tentang maksud Mingyu.
"Yang berisik pagi-pagi, nyanyi kayak orang gila di ruang samping ruang meeting,"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...