...
"Lo jadi kayak Joshua,"
Wonwoo menoleh bingung, Pria itu mendengar dengan jelas suara lirih Soonyoung barusan. Wonwoo berhenti menggerakkan sendoknya—tak lagi mengaduk teh hijau di mug miliknya. Ditatapnya Soonyoung yang menyipitkan mata ke arahnya dengan tatapan penuh selidik.
"Rambut sama poni lo tumben rapi bener. Biasanya berantakan kayak orang nggak pernah keramasan,"
Mulai sadar maksud Soonyoung, Wonwoo menggelengkan kepala, mengabaikan tatapan Soonyoung dan mengaduk lagi teh hijaunya. Gue emang mau kelihatan rapi aja hari ini,"
"Nggak sekalian kemeja lo di kancingin sampe atas? Biar mirip Joshua seratus persen,"
"Eh, nggak boleh ngehina Joshua lu, Nyong. Kelihatan rada aneh gitu tapi cakep loh. Kata Pak Seokmin," cicit Wonwoo pelan pada kalimat terakhirnya.
Soonyoung mengangguk. "No comment kalau itu mah,"
Kedua pria itu berdiri, bersiap meninggalkan pantry. Menata gula dan mengembalikannya ke laci pantry, keduanya membersihkan jejar air panas yang tumpah di meja dan bersiap keluar—tepat ketika seseorang melangkah masuk ke ruang pantry.
"Eh, Pak Mingyu..." sapa Soonyoung.
Mingyu tersneyum ramah, lalu menoleh pada Wonwoo yang membungkuk memberi salam.
"Pagi, Won,"
"Pagi, Pak,"
Senyum dan rona merah di wajah sahabatnya itu membuat Soonyoung sadar ada sesuatu yang harus ia konfirmasi nanti. Sepertinya ada sesuatu yang menarik.
"Kalian berdua lihat OB, nggak? Saya nggak ketemu satu pun,"
"Emangnya Pak Mingyu ada perlu apa?"
"Mau minta kopi,"
Wonwoo mengangguk paham. "Mau saya buatkan?"
"Kalau nggak ngerepotin, boleh," Mingyu sudah hampir berbalik dan melangkah pergi ketika pria itu menoleh lagi pada Wonwoo. Pria itu mengangkat tangannya, menyentuh rambut Wonwoo. "Kamu rapiin poni kamu?"
Wonwoo mengangguk.
"Looks good on you," puji Mingyu tanpa sadar. "Cute like my brother. But better you than him,"
✎﹏﹏ତ
Wonwoo hanya mengangguk ketika Mingyu mengucapkan terima kasih atas kopi yang diantar ke mejanya. Pria manis itu buru-buru berbalik dan kembali ke mejanya. Tangan kanan Wonwoo bergerak merayap ke bawah, meraba panel untuk menata ketinggian kursinya. Diam-diam, Wonwoo merendahkan ukuran tinggi kursinya. Pria manis itu berhasil menutup jaraj pandang matanya pada Mingyu—bersembunyi di balik laptopnya.
Ini gila.
'Dia bilang lo lebih cakep ketimbang adeknya, Won?! Wah, there's something, nih,'
Perkataan Soonyoung itu bisa ia abaikan. Ia juga berhasil menahan diri untuk tak menceritakan perihal Mingyu menghabiskan siang hingga sore di apartemennya kemarin. Wonwoo tak siap mendengar ceracauan Soonyoung—yang katanya skandal lah, jatuh cinta pada atasan lah. Wonwoo tak siap mendengar itu semua.
Lebih tepatnya, ia tak bisa lagi dengan mudah membantahnya.
'Udah kayak buat suami sendiri aja bikinin kopi pagi-pagi,'
Kalimat itu, juga ingatan tentang bagaimana ia tinggal berdua saja dengan Mingyu di apartemennya kemarin membuat wajah Wonwoo terbakar. Meski ia bungkam, Soonyoung tetap mendapat sebagian respon Wonwoo lewat rauh wajah Wonwoo. Wonwoo sudah berusaha keras agar ia bisa kabur dari pantry, menghindari kalimat-kalimat yang meluncur dari mulut Soonyoung. Tapi apa yang sahabatnya katakan selanjutnya, menarik penuh perhatiannya.
'Bunga mawar kemarin itu dari Pak Mingyu, kan?'
Wonwoo hampir menjatuhkan teko berisi air panas.
'Eh, lo belum tau, Won?'
Itu candaan, kan?
'Lo keliatan udah nggak kesel lagi sama Pak Mingyu barusan. Gue kira karena bunga waktu itu, Won. Makanya gue mau matiin aja. Gue tau dari Joshua. Dia ngejamin kalau Jumat kemarin, Pak Mingyu emang bawa bunga ke kantor. Sempet dititipin ke Pak Seokmin juga,'
Wonwoo menggigit bibirnya.
'Kalau ada ornag yang ngasih bunga, itu nggak bisa dibiarin gitu aja, kan?'
'Mungkin cuma permintaan.. maaf,'
Mati-matian Wonwoo berkilah. Namun, detak jantungnya memacu lebih cepat. Ada sesuatu di rongga dadanya, menggelitiknya, membuat pria manis itu menghembuskan nafasnya banjang berulang-ulang. Akhirnya Wonwoo kehilangan kata-kata.
'Mawar putih. Purity, innoncence, silence. Apa mungkin Pak Mingyu diem-diem naruh pernatiahn lebih ke lo? Lo siap kalau itu beneran, Won?'
Wonwoo tak tau. Siapkah ia? Siapkah ia jatuh cinta? Siapkah ia meninggalkan masa lalunya yang menyakitkan? Siapkah ia membuka hatinya lagi?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanficIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...