...
Saat Mingyu akhirnya memberitahu kalau weekend nanti akan membawa Wonwoo ke rumah seseorang yang telah melahirkannya, Wonwoo menahan diri untuk tak bertanya-tanya. Rasanya langsung menemui Ibunda Mingyu akan terasa canggung. Mingyu tak perah menceritakan apa-apa tentang ibundanya selain 'masakannya enak' atau selain kenangan pahit kalau ibundanya meninggalkan rumah demi pria lain.
Mingyu mendapatkan alamat rumah baru mamanya dari Ayah Hansol—kakak kandung mamanya. Sejak perceraian kedua orang tuanya, keluarga Hansol tetap menerima Mingyu sebagai bagian dari keluarga. Meski hubungan keluarga mereka semakin jauh.
Belasan tahun ini Mingyu tak pernah menemui mamanya. Ia juga tak pernah menanyakan alamat barunya semenjak pria manis itu memilih menjauh dari keluarga papanya—karena pilihan hidup yang ia ambil.
Alamatnya di Suwon. Baik Wonwoo maupun Mingyu cukup asing dengan kota itu. Keeduanya mengandalkan GPS untuk samapi di alamat yang diberikan ayah Hansol. Beruntung, alamat rumah itu letaknya tak jauh dari taman kota.
Mobil yang dikendarai Haris bermanuver pelan. Berhenti tak jauh dari depan sebuah bangunan toko—terlihat dimata Wonwoo seperti sebuah galeri seni. Wonwoo melepas seatbelt dan bersiap turun. Pria manis itu hampir membuka pinru ketika ia melihat Mingyu bergeming. Bahkan sabuk pengaman masih betah melingkari badan pria itu.
"Mas?"
Pria itu tak menyahut. Pandangan matanya lurus pada pelataran halaman galeri yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi.
"Kapan turun?"
Mingyu menghela nafasnya, Siapkah ia? Yakinkah ia kalau ia ingin menemui mamanya sekarang... setelah belasan tahun lamanya? Pria itu menoleh lesu pada Wonwoo.
Wonwoo paham. "Nggak jadi? Batal aja nih?"
Mingyu mengusap wajahnya sendiri.
"Mau balik? Lain kali aja ke sini," Wonwoo mengangkat kedua bahunya. "Meski agak lucu rasanya ngelewatin macet di pintu tol tadi. Kita cari makan deh,"
"Bukan gitu, aku udah bawa kamu jauh-jauh ke sini,"
"Itu aku juga heran. Aku minta kamu cerita loh, Mas. Tapi kamu malah bawa aku ke sini,"
"Kalau kamu denger ceritanya dari sudutku aja, mungkin kamu bakal banyak denger opini negatif. Emosiku mungkin bakal buat ceritany jadi gak adil,"
Wonwoo terdiam sejenak. "Makanya kamu bawa aku ke sini, biar aku lihat mama mu secara langsung?"
Mingyu mengangguk pelan. "There's a little... good memories of mom. Tentang mama yang.. ramah, nyenengin juga. Aku gak jamin kalau sifatnya masih sama kayak gitu, mungkin dia udah berubah. I don't know, tapi kalau aku nyeritain tentang perpisahan mereka, aku khawatir aku bakal ngumpat sama teriak marah. I don't want you to see that,"
Wonwoo meraih tangan kiri Mingyu, membelai punggung tangan pria itu dengan ibu jarinya. "I'm not dating a rock, jadi emosi tuh manusiawi,"
Mingyu mengangkat tangan Wonwoo yang bertengger menangkup tangannya, membawa jari lentik pria manis itu untuk ia kecup. "Thank you,"
Wonwoo tersenyum. "Papa kamu gak nikah lagi ya?"
Mingyu menggeleng.
"Pernah tanya kenapa?"
"Nggak. Mungkin karena masih sayang, itu pun om yang cerita. Dulu papa karyawan teladan dikantor kakek. Mereka menikah karena papa adalah orang baik dan pilihan kakek,"
Mingyu tersenyum miris. "Ada yang bilang, menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Itulah kenapa manusia bisa nentuin siapa yang bakal jadi pasangan hidupnya, tapi manusia gak akan bisa nentuin sama siapa dia bakal jatuh cinta,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...