28

575 44 0
                                        

...

Dua langkah di depan Wonwoo, Mingyu berdiri. Pria itu memandangi layar handphone-nya, mengabaikan sekitar. Tubuh tinggi menjulangnya membuat Wonwoo tak bisa mengintip apa yang sedang menarik perhatian mata sang kekasih yang juga atasannya tersebut.

Pria tinggi itu seharian ini sok sibuk sendiri. Ia hampir tak memandang Wonwoo. Komunikasi yang berjalan hanya melalui email. Email-email itu tentu saja untuk urusan pekerjaan. Report inilah, data itulah—membuat Wonwoo uring-uringan tiga jam terakhir.

Padahal ia jelas berkata pada Soonyoung bahwa di dalam gedung kantor ini ia akan bersikap profesional — sebagai atasan dan asisten manajer seperti hari-hari kemarin. Tapi tau-tau dalam rongga kepala pria manis itu, ingatan ketika ia berusia belasan tahun kembali lagi.

Dulu Wonwoo punya partner di ekstrakurikuler karate semasa SMP. Wonwoo pernah mengungkapkan perasaannya terhadap temannya itu dan diterima, tapi belum ada 24 jam, esok harinya temannya itu berkata: 'Rasanya aneh, lebih nyaman waktu kita jadi teman biasa. Iya, gak?'

Kembali pada posisinya saat ini. Wonwoo gemas setengah mati, kenapa Mingyu mengabaikannya seharian ini? Jangan-jangan kejadian masa SMP itu akan terulang lagi? Mingyu berhenti, ketika tau-tau Wonwoo ada di sampingnya. Mingyu mengerjap, bingung melihat Wonwoo yang memicingkan mata.

"Kenapa?" tanya Mingyu heran.

Melihat Wonwoo yang masih bergeming, Mingyu memasukkan handphone-nya ke dalam saku dan mencoba lagi. "Kenapa hm?"

"Ak–saya pulang bareng Soonyoung, ya,"

Mingyu mengerutkan alisnya. "Belanjanya?"

Pria itu ingat kalau kulkas di apartemen Wonwoo sudah hampir kosong. Ia sendiri yang berjanji akan mengantarkan Wonwoo. Tapi kenapa mendadak pria manis itu membatalkannya?

"Kepan-kapan aja,"

Mingyu terdiam. What's wrong? Beberapa karyawan mulai keluar daei kantor, lalu-lalang melewati lobi tempat keduanya berdiri. Sesekali di sela berpikir, pria itu membalas sapaan-sapaan karyawan lain yang menyadari keberadaan Mingyu. Diperparah dengan Seokmin yang mendadak muncul. Kedua pria itu malah sibuk mengobrol. Sebenarnya pembicaraan seputar issue perusahaan, proyek-proyek di luar kota atau negara dan beberapa hal lain.

Wonwoo mendesah panjang. Suaranya tertangkap pendengaran Mingyu, membuat pria itu berbalik. Pria itu melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Bukannya tadi Wonwoo ingin pulang bersama Soonyoung?

Pria manis itu terlihat bad mood.

"Ngambek noh,"

Sahutan Seokmin membuat mata Mingyu melebar, dan Wonwoo makin mengembungkan pipinya. Bahkan Seokmin lebih peka ketimbang Mingyu.

Mingyu berdeham. "Emangnya aku salah apa?"

"Nggak ada, Pak," Wonwoo bersiap berbalik pergi. Namun dengan sigap Mingyu menahan lengan Wonwoo.

"Wah, lo berdua formal banget njir," celetuk Seokmin. Mingyu juga heran mendenganya.

"Kan di kantor," jawab Wonwoo. "Profesional Pak Seokmin, seharian ini juga gitu," imbuhnya lagi.

"Di ruangan juga gitu?" tanya Seokmin penasaran, "Just close the damn door and start cuddling and kissing whenever you like," candanya. "Nggak susah, kan?"

Mingyu hampir mengomeli Seokmin. Namun begitu ia melihat Wonwoo, ia urung. Mulut Wonwoo terbuka tipis, tapi kelihatannya Wonwoo tak berniat berkata apa-apa. Mata Wonwoo berkedip dan merah di wajahnya sangat terlihat.

Wonwoo rupanya termakan perkataan Seokmin. Wonwoo yang mematung membuat Mingyu mengakhiri diam pria manis itu dengan mengecup pipinya itu sedetik.

Suara memekin Seokmin terdengar jelas di telinga Wonwoo.

Wonwoo mengerjap. Tunggu?! Apa yang barusan itu?! Pria manis itu menatap mata Mingyu. Iris mata pria itu membiaskan bayangan wajah Wonwoo sendiri.

"Jangan pasang wajah kayak gitu,"

Wonwoo mengembungkan pipinya. "Ap—"

"Nah, wajah itu," keluh Mingyu.

"Apa sih?!" omel Wonwoo.

"Maksud Mingyu, ekspresimu itu minta di cium," bisik Seokmin enteng.

Wonwoo melongo. "Apa!" Wonwoo buru-buru membekap mulutnya sendiri.

"Ah udah, lanjutin di luar. Untung tadi itu lagi sepi," Seokmin menoleh ke sekitar. Melirik ke meja resepsionis yang sudah kosong. "Pulang aja sana lo berdua,"

Wonwoo masih ingin mengomel rasanya. Namun Mingyu sudah menarik pergelangan tangan Wonwoo, "Kamu pulang sama aku aja, jangan sama Soonyoung,"

Nyatanya memang Wonwoo tak memiliki rencana pulang dengan Soonyoung. Wonwoo pun tak menolak ketika pria tinggi itu menarik tangannya, membawanya keluar lobi. Samar, suara Seokmin masih terdengar di pendengarannya.

"Damn, lovebirds,"

...

Forgive and Forget || MinWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang