6

418 32 1
                                    

...

Soonyoung tau betul kisah cinta Wonwoo sama Jun yang berakhir miris. Lima tahun ini, Wonwoo tak pernah benar-benar menjalin hubungan dengan pria mana pun. Hanya ada beberapa rekan kerja yang berbeda devisi di kantor yang menjadi teman flirting atau dekat selayaknya sahabat saja. Sejak hubungannya berkahir dengan Jun, Wonwoo tak ingin mencari pasangan.

Pria manis itu takut mencintai.

Terlalu mencintai bisa berakhir tersakiti saat sebuah hubungan harus diakhiri. Lebih baik pria itu menunggu ada seseorang yang sangat mencintainya. Setidaknya, itu cukup menjamin bahwa ia tak akan diselingkuhi lagi suatu saat nanti.

Wonwoo menjawab chatt Soonyoung seadanya. Atasannya ada tepat di depan mata, ia tak bisa lama-lama membuka jendela chatt. Hal inilah yang dijelaskan Wonwoo pada Soonyoung. Namun, Soonyoung ternyata tak bisa dihentikan begitu saja.

'Kiw btw, deket berhari-hari sama tuh orang, gimana rasanya? Dia ganteng banget kan? Keren juga,'

Wonwoo menggelengkan kepalanya—tak habis pikir dengan tabiat sahabatnya. Pria manis itu tanpa sadar melirik Mingyu. Hanya beberapa detik dan Wonwoo menundukkan pandangannya lagi.

Sialan bener si Nyongi.

Sahabatnya itu memang tak salah. Mendapat sikap dingin dari Mingyu membuat Wonwoo tak menyadari pesona fisik pria itu. Baru saat konsentrasinya penuh begini, Wonwoo tersadar bahwa ucapan Soonyoung sama sekali taj main-main. Pria itu berbeda dengan Seokmin. Mingyu memiliki rambut hitam kelam yang dipangkas rapi.

Pria itu terlihat memukau. Berbeda dengan Seokmin yang sering menguarkan bau maskulin yang bercampur dengan rokok di seluruh tubuhnya. Mingyu cenderung... wangi.

Tidak. Kenapa tadi ia berpikir bahwa pria itu wangi? Tanpa sadar, Wonwoo mengendus udara—lalu mendesah lirih.

"Kamu kenapa?" Wonwoo sontak menoleh pada Mingyu. Pria itu tengah menatapnya baik-baik.

Wonwoo buru-buru menutup layar office chatting-nya dengan Soonyoung. Ia lalu segera menggelengkan kepala kuat-kuat. Bahunya tampak tegang. 

Mingyu terlihat mengerutkan kening. Namun, pria itu lalu seolah mengabaikannya dan kembali mengurus berkas-berkas di mejanya. Hening kembali menyeruak. Wonwoo langsung menunduk, memandangi layar laptopnya. Jendela percakapan dengan Soonyoung sudah tak lagi tampak di sana. Namun dalam hati, Wonwoo ingin merutuki Soonyoung juga merutuki dirinya sendiri. Sunggu, berurusan dengan Mingyu membuatnya seolah mudah terkena serangan jantung.

Mungkin karena Mingyu yang harus ia segani. Iya, pasti karena itu.

Ah, sudahlah.

"Kamu lembur hari ini?"

Wonwoo mengangkat pandangannya lagi. Mingyu tak menatapnya, tapi Wonwoo takin Mingyu menanyakannya. Pria manis itu melirik jam. Dua puluh menit lagi jam pulang kerja. "Sepertinya begitu, Pak. Di luar juga masih hujan,"

"Nunggu hujan reda?" tanya Mingyu—masih tak menatap Wonwoo. Wonwoo menjawabnya dengan deheman. "Saya sama GM Busan bakal ke gudang sore ini. Kamu siapkan APD seperti biasa," Mingyu akhirnya menoleh. "Ada perhitungan stok di belakang,"

Wonwoo mengangguk. Sepertinya, atasannya ini akan pulang lebih malam darinya.

✎﹏﹏ତ

Wonwoo pulang telat lagi. Bukan karena ia menunggu Mingyu yang sampai detik ini belum kembali ke gedung kantor. Wonwoo tak peduli. Mau pria itu menginap di gudang atau tidak, tetap saja bukan itu alsan mengapa Wonwoo belum pulang juga.

Hujan betah luruh ke bumi. Wonwoo kira langit akan berbaik hati padanya. Namun langit nyatanya betah melimpahkan air dari atas sana. Ia tak mungkin menunggu selamanya. Mungkin hujan ini tak akan berhenti. Kini, Wonwoo mulai habis kesabaran.

Pria manis itu kemudia berlari, langkah-langkahnya membawanya ke tempat parkir motor karyawan. Dengan sekatan, ia mengeluarkan jas hujan miliknya dan mengenakannya. Udara malam makin dingin.

Tak butuh waktu lama untuk melajukan kendaraannya keluar dari halaman perkantoran. Jalanan kompleks pergudangan cukup sepi. Wonwoo dapat merasakan dinginnya udara dan tajamnya tombak air menebraki kulit punggung tangannya yang memegang kendali motor. Angin di sela hujan yang mengalir di bawah rimbun pepohonan membuat Wonwoo menggigil tanpa sadar. Hujan makin derass.

Wonwoo kedinginan sekali, ia harus cepat sampai rumah. Bayangan ranjang yang hangat juga air panas untuk mandi membuat pria itu tersenyum ketika keluar dari kompleks. Beberapa kendaraan lain mempercepat lajunya, meskipun beberapa sudut jalan digenangi air. Begitu pula Wonwoo.

Mendadak, sebuah mobil hitam disamping kanannya membuat Wonwoo terbelalak. Pria itu menahan nafas ketika disadarinya mobil itu mendadak membanting stir ke kiri—entah menghindari kendaraan lain atau tak sadar ada motor Wonwoo di samping kirinya. Wonwoo sontak menekan rem sebisanya.

Suara desitan kendaraan memecah suara hujan. Tabrakan tak terhindari. Wonwoo tak lagi bisa menguasai laju kendaraannya ketika pria itu terbanting ke aspal basah setelah sisi tubuhnya bertabrakan keras dengan sisi badan sebelah kiri mobil.

Tubuh Wonwoo terseret—meluncut bersama kendaraannya.

...

Forgive and Forget || MinWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang