...
"Mas, mas?"
Wonwoo menggigil. Pria itu mengerjapkan matanya. Suara panggilan orang-orang yang mangangkat tubuhnya menepi dari jalanan aspal yang mulai ramai membuat pria itu mengigit bibirnya kuat-kuat. Kedua tangannya bergetar hebat. Giginya bergemerutuk dan Wonwoo kehilangan kata-katanya.
Pria manis itu shock. Kedua kakinya terasa panas. Nyeri terasa kuat di paha dan lututnya. Tanpa menengok pun, ia bisa membayangkan kalau jas hujannya pasti robek—begitu juga celananya. Mungkin malah sampai ke kulit kakinya.
Wonwoo menangis. Air matanya meluncur sama kuatnya dengan air hujan yang menabraki permukaan wajahnya. Pria manis itu menengadah, dibaringkan oleh orang-orang di tepian jalan—menengadah memandangi angkasa gelap. Berulang kali Wonwoo mengerjap.
"Mas, rumahnya di mana?"
"Kerja di mana? AAda nomor yang bisa dihubungi? Keluarga?"
Keluarga Wonwoo tak tinggal di Seoul. Pria itu tinggal sendiri di Seoul sejak kuliah hingga bekerja sekrang. Harus menghubungi siapa?
Nama Soonyoung terlintas di kepalanya.
"Tas.. tas s-saya?"
Seorang lelaki dengan cekatan meraih tas Wonwoo.
"Resleting d-depan..."
Tak butuh bebrapa detik untuk lelaki itu menyodorkan handphone Wonwoo. Pria manis itu dengan gugur menekan layar handphone-nya, mencari kontak Soonyoung di sana. Jemarinya yang bergetar akhirnya bisa menemukan nama Soonyoung. Nada sambung terdengar. Tapi tak ada sahutan. Mencoba sekali lagi, tapi tak ada jawaban. Hal itu membuat Wonwoo mulai sesenggukan—susah bernafas.
"Nomor lain, Mas?"
Wonwoo merasa ingin menggelengkan kepalanya.
"Eh, ini dibawa ke rumah sakit aja? Paling deket RS Universitas Chung-Ang. Gimana ini, kakinya berdarah-darah. Dagunya berdarah juga, sikut tangannya juga lecet," ujar penolongnya pada pengguna jalan yang lain. "Pak, pinjam kendaraan kantor sini aja," ujarnya pada seorang petugas satpam dari perusahaan terdekat dari likasi kecelakaan.
"Boleh sih. Dibawa ke pos dulu aja,"
"Mas, dibawa ke rumah sakit, ya?"
Wonwoo tercenung. Tunggu, Mingyu tadi menyebut kalau ia bersama dengan Seokmin, kan? Wonwoo mengetuk layar handphone-nya lagi. Ia ingat, dirinya punya kontak pria itu, Masih dengan jari-jari tangan yang bergetar, Wonwoo menekan nomor kontak Seokmin.
Aktif!
Tak butuh berapa lama, panggilan itu tersambung. Suara sapaan Seokmin di seberang sana membuat Wonwoo ingin menangis lagi. "Pak.."
Wonwoo menangis. Ia menyodorkan handphone-nya pada lelaki yang bersimpuh di dekatnya. Dengan sigap, lelaki di dekatnya itu mengabari Seokmin. Mengabarkan bahwa Wonwoo kecelakaan.
✎﹏﹏ତ
Karena kondisi Wonwoo yang kesakitan ketika diminta menggerakkan kakinya, pria itu akhirnya dibaringkan di pos penjagaan sebuah perusahaan lain sembari menunggu Seokmin datang. Pria itu memastikan kalau ia akan datang secepat mungkin pada Wonwoo untuk membawanya ke rumah sakit. Wonwoo mempercayainya. Hanya Seokmin harapannya sekarang.
Pria manis itu mencoba memejamkan mata, berharap untuk tenang dan melupakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Namun sekeras apa pun ia mencoba, bayangan kecelakaan tadi membuatnya ketakutan. Sangat ketakutan. Ia beruntung karena tak pingsan.
Hal yang pertama Wonwoo lakukan ketika tubuhnya berhenti terseret di atas aspal adalah menoleh ke belakang segera memastikan apakah di belakangnya ada kendaraan lain atau tidak. Ia khawatir jika ada kendaraan lain yang tengah melaju dan bisa menabraknya kapan saja. Wonwoo melupakan tas dan motornya yang terlempar jauh. Ia meratap keras ketika ia tak bisa bangkit. Syukurlah, begitu ia terseok-seok karena tak bisa mengangkat tubuhnya, banyak orang yang segera berhenti dan membantu Wonwoo—membawanya ke tepi jalan. Perasaan seolah bisa mati kapan saja itu membuat Wonwoo menggigil lagi.
"Wonwoo?!"
Wonwoo mwmbuka perlahan kelopak matanya.
Suara itu bukan suara Seokmin. Pria manis itu menoleh dan mendapati atasannya berlari tergesa-gesa dari mobil ke arahnya. Wonwoo membeku.
"Kamu nggak apa-apa?"
Sosok Mingyu di hadapan matanya membuat lidah pria manis itu kelu. Keduanya saling berpandangan beberapa detik gingga ia bisa merasakan jemari Mingyu menyentuh dagunya dengan perlahan. Pria itu mendesis pelan, menyingkirkan beberapa kerikir kecil yang menemoel lengket di dagu Wonwoo yang berdarah. Wonwoo berjengit.
"Kaki kamu sakit?"
Wonwoo mengangguk. Rasa berdenyut di ujung kedua lututnya tak bisa membohongi Wonwoo. Nyeri paling sakit terletak di sana.
Mingyu menoleh ke belakang. "Seok, geser pintu tengah mobil lo!"
Seokmin ternyata datang. Pria itu yang mengemudikan kendaraannya. Setelah beberapa saat untuk menitipkan kendaraan Wonwoo pada seorang petugas satpam, Seokmin segera bergerak sesuai perkataan Mingyu.
"Kita ke rumah sakit sekarang, ya,"
Pria di samping Wonwoo ini bahkan masih menggunakan safety vest—salah satu perlengkapan APD untuk memasuki gudang. Wonwoo benar-benar tak ingin membayangkan bagaimana atasannya ini bisa ada di dekatnya sekarang. Wajah yang biasanya singin itu terlihat khawatir—dan seolah lebih panik ketimbang Seokmin.
"Wonwoo, maaf ya," ujar Mingyu sambil memeluk Wonwoo, bersiap mengangkat tubuh pria itu dalam gendongannya. "Kamu pegangan erat di bahu saya,"
Wonwoo memeluknya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...