...
"Kursi mobilnya.. basah. Jas hujannya.. belum sempat dilepas,"
Suara lirih Wonwoo memecah keheningan. Seokmin yang sedari tadi berkonsentrasi melajukan mobilnya melirik ke belakang sedetik. Pria manis itu membuat Seokmin tersenyum. "Nan saja dilepas di rumah sakit," jawab Seokmin.
Suara Wonwoo tadi begitu lirih. Nada suaranya datar, tak seperti biasa, efek shock.
Mingyu tak melakukan apa pun selain memeluknya.
Wonwoo duduk menyamping, di bagian tengah mobil milik Seokmin. Di ujung salah satu pintunya, Mingyu duduk diam. Tangan kirinya memeluk Wonwoo dari samping—membiarkan sebagian tubuhnya jadi tempat bersandar Wonwoo. Kaki Wonwoo yang terluka dibentangkan lurus. Dalam kondisi temaran lampu mobil, Wonwoo dapat melihat bagian lutut celananya yang cobek juga kulit kakinya yang berdarah-darah.
Wonwoo hanya bisa termenung. Hari ini, ia merepotkan banyak orang, termasuk pria yang kini ia jadikan sandaran. Jika Wonwoo nerjengit, tangan kanan pria itu akan membelai lengannya. Tak ada kata-kata. Hanya kehangatan tubuh yang seolah ingin Mingyu bagi untuknya.
Wonwoo tak pernah merasa setenang ini dalam sejam terakhir.
"Maaf," desahnya lirih. "Maaf saya ngerepotin Pak Mingyu. Saya—"
"Pertama kali kecelakaan?" tanya Mingyu memotong ucapan Wonwoo. "Kamu shock?"
Wonwoo mengangguk lemah.
"Lain kali jangan pernah lagi pulang malam. Meski kamu dapat atasan kayak saya, kamu tetap punya hak buat pulang tepat waktu,"
Wonwoo mengangguk lagi. Bahu Wonwoo bergetar tanpa sebab. "Saya.. takut,"
Mingyu mengeratkan pelukannya. Wonwoo memejamkan mata.
"Saya juga pernah kecelakaan," ujar Mingyu pelan. "Sudah lama. Malam-malam juga. Dan hujan. Kayak sekarang," Mingyu menghela nafas lirih. "Rumah sakitnya sudah dekat. Nanti jangan pikirin apa-apa,"
"Terima kasih banyak,"
Suasana mobil sunyi kembali setelah Wonwoo mengucapkannya. Tak sampai semenit hingga mobil Seokmin memasuki halaman UGD. Seokmin segera memarkir kendaraannya dan masuk ke dalam UGD—menghubungi petugas UGD. Mingyu membuka pintu mobil dan bergerak selembut mungkin. Pria itu turun terlebih dahulu dan bersiap mengangkat tubuh Wonwoo lagi.
"Pak?" Wonwoo tampak ragu-ragu sesaat.
Mingyu menunduk, menatap balik mata Wonwoo. "Ya?"
"Maaf, badan saya berat," ucap Wonwoo polos.
Untuk pertama kalinya, Wonwoo melihatpria itu tersenyum padanya.
✎﹏﹏ତ
Kedua pria dewasa itu menunggui Wonwoo yang masih ditangani dokter sekaligus menunggui perawat yang mengurus keperluan administrasi Wonwoo. Seokmin keluar dari UGD, mencari tempat untuk merokok. Mingyu memutuskan untuk menemaninya. Mendadak, tangan Mingyu terulur pada Seokmin.
"Ngapain tangan lo?" tanya Seokmin bingung.
"Kasih gue rokok lo," Mingyu menggertakkan giginya karena dingin. "Lo nggak lihat baju gue lebih basah dari baju lo?"
"Lah, salah lo sendiri keenakan meluk Wonwoo," ejek Seokmin. "Lagian, katanya rokok membunuhmu?" kelakar Seokmin. Meski menyindir Mingyu, pria itu tetap mengeluarkan pematik dan rokok dari saku kemejanya. Asap tembakau pun makin mengepul di sekitar tempat Mingyu dan Seokmin duduk.
Hampir jam sepuluh malam. Menurut info terakhri dari dokter jaga di UGD, akan dilakukan pembedahan kecil untuk memastikan tidak ada kerikil atau pohongan aspal di dalam luka lecet di lutut pria manis itu. Sisanya hanya luka lecet.
"Bay the way, motor Wonwoo masih di titipin di perusahaan tadi,"
"Terus?" tanya Mingyu dengan nada bingung.
"Keluarganya nggak tinggal di Seoul. Tapi ada keluarga jauh yang tinggal di daerah Gangnam,"
"Lo udah hubungin keluarganya?"
"Tadi gue udah minta kontaknya ke Wonwoo," terang Seokmin pelan. "Tapi Wonwoo nolak ngabarin keluarganya. Dia takut tantenya bakal ngabarin orang tuanya, terus bakal bikin orang tuanya khawatir. Gue tadi ngecek isi tasnya. Ada kunci apartemen,"
Pria manis itu tinggal jauh dari keluarganya—sepertinya.
"Malam ini, kita minta dokter atur biar Wonwoo rawat inap. Besok biar gue anter dia pulang. Sekarang lo pulang aja,"
"Gue nggak mau ninggalin Wonwoo cuma sama lo," canda Seokmin enteng.
"Don't be crazy. Udah, pulang sana. Lo ngerti, gue nggak terlalu suka tinggal di rumah om gue. Besok pagi-pagi gue bakal pulang terus ngambil mobil Hansol. Kayaknya gue harus ngambil tawaran dia," Mingyu menyesap dalam-dalam batangrokoknya. Dalam waktu singkat, bara apinya sudah mendekati pangkal. Pria itu melirik Seokmin yang masih tersneyum sambil memandangi jalanan depan. "Kenapa lo senyum-senyum gitu?"
"Dunno. Maybe it's because you're softening up,"
Mingyu mengerutkan aslinya.
"Perasaan, kemarin-kemarin lo dingin banget sama Wonwoo,"
Mingyu menghela nafasnya panjang lalu mengudarakan asap dari paru-parunya. "Gue rasa itu karena gue paling nggak bisa denger yang namanya kecelakaan. Pernah ngalamin kejadian kayak gitu rasanya ngeri, Seok. Korban kecelakaan butuh banget pertolongan pertama,"
"Come on, Gyu. Jangan terus-terusan nyalahin diri lo sendiri,"
Mingyu menangkup wajahnya yang berubah kelah, Sekelebat ingatan mampir lagi dalam otanknya. "Dia meninggal karena nolongin gue,"
Seokmin masih bungkam.
"Ngelihat Wonwoo yang ketakutan kayak tadi, buat gue inget.. Hao,"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...