...
Mingyu melirik Wonwoo yang menyandarkan kepalanya sambil memandangi jalanan di sisi kanan mobil—memandangi pengendara lain di luar sana. Mata Mingyu beralih pada bag plastik di pelukan Wonwoo. Ketika Mingyu mempertanyakannya, Wonwoo menoleh dan mengeluarkan isinya.
Ada sepasang syal, dengan rajutan inisial nama yang kecil di salah satu sudutnya. Satu berwarna biru terang, satunya merah bata dengan sedikit garis hitam rajutan.
Wonwoo melingkarkannya pada leher Mingyu. Pria manis itu tersenyum lebar.
"Di luar cuacanya lagi panas loh, Won,"
"Kalau gitu, pakai waktu di apartemenku. Bakal aku turunin suhu AC-nya biar kamu bisa pakai tiap kamu ke sana," rajuk Wonwoo.
Mingyu tak bisa membantah. Wonwoo punya alasan tersendiri.
"Yang biru buat Ichan. Adek kamu suka warna biru, Mas? Tirai bambu ini juga harus kamu bawa pulang ke New York,"
"Apa.. yang dia omongin tadi?"
"Superman juniornya sudah besar,"
Mingyu kehilangan kata-kata. Pria itu melajukan lagi mobilnya. Pria itu menggerakkan bahunya naik, membuat lilitan syal yang berada di lehernya ikut naik—menutupi dagu hingga mulutnya. Pria itu menggigit bibirnya, menyembunyikan senyum tipis yang berasal ntah dari mana.
Wonwoo menyadarinya.
"Terima kasih udah ngelakuinnya ya, Mas," bukan Wonwoo yang seharusnya berterima kasih. Tapi sepertinya, pria manis itu senang dengan kenyataan bahwa Mingyu sudah menerima segalanya, juga menerima mamanya kembali ke dalam hatinya yang sempat membeku—memaafkannya perlahan. "Sekarang, kamu Superman-ku,"
Dengusan dan tawa kecil Mingyu mengudara untuk pertama kalinya hari ini.
✎﹏﹏ତ
"Kita cari makan ya."
"Gimana kalau belanja? Nanti masak di apartemen kamu?" tawar Mingyu.
"Ini udah sore, kalau aku masak jam segini kamu pasti bakal ketiduran habis makan malam, Mas. Lama-lama aku bakal kasih kamu invoice tagihan nginep di apartemenku," ucap Wonwoo iseng.
"Kalau aku nginep di hotel, wajar kalau aku bayar biaya inap per-kamar. Di apartemenmu aku cuma dapet sofa,"
Wonwoo memicingkan matanya. "Kamu tidur di kamar, terus aku tidur di mana? Kamar juga?"
"Kenapa di perjelas?"
Wonwoo mencubit lengan Mingyu. "Jangan bicara yanng nyerempet-nyerempet gitu, aku belum sebulan jadi pacarmu. Tapi boleh, hehe," keluh Wonwoo.
"Sorry then," jawab Mingyu—masih tertawa. "Aku mau ngobrol banyak. Ada banyak yang mau aku bicarain sama kamu. Tentang papa, Ichan, tentang banyak hal yang aku mau kamu tau,"
"Oke, kita ke Times Square atau ke Lotte Mall. Aku tiba-tiba kepikiran mau buat pudding. Mau?"
"Boleh,"
Mobil itu melaju cepat. Langit berubah sore. Kendaraan mulai mendominasi jalan raya. Mata Mingyu menangkap bangunan Times Square di sisi kanan jalan. Pria itu segera mengambil jalur kanan, bersiap mencari jalan putar balik di depan sana.
Wonwoo mengulum bibirnya. Pria manis itu menoleh pada Mingyu, sementara Mingyu menepikan mobilnya ke jalur kanan, beriringan dengan beberapa mobil lain yang bersiap mengambil arah yang sama. Menyadari Wonwoo yang memandanginya, Mingyu menoleh balik. "Kenapa sayang?"
"Eum.. sebelum ke Times Square, bisa.. belok kiri dulu?"
"Mau kemana?"
Wonwoo tesenyum tipis. "Ke.. makam,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...