34

301 24 0
                                    

...

Mingyu hanya mengatakan kalau hari sudah terlalu sore. Alasan itu diterima Wonwoo. Keduanya meninggalkan makam dengan Mingyu yang menyetir mobil ke direksi yang membuat Wonwoo mengernyitkan dahi.

"Bukannya ke Time Square?"

Mingyu menjelaskan bahwa ia ada urusan sebentar dengan Seokmin. Mingyu tidak bisa memikirkannya sendirian. Pria itu buru-buru mengirimi S eokminpesan. Ia harus mengatakannya pada Seokmin—kenyataan bahwa Wonwoo sesungguhnya adalah kekasih lelaki yang pernah meninggal karenanya.

Kenapa takdir serumit ini? Kenapa dunia jadi sesempit ini?

Berulang kali Mingyu menghela nafasnya diam-diam. Suara detak jantungnya yang berdenyut terdengar nyaring ke telinganya sendiri tiap ia menghela nafas. Ia masih gemetaran. Mingyu harus menceritakannya pada Seokmin. Tentang perlukan kenyataan itu diungkapkan pada Wonwoo atau haruskan ia menyembunyikannya? Kepala Mingyu terasa penuh.

"Lotte Mall?"

Mingyu hanya mengangguk dan keduanya segera turun dari mobil. Mingyu melangkah dengan cepat, hampir meninggalkan Wonwoo yang terlihat heran sendiri. Wonwoo memiringkan kepalanya, pria manis itu menghentikan langkahnya di pintu masuk, memandangi punggung Mingyu yang masih melangkah di depan sana. Apa yang sebenarnya membuat pria itu begitu terburu-buru?

Mingyu hampir berbelok saat ia sadar Wonwoo tidak ada di sampingnya. Pria tinggi itu menoleh ke belakang dan mendapati Wonwoo masih berdiri tak jauh dari pintu masuk, Mingyu berbalik, kembali mendatangi Wonwoo.

"Kok berhenti, sayang?"

Wonwoo tertawa pelan. "Kamu itu kenapa, Mas? Kok jalan kayak dikejar setan gitu?"

Mingyu tersenyum tipis, tak tahu harus menjawab apa.

"Kita kemana?"

"Ke atas. Seokmin bilang dia lagi di permainannya. Kita susul dia, ajak turun cari makan. Kamu boleh pilih tempatnya nanti,"

Wonwoo mengangguk. "Oke,"

Tahu Wonwoo masih memandanginya dengan tatapan penasaran, Mingyu tersenyum lagi. Pria itu meraih jemari Wonwoo dan menggenggamnya. Beriringan, keduanya berjalan kembali. Langkah Mingyu tak secepat tadi, namun Wonwoo masih merasakan sesuatu yang tak biasa pada Mingyu.

Wonwoo memandang tangan kanannya yang digenggam erat.

"Sampai digiring gini. Takuh aku hilang kayak anak ayam ya? Takut aku hilang di dalam mall?"

Pria tinggi itu menjawabnya dengan genggaman tangan yang makin erat, membuat pipi Wonwoo terasa terbakar.

"Iya.." Mingyu memang takut kehilangan Wonwoo—untuk alasan yang berbeda.

✎﹏﹏ତ

Seokmin segera keluar dari ruang karaoke. Pria itu memandangi handphone-nya. Ada chatt dari Mingyu yang menyatakan kalai pria itu sudah dalam perjalanan menghampirinya. Seokmin menoleh ke pintu ruang karaoke beberapa detik, teringat pria di dalam sana yang ia temani seharian ini.

Ada apa Mingyu mencarinya tiba-tiba sampai menyusul ke tempat ini?

"Seokmin, mau kemana?" Minghao memanggilnya.

Seokmin berbalik. Kepala Minghao menyembul dari balik pintu.

"Gue ke lobi sebentar. Ntar gue balik,"

"Oh.. oke. Habi ini lagu yang kamu pilih. Kalau udah habis semua list-nya, kita cari makan," ungkap Minghao sambil tersenyum lembut.

"Oke," Seokmin hampir berbalik lagi ketika Minghao memanggilnya lagi.

"Thanks, ya,"

"Nggak masalah. Gue hari ini emang senggang dan kita ketemu,"

Forgive and Forget || MinWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang