16

377 28 1
                                    

...

Meja Mingyu bersih. Pria itu tak ada di ruangan. Entahlaj, Wonwoo tak tau apakah hari ini Mingyu datang ke ruangan ini atau tidak. Namun pria manis itu menemukan setangkai mawar putih di atas mejanya, tergeletak di atas tumpukan kertas berkar yang berserakan di sana. Wonwoo melangkah pelan ke pintu ruangan, melongok ke luar. Keryawan-karyawan yang lian sibuk sendiri dengan urusan masing-masing. Jadi, ini mawar siapa?

Pria manis itu meraih tangkai mawar putih itu, membelainya. Kelopaknya masih segar. Wangi bunganya yang menguar membuat Wonwoo tersenyum. Mood pria itu mendadak tenang—padahal dirinya tadi sempat dibuat bingung dengan ucapan terakhir Seokmin.

Special?

Kenapa kedua GM itu suka sekali membuatnya bingung? Beberapa detik termenung, Wonwoo akhirnya mengabaikannya, Pria itu mengisi sebuah gelas bening dengan ari putih, mengisinya separuh dan memasukkan ujung tangkai mawarnya ke dalam gelas. Pria manis itu meletakkan gelasnya—yang berubah menjadi vas dengan sebuah bunga tunggal—tak jauh dari laptopnya yang menyala.

Wonwoo memejamkan matanya sejenak. Punggungnya tersandar di kursi duduknya. Sekitar sepuluh detik, pria itu membuka matanya lagi. Pandangannya lebih cerah. Hari ini hari Jumat. Weekend. Ia harus bersemangat. Tidak ada waktu untuk memikirkan Mingyu ataupun Seokmin. Biarlah.

Wonwoo mengetikkan chatt pasa Soonyoung. Sore nanti ia dan Soonyoung pulang bersama. Berhubung Soonyoung akan berkunjung ke rumah kekasihnya—Jihoon—yang satu arah dengan jalan pulang menuju apartemennya.

✎﹏﹏ତ

Jumat selalu berjalan dengan cepat. Wonwoo hampir tak sadar kalau ia duduk di kursinya dan tak ke mana-mana sampai jam pulang kerja. Kemarin-kemarin, ia akan sering beroindah tempat ke sana kemari mengurusi berkas-berkas pekerjaan ke bagian-bagian departemen yang lain. Mengaku atau tidak, Wonwoo memang menghindari pria tinggi itu. Ingin marah tak bisa, ingin bersikap baik-baik saja, akan terasa susah.

Tapi sebenarnya hari ini dirinya sudah membaik.

Wonwoo membereskan mejanya sembari sesekali melirik meja atasannya. Kenapa mendadak Wonwoo jadi merasa bersalah karena sempat 'mendiamkan' Mingyu? Wonwoo mengerutkan alisnya. Pria manis itu memiringkan kepalanya mencoba berfikir.

Telepon ruangannya berbunyi.

"Ketemu di lorong lobby ya, Won,"

Wonwoo mempercepat gerakannya, merapikan meja dan menata berkasnya ke dalam filling cabinet. Pria itu meraih tasnya. Mendadak iris matanya kembali tertambat pada mawar putih yang membuat mood-nya terasa membaik berjam-jam belakangan.

Kalau bunga itu ia tinggalkan, ia tak yakin senin besok bunga itu akan tetap ada di mejanya. Mungkin layu atau dibereskan oleh OB yang biasa memnersihkan ruangannya.

Tangan kanan Wonwoo yang tak memegangi tas menggenggam tangkai bunga mawar dengan erat. Sesekali pria itu mengangkat tangannya, menghantarkan kelopak-kelopak wangitnya tepat di bawah indra penciumannya.

Berulang kali Wonwoo menyesap wanginya—dan tersenyum teduh.

"Won!" panggilan itu membuat Wonwoo menoleh. Soonyoung berlari pelan dari arah tangga.

"Dari mana lo?"

"Dari bagian keuangan di atas. Taksi udah dateng belum?"

"Kayaknya sih belum. Lima menit lagi, dah kira-kira,"

Soonyoung mengangguk-angguk. Pria itu merapikan tasnya dan menghampiri Wonwoo. Sebelah alis pria itu terangkat ketika matanya menemukan setangkai bunga bersemayam rapi di genggaman Wonwoo. "Lo ngapain bawa-bawa bunga segala?"

"Ada di ruangan, dari pada gue tinggal ya gue bawa aja lah,"

Mulut Soonyoung terbuka lebar. "Anjay, dari siapa?"

Wonwoo menggeleng tak tau.

"Secret admirer? Jangan-jangan Pak Mingyu! How romantic!"

Wonwoo memelototi Soonyoung. "Jangan sembarangan. Gue aja nggak ketemu sama tuh orang seharian. Jangan nyebar gosip!" omel Wonwoo.

Soonyoung tertawa.

"Kadang gue beneran pengen ngelakban mulut lo, Nyong. Sumpah,"

Soonyoung langsung menutup mulutnya tang tertawa lebar. Kali ini cekikikan. "Gue mau ke kamar mandi bentar deh. Lo tunggu di depan aja, Won,"

Wonwoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pria itu berbalik ke arah berlawanan yang dituju Soonyoung. Soonyoung sendiri tak tau kenapa ia suka seklai menggoda Wonwoo soal Mingyu. Sejujurnya, mungkin Soonyoung sendiri banyak berharap kalau Wonwoo mau belajar membuka hatinya buat orang selain mantan kekasihnya dulu.

"Soonyoung!"

Soonyoung menoleh. Tak jauh darinya, seseorang pria seumurannya berlari menghampirinya—keduanya berjalan ke direksi yang sama. Toilet. "Joshua? Mau kemana? Toilet juga?"

"Iya,"

Soonyoung hanya tersenyum. Joshua adalah asisten Seokmin, lelaki manis blasteran Amerika yang Soonyoung anggap cukup pendiam dan polos itu tidak terlihat seperti itu aslinya bagi Soonyoung. Joshua memiliki rambut hitam legam yang terlihat lembut. Tumben sekali Joshua menyapanya.

"Lo tadi nyebut-nyebut Pak Mingyu ya?" Soonyoung mengerutkan keningnya, kenapa asisten Seokmin ini malah membawa topik Mingyu? "Kenapa Shua?"

"Gue nggak sengaja lihat kalian tadi,"

"Okey, terus?" Soonyoung menghentikan langkahnya di depan pintu toilet perempuan dan laki-laki, menaruh perhatian penuh pada Joshua yang masih berbicara. "Itu loh mawar putih yang dibawa Wonwoo,"

Joshua mengibaskan tangannya sambil tertawa, "Tau nggak? Tadi pagi Pak Mingyu numpang di ruangan Pak Seokmin sampai siang, terus orangnya cabut keluar pas jam makan siang. Pas balik orangnya langsung ke gudang,"

"Oh pantes Wonwoo nggak ketemu pak Haris, terus hubungannya sama mawar putih yang dibawa Wonwoo apaan?"

"Loh? Itu mawarnya Pak Mingyu," sedetik kemudian mata Soonyoung melebar sempurna, "Eh sumpah?! Tebakan ngaco gue tadi bener dong!"

Joshua mengangguk semangat, "Eh? Lo yakin Shua?"

"Beliau bawa satu buket bunga gede sih, tapi tetep aja seberapa gede sih kemungkinannya ada orang lain yang bawa-bawa bunga mawar ke kantor? Itu bunga Pak Mingyu. Pak Seokmin tadi pagi tuh sempet bercandaan sama Pak Mingyu, yaa gue bukannya nguping sih tapi suara mereka jelas banget. Lo ngerti banget kan Pak Seokmin suaranya seksi-seksi gimana gitu, menggema kemana-mana," Joshua terkekeh tanpa sadar.

"Ngomongin apa mereka?"

"Pak Seokmin nyuruh Pak Mingyu ngasih tuh bunga ke Wonwoo, katanya buat minta maaf atas apa gitu gue nggak paham sih. Tapi awalnya pak Haris nggak mau, cuman gue tadi kaget sama kayak lo pas di lobi,"

Soonyoung benar-benar tak menyangka. Memang tak salah ia sering menggoda sahabatnya, pasti ada sesuatu. Soonyoung jadi gemas sendiri.

"Mereka ada hubungan lebih ya, Nyong?"

Soonyoung ingin mengamininya.

...

Forgive and Forget || MinWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang