...
"Seokmin nelfon gue semalem, nanyain lo. Soalnya gue inget lo minta obat tidur, gue pikir lo pasti tidur,"
Mingyu mengecak makanan di atas piringnya. Ia tak melirik Hansol yang ia yakin pasti tengah memperhatikannya. Selama ritual sarapan dengan keluarga Hansol, suasana baegitu sepi. Setelah om dan tentenya pergi, akhirnya Hansol angkat bicara. Sepupunya itu pasti bisa membaca betapa suntuknya wajah Mingyu saat ini.
"Yang nanyain lo itu Seokmin. Nggak bisa apa yang nanyain lo itu orang lain? Selain Minghao juga maksudnya," Hansol mendecak. "Lo nggak berantem sama Seokmin, kan?"
Mingyu mendesah panjang. Untuk pertama kalinya di pagi ini, ia merasa sudut bibirnya tertarik—membentuk sebuah senyuman tipis.
"Kenapa?"
"Lo ngarep gue curhat?"
Hansol tertawa sembari membalik sendok dan garpunya di atas piring.
"Kita bukan anak SMP yang apa-apa suka sharing,"
"Ya kalau gitu jangan psang muka kusut. Papa sama mama ngelirikin lo pas makan tadi, Gyu," Hansol mengingat ekspresi kedua orang tuanya saat sarapan tadi.
"Sorry,"
"Kenapa, sih? Lo ada masalah sama Seokmin?"
"Bukan," Mingyu menggeleng. "Gue cuma ada rasa bersalah yang besar sama sesuatu,"
"Jangan bilang kecelakaan dulu itu?"
Mingyu menoleh.
"Cuma kejadian itu yang bikin lo sering ngerenung tiap ke Seoul. Ichan kadang nge-chatt soal itu. Salah satu alasan lo nggak mau ke Seoul. Kenangan,"
Mingyu berhenti memainkan sendoknya.
"Move on-lah. Kenangan kayak gitu, atau kayak tante Jeonghan, mau sampai kapan bakal ngebikin lo trauma sama Seoul? Nggak setiap sudut kota ini buat lo ngeri, kan?"
"Nggak usah khawatir soal itu. Gue.. pernah mikir buat tinggal lagi di kota ini. Demi.. seseorang,"
"Pernah? Sekarang?"
"Gue lagi ada masalah. Nggak bisa gue pungkiri, Hao sama mendiang Jun itu masalah paling berat selain mama. Karena Hao selalu nyari gue dan dia ngebangkitin perasaan bersalah yang udah ada. Gue nggak punya jalan buat ngakhirin ini semua,"
"Then you want to let that go forever? The person you said earlier is.. Minghao?"
Mingyu menggeleng.
"Kalau gitu, sekarang lo punya alasan lain buat nyelesaiin masalah lo, kan? Kalau emang masih nyambung sama Hao, ya selesaiin dulu urusan lo sama Hao," Hansol menarik nafas panjang dan mendongak pelan. "How long are you going to be? You want to tie up memories of the past? There's someone you want to make your future, right?"
"That someone is.. Jun's boyfriend, Hansol. His real boyfriend. And that's not Minghao,"
Hansol terdiam beberapa detik.
"Rasanya mau cerita ke lo aja kok berat,"
Hansol tersenyum kecut. "Isi kepala lo pasti berantakan banget, ya,"
✎﹏﹏ତ
Mingyu memutuskan untuk menemui Minghao. P mriaanis itu awalnya begitu senang melihat Mingyu mendatanginya—sesuatu yang cukup mengejutkan untuk Minghao. Tapi Minghao akhirnya teringat dengan kejadian kemarin sore di mall. Mengingat Wonwoo lagi membuat hati Minghao menciut. Mantan sahabatnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...