...
Sabtu pagi Hansol mengajak Mingyu olahraga keliling kompleks. Lama tak olahraga membuat Mingyu cepat merasa lelah, beberapa kali sepupunya yang seorang dokter itu tertawa. Mingyu terlalu sering lembur, stres dengan pekerjaan dan melupakan pola hidup sehat. Mumpung weekend, Hansol memaksanya ikut sarapan jeluarga dan melakukan olahraga. Mingyu hanya menurut, sekalian berjanji kalau di New York nanti ia akan rajin ke gym seperti dulu.
Sekitar jam sepuluh Hansol mengajak Mingyu berbelanja. Pria itu ingin membeli beberapa buah dan sayur untuk persediaan di kulkas. Awalnya Mingyu menolak, namun ia teringat sesuatu. Kulkas Wonwoo.
Jadilah kini keduanya berada di supermarket. "Beneran nggak ikut balik ke rumah?" tanya Hansol sambil memilah buah jeruk di tangaannya. Pria itu menoleh ke belakang, memandang Mingyu yang berjalan menjauh, mendekati stan ikan segar.
Mingyu melambaikan tangannya tanpa menoleh, memberi isyarat jawaban pada Hansol sepupunya itu akhirnya memutuskan untuk menghampiri Mingyu, "Mau mampir ke Seokmin?"
"Nggak," Hansol menaikan satu alisnya. "Ngapain gue ke rumah Seokmin bawa-bawa sayuran sama ikan? Kita bukan sepasang kekasih yang lagi ngadain acara masak-masakan ya njir,"
Hansol mendesis, "Dih apaan dah,"
Mingyu tertawa kecil, "Berarti datengin orang lain?" Mingyu memandangi satu persatu ikan segar. Pria tinggi itu menyusuri lemari es tempat display ikan sambil melirik Hansol, "Lo nanya apa tadi?"
"Orang lain? Cowok?" Mingyu mengangguk santai. "Wah, kemajuan. Dapet cowok manis Seoul?" Hansol menampakkan deretan giginya.
"Muka lo tuh apa-apaan, udah mirip kayak Seokmin kalo ngeledek. Wonwoo bukan pacar gue," Hansol mengangguk, "Oh, namanya Wonwoo? Gue tadi hampir ngira kalau yang lo maksud itu Hao. Tapi karena inget kalau lo pernah cerita nggak ada status sama Hao, gue jadi ragu,"
"Emang bukan Hao,"
"Kenapa dah? Lo masih berhubungan kan?" Mingyu mengangguk, "Masih, beberapa waktu lalu juga sempet ketemu,"
"Terus?"
Mingyu menoleh heran. Hansol menghela nafas sambil membantu Mingyu memilih ikan segar. "Ini masih fresh, ada yang cabut duri nggak ya?"
"Heh! Lo tadi nanya apa?"
"Minghao. Dulu dia sering banget mampir ke rumah kalau nggak nge-chatt gue nanyain lo,"
Mingyu menghela nafasnya, "Kenapa dah? Males ya ngebahas Minghao?"
Mingyu tertawa singkat miris dengan dirinya sendiri. Selain Seokmin, Hansol juga tau tentang Minghao. Dulu, Hansol dan Seokmin adalah temannya bermain basket atau billiar selama masa kuliah. Mingyu pun memang sering menginap di rumah Hansol, sebelum Mingyu dan keluarganya memutuskan pindah ke New York.
"Jadi, sekarang gue tertarik sama nama cowok yang lo sebut tadi, siapa dia?"
"Asisten gue," Hansol tersenyum jail, "Anjir, affair kantor?"
"Nggak usah narik kesimpulan sendiri, gue sama Wonwoo nggak ada hubungan spesial. Kita profesional," Hansol mengulum bibirnya gemas, "Oke gue percaya, maksud gue, lo semangat banget njir balanjanya. Ngalahin yang gue beli, beli sayur, milih-milih ikan sampai segitunya. Lo mau menuhin kulkas tuh cowok?" sindir Hansol sarkastik, membuat Mingyu tertawa singkat.
"Gaya lo kayak mau belanja buat istri sendiri, gitu bilang profesional? Lo kira gue sepayah itu nggak bisa baca ada sesuatu?" Hansol terkekeh.
✎﹏﹏ତ
Wonwoo mengerjap. Mata pria manis itu berkedip, alisnya berkerut dan berusaha mengangkat wajahnya, menjauhkannya dari permukaan bantal empuk yang membuat pria manis itu merasa gravitasi ranjangnya sepuluh kali lipat gravitasi bumi. Wonwoo menoleh ke sekitar, tangannya merapikan sebagian rambutnya yang menutupi matanya.
Wpnwoo menguap. Jam berapa sekarang?
Pria manis itu menggaruk kepalanya sambari berusaha bangkit, ia mencoba menajamkan pendengarannya.
Pendengaran Wonwoo tak salah. Ringtone 'Ash' dari boy grup Korea Selatan kesukaannya berdering nyaring. Seseorang menghubunginya. Wonwoo bangkit malas-malasan dari ranjang, siapa yang hari Sabtu begini menghubunginya? Ia masih mengantuk. Semalam ia tidur telat karena keliling Seoul bersama Soonyoung dan Jihoon, hunting kuliner sekaligus nonton.
Ketika dering handphone tak lagi terdengar, Wonwoo sudah bersiap melompat lagi ke atas ranjang. Namun beluk samlai lututnya menyentuh sisi ranjang, suara bel apartemen terdengar nyaring.
"Duuhh!" pria manis itu mengusap wajahnya yang lelah, ia bergerak pelan keluar kamar. Siapa yang mencarinya di hari libur begini? Biasanya yang datang ke apartemen adalah Soonyoung atau keluarga Wonwoo. Tapi keluarganya tak mungkin datang tanpa memberi kabar. Mungkin Soonyoung bersama Jihoon.
Wonwoo membuka puntu apartemen sambil menguap. Apa yang tampak di depan Wonwoo membuat pria manis itu terkejut. Wonwoo mengerjap, mengira ia sedang mimpi dan belum benar-benar bangun. Tapi sosok tegap di depannya itu bergeming, menunggu Wonwoo bereaksi.
Beberapa detik berlalu, Wonwoo mulai sadar. Ia tidak sedang mimpi. "Pak Min–"
"Saya telfon kamu dari tadi, kamu baru bangun?" mulut Wonwoo terbuka tipis meski tak ada kalimat yang keluar dari bibirnya. Mingyu datang! Kenapa? Kenapa tiba-tiba pria itu muncul? Ini hari libur kan? Wonwoo tak salah menghitung kalender bukan?
"Sampai kapan kamu bakal ngebiarin saya berdiri di depan pintu gini?"
Sampai kiamat!!— batin Wonwoo berteriak.
"Wonwoo?" Mingyu mulai tak sabar.
"A–ah saya boleh masuk sebentar aja? Saya perlu ngerapiin sesuatu di dalam," Wonwoo tertawa kaku.
"Nggak perlu, saya udah biasa lihat apartemen mu yang berantakan," Wonwoo menelan salivanya, "Jadi, biasa saya masuk sekarang?"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive and Forget || MinWon
FanfictionIs love capable of forcing you to make peace with the past? "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined berfore" ⚠ warning ⚠ write in BAHASA, mixed language, harsh word & ignore...