Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.Miracle tersenyum senang. Menerima kunci motornya dari tangan ibunya. Tidak ada nilai rendah. Tidak ada keluhan buruk dan juga tidak ada belajar lagi. Betapa senangnya Miracle mendapatkan kembali motor besarnya. Tentu saja itu semua tidaklah murni. Ada tangan Rue yang ikut campur dalam hal ini.
Miracel berlari memeluk motor kesayangannya. Memberikan serangan kecupan. "Ich vermisse dich, mein Geliebter!"
Miracle menaikan motornya— Memasukan kunci. Menyalakan mesinnya. Mendengarkan kembali suaranya yang begitu merdu. Miracle menancapkan pedal gasnya. Membawa motornya yang sudah suntuk ini untuk berjalan-jalan. Seperti biasa Miracle akan pergi ke rumah Czar. Sudah lama dia tidak mengunjungi temannya yang satu itu.
Miracle mengetuk pintu rumah Czar. Tak lama pintu terbuka memperlihatkan laki-laki itu yang sedang melakukan rutinitasnya— Menggosok gigi.
"Morgen Czar!“
Czar terkejut dengan kedatangan Miracle. Malam bahkan belum berganti. Gadis ini datang pagi-pagi sekali menemuinya. "Ruby?!" Mulutnya di penuhi dengan busa.
Miracle menunjuk motor besarnya dengan jempol. "Mau melihat sunrise bersama?"
"Tunggu sebentar!" Czar kembali masuk ke dalam. Dalam waktu sepuluh menit. Ia membersihkan mulutnya. Mengganti pakaiaannya.
Miracle menarik tangan Czar menuju motornya. Czar teringat akan kejadian hari itu. Pria itu melepaskan tangannya. "Tidak-tidak!"
"Kenapa tidak?"
"Aku masih sayang dengan nyawa ku!" Rue melihat motornya yang polos. Kali ini bahkan Miracle tidak membawa pelindung kepalanya.
Miracle tertawa. "Ayolah Czar! Aku janji akan melakukannya dengan perlahan. Apa kau tidak mau mencobanya?"
"Ruby aku tidak bisa--"
"Bisa! Aku akan mengajari mu!" Miracle naik ke atas motornya. Sementara Czar, masih diam di tempat. "Ayo Czar!"
Melawan rasa takutnya. Czar naik ke atas motor. Tubuhnya sedikit gemetaran. "Ruby! Pelan-pelan saja!"
Miracle turun, kemudian naik kembali. Mengubah posisi duduknya menjadi di belakang Czar. "Cobalah Czar!" Pertama-tama Miracle mengajari Czar cara menyalakan mesinnya. Setelah itu Miracle mengajarkan tangannya untuk mengatur tekanan pada pedal gasnya.
Czar sangat gugup. Bukan karena dia takut mengendarai motornya. Namun karena tangan Miracle yang memeluk pinggangnya. Czar mengatur napasnya agar lebih tenang. Kelihatannya tidak sulit. Sebuah keberuntungan jika dia bisa mengendara motor bersama Miracle. Czar mengikuti arahan Miracle. Menyalakan mesinnya. Kemudian memberikan penekanan kecil pada motornya. Dia harus berhati-hati agar tidak mencelakai Miracle dan merusak motor kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himmel
Romansa[ 𝐋𝐢𝐧𝐠𝐬𝐭𝐨𝐧 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 5 ] 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta dan kasih sayang. Membuat semua orang ta...