Rue, papanya meninggal dunia. Cinta pertamanya. Pria yang paling Ia cintai dalam hidupnya. Kabar tak terduga yang Ia dapat hari ini. Ini bukan hanya kabar buruk. Ini adalah kesengsaraan untuknya. Selama ini kabar yang ia kira itu adalah sebuah kebohongan dan trik hanya untuk membawanya pulang ternyata benar-benar terjadi. Jantungnya seolah berhenti berdetak setelah mendengar kabar tidak mengenakan itu. Pantas saja, sedari tadi hatinya tidak tenang. Ternyata inilah yang terjadi.
Tanpa pikir panjang lagi Miracle bersama Czar langsung bergegas pulang ke kediaman untuk menemui Rue. Miracle berharap jika ini hanyalah mimpi. Dia sangat menyesal. Seharusnya saat itu dia langsung pergi saja pulang ke rumah. Atau setidaknya dia mengangkat telepon dari ibunya.
Ia bahkan belum meminta maaf dengan benar.
"Papa!" Miracle berlari begitu sampai di kediaman. Ia ingin segera menemui papanya. Tangisnya semakin pecah. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Karena dialah Rue jatuh sakit.
Miracle menerobos ke dalam kamar orangtuanya. Dia melihat tubuh Rue yang terkapar lemah di atas kasur. "Papa ..."
Di dalam sana ada Mici, Aily dan juga Haelyn. Dia melihat kedua mata Mici yang juga sembab.
Melihatnya masuk kedalam langsung menghampirinya. "Dari mana saja kau Miracle?! Kenapa kau tidak mengangkat telepon mama?! Kau pikir kabar itu tipuan, hah?!"
Kakinya terasa lemas melihat ayahnya yang terbaring tak berdaya. "Papa ..." Miracle naik ke atas kasur menghampiri Papanya. "Papa ... Papa aku sudah datang! Putri mu sudah datang papa! Ayo bukan matamu!" Tangisannya semakin pecah. Miracle menggenggam tangan Rue. Telapak tangannya begitu dingin. "Lihat papa! Lihat! Ini aku papa! Aku putri mu!"
Miracle memeluk tubuh Rue. Wanita itu menangis sekencang-kencangnya. "Papa! Papa maafkan aku!" Teriaknya.Kenapa ini harus terjadi?! Kenapa harus secepat ini. Dia tidak pernah mengharapkan ini terjadi. "Papa ... Maafkan aku papa ..." Miracle mengecup kening Rue.
Dia menyesali perbuatannya. Seharusnya selama Rue sakit dia ada menjaganya. Merawat papanya itu sampai sembuh. Seperti yang di lakukannya saat Ia sakit.
Sekarang papanya itu sudah tiada. Siapa lagi yang akan memanjakannya?
"Papa ... Buka mata mu papa. Kumohon, aku sangat menyesal papa. Tolong jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpa papa. Kalau papa pergi, aku harus bermanja pada siapa papa?"
"Miracle ..."
Miracle mendengar suara Rue memanggil. "Papa?"
"Miracle sayang ku?"
Miracle mengusap kedua matanya. Papanya belum mati dia masih hidup.
"Apa aku bermimpi?"
Miracle menempelkan tangan Rue pada pipinya. "Tidak! Papa tidak bermimpi! Lihat! Ini aku! Aku Miracle mu papa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Himmel
Romantizm[ 𝐋𝐢𝐧𝐠𝐬𝐭𝐨𝐧 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 5 ] 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta dan kasih sayang. Membuat semua orang ta...