Jam sekolah berakhir.
Alan bersama dengan Jake dan Jayden menuju ke parkiran khusus kendaraan roda 2. Cukup jauh tapi berhubung ini adalah sekolah yang bayarannya mahal tentu yang diutamakan adalah kendaraan roda 4. Kebanyakan juga pada pakai mobil. Tapi bukan Alan tentunya.
Keluarganya biasa saja, ibunya guru TK dan papanya jadi pelatih atau sabeum taekwondo di Naiad Island School yang kelas SD. Alan diterima lewat jalur prestasi karena beberapa kali mendapatkan medali juara 1 Kejurnas Taekwondo. Alan termasuk anak aktif dengan selagi dia kosong dan ayahnya siap mengantar pasti akan selalu ikut Kejuaraan dimanapun. Selain itu, nilai hampir sempurna milik Alan juga menjadi salah satu persyaratan.
Dulu, dirinya hampir hanya ingin sekolah negeri didekat rumah. Agar ia bisa berangkat naik sepeda atau ikut Ibu ngajar nanti di drop disekolah. Tapi kedua orang tuanya memaksa untuk menerima kesempatan emas untuk bersama yang katanya orang orang berduit. Dan benar saja kala ia diterima, ibu bahkan ayahnya berani mengeluarkan uang tabungan untuk membelikan Alan sepeda motor. Sepeda motor matic yang menjadi teman barunya sejak 1 tahun lalu.
Alan cukup kesulitan beradaptasi, beberapa kali menolak untuk bergabung dengan orang yang mengajaknya pergi menghabiskan uang. Ia lebih memilih ikut 2 extra untuk menghabiskan waktunya daripada menghamburkan uang. Ia juga kaget dengan makanan di kantin sekolah, menu menu kelas atas membuat Alan berpikir bagaimana Ayah dan Ibunya sanggup membayar semua ini. Alan hanya mendapat beasiswa untuk pendidikan, urusan kantin memang ditanggung pribadi.
Tak memiliki banyak teman itu Alan, dikelas 10 dia sekelas dengan Jayden. Kalau Jake itu teman masa smp nya, walau dua duanya juga temannya masa smp sih. Kalau Jayden dan Jake mah tidak kaget karena memang orang kaya.
"Lan, mau mampir dulu? nongkrong?" tawar Jayden.
"Nggak, ayah pulang cepet, disuruh latihan." ucap Alan sembari memakai helm putihnya.
"Oohh, besok pasti biru biru tuh badan lo." ucap Jake, ini bukan kdrt ya. Karena ketika mereka taekwondo maka akan ada by one.
"Dikit. Jadi nggak sih Jak? buruan." seru Alan. Jake memang meminta untuk diantar ke parkiran ujung. Dirinya tadi telat, parkiran terdekat sudah penuh mobil. Kalau Jayden selalu dapat tempat parkir dekat parkir motor. Mobil hitam menyalanya disana.
"Ayo, duluan Jay."
"Yoo ati ati."
Alan melajukan motornya pelan menyusuri parkiran, melewati berbagai mobil merk mewah nan mengkilap. Melihat itu Alan hanya bisa membatin bagaimana orang bisa se kaya itu dan dapat membeli mobil. Ayah Ibunya kerja keras setiap hari bahkan tak pernah membayangkan membelinya.
"Thanks Lan, hati hati lo." ucap Jake setelah turun dari motor temannya itu.
"Yoi."
Insecure mungkin tak cocok untuk Alan. Bahkan Alan yakin diantara parkiran motor itu yang milik murid hanya miliknya. Selain itu juga milik penjaga atau staff bawah sekolah. Alan bangga bangga saja ayahnya sabeum dan ibunya guru TK. Walau memang terkadang ia tertekan tapi tak masalah, dia sudah melewati tahun pertamanya dengan mulus.
Berharap tahun 2 dan 3 akan sama pula.
•
Lain hal nya dengan Serena.
Kali ini berhubung hari pertama sekolah ia dan Hadden diantar supir. Biasanya Serena juga diantar jemput supir kalau tidak ya diantar jemput mamanya atau papanya. Berhubung Hadden yang berjarak umur kurang lebih 2 tahun itu masuk SMA yang sama dengannya. Ia akhirnya mendapatkan izin untuk naik mobil sendiri kesekolah. Nggak usah kaget, Hadden kelas akselerasi 1 tahun lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm
Teen Fiction[IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyebalkan, lelah...