[42]

2.3K 306 73
                                    

Sebenernya hal ini nggak pernah ada dalam benak Serena. Ya siapa yang membayangkan mau kecelakaan dihari itu. Mana kecelakaannya deket pol sama sekolah, bahkan security sampai ke yang jaga didepan loby penjemputan sangat hafal dengan mobilnya. Tapi hari itu benar benar diluar bayangannya. Setelah menyuruh Hadden memberikan kunci saat dia mau extra Serena tak punya firasat apapun. Karena dia pada dasarnya mau cepet cepet pulang, karena Alan nggak bisa temani extra.

Dan moodnya ini pengen naik mobil sendiri, niatnya itu mau jemput Hadden dulu ke burjo. Karena burjo juga nggak jauh dari sekolah, tapi namanya alangan ya siapa yang tau ya. Kalau tau juga dia nggak mau jatuh juga.

"Maa.." panggilnya ke sang mama.

Serena tentu akan bed rest dan izin sekolah dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Anak itu juga sedang mengumpulkan mentalnya untuk kembali ke semula. Dari tulang kering yang terdapat luka sobek itu, dijahit cukup banyak agar tertutup. Luka luka terkena kaca juga masih baru dan tentunya terlihat. Dirinya akan kembali sekolah jika mau.

"Iyaa? ada butuh sesuatu?" tanya Elea. Yang menunggu Serena pagi ini ada papanya yang izin dan Elea sendiri. Semua Uncle bahkan kakek dan neneknya sudah kembali kerumah.

"Tolong maa hpnyaa." pintanya, hpnya memang di carge dan dirinya juga baru bangun tidur. Badannya terasa sangat remuk, sakitnya dimana mana.

"Ada yang masih sakit ?" tanya Andrew sembari duduk disisi kosong bed Serena. Semalaman dirinya dan Elea tak dibiarkan tidur oleh Serena. Anak itu meringik bak anak kecil mengeluh sakit sana sini. Dan faktanya Serena ini tak pernah sakit separah ini, karena kalaupun demam efek musim aja anak itu dikasih obat sekali ya udah sembuh. Termasuk daya tahan tubuh yang bagus, tapi ini kan hubungannys sama fisik luar ya.

"Dikit papa. Sakit bangetnya semalem, ternyata sekarang nggak sakit banget kok." jawab Serena.

"Oke, mau dibeliin apa? tuh Kakek Adrian mau otw." potong Elea. Anaknya tak mengalami cedera serius, sesak nafas itu karena efek syok dan tekanan airbag saja. Rusuk dan lehernya hanya sedikit terkejut karena tekanan besar tiba tiba. Tak sampai patah, geser atau bahkan retak.

"Mau mie ma. Indomie." balas Serena jujur. Kemarin dan pagi ini, dia hanya makan makanan hambar dirumah sakit. Dia butuh yang micinnya nampol.

"Oke." aduh senangnya semua dituruti.

"Besok lagi sama supir ya? Adek juga." ucap Andrew. Dirinya beserta istri memutuskan untuk membuat Hadden dan Serena naik mobil bersopir. Jelas dia khawatir lagi kalau Serena ini ngeyel dan paksa Hadden lagi. Buktinya ya kemarin, hasil dari pemaksaan.

"Ga mau pa, masa udah SMA masih aja dianterin supir. Iya aku nggak naik mobil sendiri, tapi jangan buat Hadden gitu juga. Kasian, dia tuh cowok loh, biarin naik mobil kalau mau keluar keluar gimana. Nanti kalau diejek cupu gimana? ga mauu." keluh Serena dari dalam hati. Dia juga kasian ke Hadden kalau kecipratan strictnya keluarga ini. Walaupun Hadden itu juga sangat bebas, tapi ada aturannya. Selalu lebih diarahkan untuk perdalam kemampuan daripada perbanyak teman.

"Tapi bahaya, kamu jadi kaya gini. Papa takut kamu kenapa napa, Nova juga." ucap Andrew jujur.

"Paa. Ini udah takdir kaya gini. Pokoknya aku nggak mau kalau pakai supir, Hadden harus naik mobil sendiri. Kalau papa maksa aku mau sama Kakung sama uti aja." ancam Serena.

Dia memang akan mengancam ikut kakung sama uti (ortunya Andrew) daripada mengancam ke Tacenda. Karena kalau ke Tacenda bukan kabur namanya tapi malah datang kepenjara. Itu sih bayangan Serena ya, maklum dilebih lebihkan. Ratu drama part II setelah Eleanor.

"Mobilnya rusak kan? jadi supir."

"Pake mobil yang ada, yang buat bibi belanja juga nggak papa. Asalkan sendiri, mau sama Hadden aja." kekeh Serena.

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang