Beberapa hari kemudian..
Persiapan untuk lomba sudah matang, bahkan Alan dan Serena sudah semakin dekat. Serena sudah melunakkan diri, Alan sudah total kepada Serena. Hanya saja mereka belum memiliki status, masih dalam kondisi apa yaaa bisa disebut HTS.
"Ayo pacaran." ucapan tiba tiba dari Alan membuat Serena menatap laki laki itu terkejut. Bukan hal baru kala mereka berdua itu makan bareng dikantin. Kebiasaan itu baru dimulai sekitar 3 harian yang lalu.
"Kenapa?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Serena.
"Kok kenapa? ayo pacaran." ajak Alan lagi nampak serius.
"Kamu serius?"
"Serius, kamu pilih deh mau jadi pacarku atau aku jadi pacar kamu." pilihan itu membuat Serena mau tak mau tersenyum.
"Emang udah ngerasa puas kejar akunya?" tantang Serena. Sebenernya Serena hampir emosi dan nembak Alan beberapa waktu lalu. Dirinya gerah karena mau sayang sayangan masih terbatas status. Kaya rugi sia siain waktu gitu.
"Belum, kamu kan nggak harus aku kejar. Kita udah diposisi yang sama, abis itu kita jalan bareng." duhh ngeliat Alan mode cowok begini bikin Serena oleng.
"Tanggal berapa sih ini?"
"Tanggal 30."
"Oke, berarti tanggal 30 bulan Juli?" tanya Serena penuh makna yang dibalas senyum merekah Alan. Alan itu cepet tanggap dan cepet paham, dibalas kaya gitu aja dia udah paham artinya apa.
"Waahhh, aku udah mikirin ini semaleman. Kalau kamu tolak lagi bingung mau nembak model gimana." balas Alan. Alan udah nembak Serena berkali kali kalau mereka dalam mood yang sama sama baik. Tapi tetep aja, jawabannya enggak. Giliran ditembak gitu malah dijawab iya.
"Tanganku udah gatel beneran."
"Gatel kenapa?" tanya Alan khawatir dan menarik 2 telapak tangan Serena untuk dia liat.
"Gatel pengen pegang rahang kamuu, bukan gatel yang beneran gatel." tawa Serena langsung menguar membuat Alan menghela nafasnya lega. Ia pikir beneran gatel gatel.
"Pegangnya besok kalau dirumah jangan disini." bisik Alan bercanda.
"Iyaaa, dirumah aku emang berani?"
"Berani, kan kamu yang pegang. Nanti aku alesan ke Om Andrew, kalau aku yang diapa apain anaknya." saat itu mereka berdua saling mengakui, kalau yang mereka butuhkan itu yang kaya gini.
Pacaran.
Karena baru beberapa menit jadian, mereka sudah bisa menikmati obrolan dengan lepas kaya gini. Beberapa minggu sebelumnya bahkan semuanya serba terbatas. Serena yang terbayang bayang nggak ada status, Alan yang mikirin gimana nanti kalau Serena malah nolak dia lagi. Hadeehh dasar anak SMA.
"Ahh udahh capekk senyum akunya." ucap Serena. Hawanya ini bahagiaa, bahkan senyumnya mulai tak luntur. Moodnya sedang over bagus.
"Padahal cantik senyumnya, jangan capek." kannn, ngalus.
"Please, batas anti love bombing."
"Aku nggak love bombing, itu fakta."
"Iyain deh."
"Ayo ke lapangan futsal, abis ini kelas kita yang tanding." ajak Alan membuat mereka pergi turun ke lapangan.
"Aku duduk bareng temenku dulu ya berarti?" tanya Serena kala mereka di lift. Alan sempat mengatakan kalau nanti waktu dia tanding maunya Serena duduk dekat bench.
"Iya, jangan deket deket sama jangan jauh jauh." ingatnya.
"Hahah, kenapa sihh?"
"Nanti takut kena bola, kalau jauh jauh ya ngapain nonton kalau jauh." tuh kannn, Alan tuh orangnya kaya gini. Awal awal ajaa yang full lembut, tapi kadang ada sisi dia yang rese. Bikin nggak bosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm
Teen Fiction[IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyebalkan, lelah...