Perjalanan menuju ke ruang komite mama nya tak secepat itu. Harus naik lift dan pindah gedung, karena pada dasarnya ruang komite dilantai tertinggi dan dipusat nya Naiad. Kalau bertanya bagaimana bisa mamanya aka Elea menjadi komite jawabannya karena dia menyekolahkan 2 anaknya langsung disekolah itu bahkan sejak mereka TK. Ibaratnya ini malah Serena atau Hadden ini jadi wajahnya Naiad. Apalagi suka nangkring di majalan bulanan milik Naiad. Behh promosi.
Dan dimasa Hadden dan Serena SMP, Elea langsung jadi komite dan berjarak 1 tahun jadi ketua komite. Ya kehidupan sekolah Serena dan Hadden jadi bak di surga. Apa apa bisa dicover oleh mamanya.
"Itu tadi siapaa anjir Den?!" seru Serena ketika mereka masih berjalan menuju ruang komite. Tenang saja ruangan itu perorang, jadi mamanya sendiri.
"Mana gue tau, cucu Dada kali."
"Omongan lo. Cucu Dada ya kita sama anak uncle Marv doang. Nggak liat lo dia panggilnya grandpa sama grandma. Anak siapaa bisa bule gitu? orang semua cucu Tacenda lokal pride." cerocos Serena. Tolong yaa dia dan Alan sudah baikan jadi yaa Serena sudah kembali ke semula.
"Udah tanya mama aja, gue ga berani urusan di grup Tacenda. Masa remahan kaya gue nyuruh nyuruh para kakek kumpul, yang ada gue yang disuruh push up. Emang Dada tuh mengadi ngadi." omel Hadden.
"Kamu ikuutttt, soalnya kamu juga bakal ku introgasi masalah itu cewek didepan mamaku." ucap Serena ke Alan.
"Tapi kamu mau bahas tentang keluarga?" tanya Alan meragu. Ya dia rada ga enak juga kalau tiba tiba join.
"Ikut aja." berakhir Serena menggandeng lengan Hadden dan Alan disisi kanan kiri.
Tok..
Tok..
"Masuk." saut suara dari dalam.
"Gaya banget sih pake ketok pintu segala. Ngapain kesini?" omelan Elea menyadi sebuah sambutan.
"Loh, ada Alan juga." sapanya melembut.
"Sama anaknya aja ngomel ngomel, sama Alan langsung tiba tiba jadi baik gitu?" saut Serena seperti tak terima.
"Hahaha, duduk duduk. Ada apa?"
"Dada tadi bilang suruh aku ngabarin di grup Tacenda. Katanya diajak meetup malam ini kerumah kakek buyut. Urgent ma katanya, terus aku nggak berani bilang di grup." adu Hadden langsung. Alan hanya diam dan memantau, lagipula dia juga harus apa?
"Emang ada apa kok tiba tiba meetup? kan masih lama loh jatah meetupnya." jawab Elea bingung. Karena bulanan mereka untuk bertemu itu masih besok akhir bulan. Ini baru pertengahan belum ada kok udah bahas ketemu.
"Tadi itu gara gara cewek rese ma. Dia resein Alan." adu Serena.
"Rese in gimana?" tanya Elea bingung. Kadang putrinya itu terlalu over, orang nggak rese kadang dimatanya keliatan rese gitu. Padahal mah enggak.
"Ya kaya orang ga tau malu, masih ngejer padahal udah nggak ada hubungan. Mana tiba tiba dia tuh panggil Dada grand pa maaa. Aku sama Hadden cuma bisa cengo denger dia panggil Dada Grandpa." celoteh Serena jujur.
Elea bahkan langsung meletakkan minuman kalengnya dan menatap putra putrinya dalam. Dia nggak mau pemikiran diotaknya jadi kenyataan. Seharusnya itu nggak terjadi sekarang atau bahkan dimasa depan nantinya.
"Siapa maksud kamu?"
"Nggak tau ma, dia resein Alan malah nginget ngingetin masa lalu. Tiba tiba Dada tuh dateng, eh kok dia panggil grand pa. Muka Bubu juga panik." cerita Serena.
"Bule?"
"Iya."
"Dia mantan Alan?" tanya Elea langsung ke Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm
Teen Fiction[IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyebalkan, lelah...