[7]

2.4K 237 10
                                    

Hari ini tiba tiba ada pengumuman untuk semua ketua kelas beserta notulen untuk datang dirapat besar bersama komite dan osis. Serena yang sedang merebahkan diri sembari memainkan candy crush langsung menegakkan badannya dan menatap Alan tajam.

"Kenapa?" tanyanya kalem, tiba tiba dia ditatap sebegitunya kan ya kaget.

"Sama siapaa? sama aku ya ya yaaaa?" minta Serena sembari memegang jari telunjuk kiri Alan dan menggoyangkannya kecil.

"Kenapa jadi aku aku ?" tanya Alan bingung, ada saja gebrakan Serena ini lama lama.

"Gapapa pengen aja sih, emang nggak boleh?"

"Terserah."

"Zoe, sama lo?" tanya Alan ke Zoe yang terpaut jarak 1 orang.

"Ee ehh sama Serena aja kan sekretarisnya dia." tolak Zoe yang membuat Alan mengalihkan padangannya ke Serena yang tersenyum lebar. Tak tau saja, Serena mengkode Zoe untuk mengatakan tidak. Biarkan lah Zoe pusing dan menebak kenapa ia sangat ingin bersama Alan.

"Okeee gas." ucap Serena semangat kemudian mengambil tabnya.

"Pakai kertas atau buku terus ditulis." cegah Alan.

"Enak pakai tab, lebih rapi tau." tolak Serena.

"Tulis tangan, apa susahnya? kalau nggak mau biar gue yang tulis sendiri." ucap Alan kemudian mengambil note book kecilnya. Tapi belum sempat ia bawa sudah direbut Serena setelah meletakkan tabnya kasar. Batin Alan mengatakan apakah semua orang kaya begitu? tak sayang dengan barangnya sendiri.

"Iyaa ayo."

Baru berjalan beriringan untuk menuju aula besar yang ditengahnya ada meja panjang. Ini biasanya untuk rapat guru dan komite, kali ini ditambah kursi sekeliling lagi untuk murid muridnya.

"Mau kemana?" cegah Emier yang bertemu mereka dikoridor.

"Rapat." jawab Serena singkat karena tau Alan tak akan membuka mulutnya.

"Kok sama dia? Zoe kan seharusnya?"

"Ya kenapa sih kepo banget, terserah gue juga mau ikut Alan atau enggak." ketus Serena, lama lama muak dia ini si Emier kepo banget.

"Lo dikantin tadi kenapa makan sama dia Ser?" tanyanya lagi, seperti memang berniat untuk menghalang halangi.

"Ya suka suka lah, minggir gue mau rapat ngerti enggak sih." bentak Serena, muak.

"Dia itu miskin Ser, masuk jalur beasiswa aja belagu. Jangan deket deket." ucap Emier sebelum didukung tawa oleh para pengikutnya. Alan bahkan hampir mengajak duel Emier sebelum ia sadar. Kalau sampai dia melakukan itu, yang ada dirinya yang hancur bukan Emier. Hancur dalam artian Alan yang akan hilang.

"Ya terus? btw Emier, lo juga nggak usah belagu. Lo masih dibawah Tacenda, bapak lo yang paling lo bangga banggain itu jadi pejabat gara gara siapa? gara gara Tacenda. Jadi nggak perlu lah sok kaya didepan gue. Satu lagi, mau Alan kaya kek, enggak kek, tapi dia selera gue. Lo denger lagi, Alan selera gue. Jadi mending lo pergi dan jangan pernah interact sama gue lagi disekolah. Inget itu." ancam Serena sebelum menarik tangan Alan dan mengajaknya berjalan cepat menuju lift.

"Kenapa sih lo diem aja waktu Emier ngomong gitu?!" tanya Serena marah, Alan ini selalu diam dengan omongan tak beradab dari Emier.

"Terus harus gimana? meledak ledak kaya lo tadi? yang diomongin Emier itu fakta. Kalau fakta kenapa gue harus marah Serena? buang buang waktu." jawab Alan tenang. Entah lah Alan ini kelewat tenang hingga tak bisa diprediksi isi dalamnya.

"Ya tetep aja harus membela diri."

"Cara gue membela diri adalah dengan gue bertahan tanpa membuat masalah hingga selesai. Dengan nilai sempurna dan itu akhir dari pembalasan gue ke mereka. Gue nggak punya kekuasaan untuk membela diri sekarang, yang ada Emier makin nggak suka dan malah berakibat buruk." jelas Alan.

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang