Alan dan Hadden keluar untuk duduk di teras rumah ditemani oleh makanan ringan dan minuman. Hampir Alan mengajak Hadden nongkrong di belakang, ditempat dekat kolam. Tapi, akhirnya memilih diluar sembari ngeliat anak anak pada main di halaman depan. Halaman itu disatu sisi ada beberapa mainan anak seeperti perosotan, ayunan bahkan panjat panjatan standar TK. Adanya itu adalah untuk penunjang kegiatan ibunya.
"Rame anak anak ya disini?" tanya Hadden, kalau sedang tidak bersama Serena atau orang lain. Hadden hanya akan lo gue an ke Alan, tidak ada kak Alan sesuai kesepakatan.
"Lumayan, tapi kalau nggak les mereka cuma main disitu kalau nggak diteras." jelas Alan.
"Nggak ngerecokin gitu?"
"Enggak. Rugi juga ngerecokin gue, mereka tau kalau nggak lagi les atau ada keperluan nggak boleh masuk rumah." Memang, syukurnya anak anak tau diri. Kalau mereka tidak bebas akses dalam rumahnya Alan.
"Tapi berisik banget." Hadden jujur.
"Hahaha, sedikit tapi lama lama kebiasaan."
"Jam segini nggak pulang tuh? udah mau jam 12 anjir." keluh Hadden, dirinya mau nunggu dimobil sambil tiduran. Tapi mobilnya dikelilingi bocil bocil main.
"Kalau jam 12 pas mereka pada pulang, tidur siang."
"Sama Kak Nola beneran putus?" tanya Hadden tiba tiba mengalihkan pembahasan.
"Ya kaya yang Serena bilang. Putus tapi gantian gue yang ngejar dia." jawab Alan. Hadden mengernyitkan dahi heran. Lah, harusnya kan nggak perlu ?
"Kenapa? bukannya lo nggak seneng sama Kak Nola? kalau nggak seneng ya nggak usah dipaksa." ucap Hadden.
"Siapa bilang gue nggak seneng sama Serena. Kalian ini beneran kakak adik yang sama, suka memutuskan suatu hal yang bahkan hal itu aja nggak kalian tau aslinya." balas Alan.
"Gue seneng sama Serena, makanya gue mencoba reach out duluan. Kalau nggak seneng gue nggak mungkin mau dateng kerumah izin buat bawa Serena kesini. Semua itu ada alasannya Hadden."
"Gue cuma mau lo jangan bikin kakak gue nangis lagi. Gue udah cukup bersabar waktu dia nangis dan babak belur." tegur Hadden.
"Hari itu juga jadi penyesalan terbesar gue."
Tak lama kemudian..
Tinggg..
Tingggg...
Suara itu adalah suara dari alarm yang sudah dipasang ayahnya untuk tanda waktu bermain siang anak anak habis. Mereka wajib tidur siang dulu minimal 1-2 jam sebelum kembali main dan les.
"Nah." dan benar saja, anak anak itu langsung lari pulang tunggang langgang bak dikejar monster. Suasana teras itupun langsung sepi.
"Gue mau tidur dimobil, nanti bilangin ke kak Nola." pamit Hadden.
"Didalem aja, diruang tamu atau kamar gue Den." cegah Alan.
"Nggak usah, nggak enak sama ibu."
"Oke."
Setelah Hadden pergi, Alan tentu menyibukkan dirinya untuk bermain game. Menunggu orang baking itu lama, bahkan sangat lama.
45 menit kemudian..
"Hadden mana?" tanya Serena dan langsung mendudukan dirinya dikursi samping sembari meluruskan badannya yang terasa kaku karena duduk dan membungkuk tanpa bergerak bebas.
"Tidur itu dimobil."
"Gimana? ibu ajarin kamu baking nggak?" tanya Alan.
"Diajarin. Akunya diajarin bikin kue kering lucu banget bentuknya tauuuuu. Itu pertama kalinya aku bikin kue kue cantik gitu. Jadi pengen bikin bentuk lain lagi." cerita Serena bahagia. Alan yang melihatnya sedikit bersyukur kalau Serena menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm
Teen Fiction[IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyebalkan, lelah...