[4]

2.6K 239 12
                                    

Hari berikutnya...

Kelas 11 D heboh total, Pak Hadi tiba tiba mengumumkan kalau dia akan kasih modul tapi dengan syarat 2 orang satu buku. Heboh pertama karena, kata beliau cetakan terbatas. Heboh kedua karena Serena.
Serena menjadi fokus kehebohan, Emier tak terima kala meja Serena dan milik Alan jadi satu. Dikelas ini yang berpasangan ada 2. Hanya Serena Alan, satunya Kenzo Zoe.

"Pak, acak aja lah tempat duduknya. Kalau nggak itu yang cewek sama yang cewek." ucap Emier memulai perdebatan.

"Ribet tau Em, lagian juga bukan lo yang semeja sama cewek. Soalnya gue nggak mau pindah pindah." sentak Zoe. Dia emang nggak mau pindah, nanti diacak malah dia yang didepan.

"Serena ? lo?" tanyanya ke Serena.

"Kamu ini cuma mau Serena pindah atau gimana Emier. Serena nya saja diem aja kok kamu yang kepanasan. Sudah ya ini udah final, Miss Ara juga sudah setuju. Kemungkinan bakal begini terus biar kalau ada tugas kelompok gampang." tegur pak Hadi.

Serena hanya pasrah kala pengumuman itu terucap apalagi mejanya sekarang sudah menyatu dengan milik Alan tepat ditengah. Canggung banget. Apalagi Serena ini tipe orang yang banyak bertingkah dan nggak bisa duduk anteng. Mana dia ada debar debar dikit lagi.

"Bisa diem nggak sih?" suara bass milik Alan masuk tepat ke telinga Serena.

"Nggak. Diem aja bisa nggak sih nggak perlu hirauin gue." balas Serena tak kalah ketus.

"Ya kita jadi semeja, gimana gue bisa nggak ngehirauin kalau lo gerak terus." ucap Alan. Bener bener deh ini kayanya kehidupan dikelas 11 Alan bakal menguras tenaga. Baru mulai saja ini tenaganya sudah berkurang drastis.

"Okee guys, buka modul halaman pertama."

Reflek Alan dan Serena memajukan kepalanya untuk melihat modul di depan mereka yang hanya ada satu. Mereka dalam diam memperhatikan guru dan sesekali ke buku. Tak ada percakapan lagi entah karena mereka mau fokus atau bagaimana.

"Coba kerjakan soal dibawahnya. Soalnya kan ada  5 semuanya ada hubungannya sama yang saya jelaskan tadi. Habis ini nanti ada 5 pasang tapi yang maju perwakilan, yang saya panggil buat maju entah nomor berapa aja. Jadi kerjakan sebaik mungkin." ucap pak Hadi sebelum duduk dan bermain dengan laptopnya.

Brak

"Gue 1 sama 2, lo 3 4 sama 5." ucap Serena setelah meletakkan tangannya diatas modul supaya Alan tidak bisa fokus kesana lagi.

"Kerjain aja bareng semuanya." jawab Alan kemudian berusaha menggeser tangan Serena. Tapi tangan kanan dengan ikatan jam putih itu tak mau bergeser sedikitpun.

"Nggak. Lama nanti, sesuai gue tadi aja." kekeh Serena.

"Ck, minggir ah ngeyel banget." ulang Alan dan menggeser pelan tangan Serena. Ternyata geserannya membuat tempat pensil itu jatuh dan isinya berserakan.

"Alan! Gimana sih?!" seru Serena tertahan, ia tak mau membuat kegaduhan tapi semuanya sudah nengok kemereka karena suara benda jatuh.

"Kok gue?"

"Nggak usah berusaha ambilin." ancam Serena karena melihat Alan mau menundukkan tubuhnya, Serena kemudian berusaha meraih barang barangnya hingga kepalanya hampir terhantuk meja. Dan memang kalau sudah takdirnya, pas selesai mungut barangnya dia ngedongak dan saat itu juga kepalanya terasa disentuh sebuah tangan.

"Kotor kan ih." gumam Serena disela jantungnya yang tiba tiba terasa ribut karena tau tangan tadi adalah tangan Alan.

"Salah siapa?"

"Ya lo lah, jelas jelas yang ngegeser tangan gue itu lo." balas Serena tak habis pikir. Bagaimana bisa dia seperti mau menyukai Alan yang modelan begini, nggak ada soft softnya jadi laki.

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang