Mira menunduk lesu, Ia mengeluarkan lingerie seksi yang waktu dulu glenca beri kepadanya, Mira belum pernah memakainya karena sangat malu. Lingerie itu benar benar transparan bisa di bilang corak corak bunganya benar benar tidak berguna sama sekali, tidak membuat bukit kembar dan lembah basahnya tertutupi sempurna dan malah membuatnya semakin terpampang jelas.
Sejak melihat bagaimana penampilan dan bentuk badan karyawan Jenar, jujur Mira sedikit insecure.
Bagaimana jika Jenar tergoda kepada mereka?
Melihat bagaimana tatapan beberapa karyawan kepada Jenar bahkan sudah terlihat jelas, mereka menyukai suami tampannya Mira, hanya sesama wanita yang bisa melihat arti tatapan mereka.
Melihat kearah pintu kamar mandi yang tertutup rapat, ada jenar di baliknya tengah membasuh seluruh badan di bawah guyuran shower.
Tangan kecil Mira mulai membentangkan lingerie tipis itu, mulai memakainya secara cepat saat suara shower kini diam tak bersuara.
Mmhh
Lelaki yang entah sejak kapan berdiri di belakang Mira mulai mengusap perut yang demi apapun percuma mira memakai lingerie ini! Jenar mengecup bahu telanjangnya, menyesap sampai kemerahan. Matanya bertatapan dengan siluet tipis Jenar yang penuh gairah. "kamu lagi goda Mas hum?". Mira tersipu malu, jemarinya menarik Jenar untuk duduk di atas ranjang.
"Mas— aku seksi ga?". Jenar mendongak lalu mengangguk.
Mira berjongkok, Jemarinya meremas gundukan besar di balik handuk yang Jenar kenakan.
"Arghh shit!". Dia menggeram nikmat. Gadis itu menyingkap handuk, sundulan jamur keras nan berurat mengenai wajahnya.
Mira mulai menjilatinya seperti permen lolipop yang begitu disukai anak anak, atau eskrim coklat berisi vanilla yang disukai Mira. Lidahnya memutar, menjilat sekeliling kepala Jamurnya. Mmhh enak.
"Masukin sayang". Jenar sudah tidak tahan dengan jilatan lidah dan kecupan bibir kecil Mira di miliknya. Wajahnya merah padam, merasakan hangatnya bibir Mira untuk yang kedua kalinya.
Dia menggeram ngilu, beberapa kali Mira tak sengaja membuat batangnya menyentuh deretan gigi wanita itu. Ngilu tapi itu malah semakin membuat Jenar mendesah keenakan dan mulai mencengkram rambut caramel milik Mira, menekan kepala wanita itu untuk semakin memasukannya kedalam.
"Shit! Arghh— Jangan kena gigi terus sayang". Dia menggeram frustasi. Padahal waktu kemarin Mira sudah terlihat mahir, tapi kali ini wanita itu benar benar terlihat amatiran. Beberapa kali batang kenikmatan Jenar menyentuh deretan gigi Mira sampai rasanya ngilu.
Tangan Jenar secara otomatis ikut menahan dan membantu Mira semakin menurunnya kepalanya melahap habis benda berurat sang pembuat anak.
"Ahh Sshh Hebat– bisa masuk semua". Puji Jenar ikut bangga karena bibir kecil Mira benar benar menelan habis kepemilikannya. Dia menengadah keatas, Jakunnya naik turun, mendesis nikmat seraya tangannya tak berhenti meremas rambut caramel istrinya.
"Ahhh cepet sayang–". Miliknya berdenyut denyut ngilu, menggembung lebih besar dalam mulut gadisnya. Sesuatu mendesak ingin segera keluar.
"Sayang— Mas mau arghh!!". Jenar klimaks menyemburkan sperma sangat banyak di dalam mulut Mira dan separuhnya mengenai wajah istrinya.
"Sayang maaf". Dia segera mengambil tissue dan mengelap cairan di wajah istrinya, tapi wanita itu menghentikan aksi Jenar. Dia bangkit, memposisikan diri duduk mengangkang di atas pahanya, satu tangannya mengarahkan benda keras Jenar di lubang hangatnya.
"Sshh—".
"Arghh— sayang". Rasanya ngilu, Jenar baru saja stor sperma, tapi Mira sudah memaksa memasukkan kembali kedalam lubang kenikmatan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...