"Sayang! Tunggu, Kamu kenapa sih?" Jenar menarik tangan Mira sebelum wanitanya itu kembali pergi menjauh darinya.
Sudah tiga hari sejak percakapan mereka di dapur, Mira selalu menjaga jarak dengannya. Jenar sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba wanita itu menjaga jarak dari dirinya, padahal seingat Jenar, ia tidak mengatakan hal yang salah apapun kepada Mira.
Setiap kali Jenar mendekat Mira selalu menjauh, bahkan sampai di tempat tidur saja Mira membelakangi Jenar.
"Sekarang bilang, kamu kenapa?"
Mira cemberut kesal.
"Mas sadar ga si! Mira itu malu banget sama Mas"
Laki-laki itu mengernyit tak paham. Apa yang membuat wanitanya ini malu sampai harus menjaga jarak dari Jenar selama berhari-hari, "Mas ga paham sayang— malu kenapa?"
Dia menghentakkan kaki, "Mira malu sama Mas, Karena cerita Mas waktu itu. Mas bilang cinta sama Mira pas umur Juan tiga tahun"
"Iya terus kenapa?"
Mira semakin gondok menghentakkan kaki kesal. Dasar suami lemot. Tidak peka! Begitu isi hatinya.
"Mas! Mira malu— dulu Mira ga sopan banget sama Mas, padahal Mas selalu bicara lembut sama Mira. tapi Mira malah— argh Mas tahu sendiri Mira seperti apa!" Antara malu dan kesal. Ya wajar saja sih, dulu Mira tidak memiliki hubungan apapun dengan Jenar dan ditambah Mira sedang masanya remaja menuju dewasa, emosinya seringkali berubah-ubah.
Jenar terkekeh geli. Ternyata hanya karena alasan itu, dia sampai dijauhi sampai tiga hari. "Iya, Mas tahu, kamu suka jawab Mas dengan marah-marah."
"Mas!"
Jenar menarik lengan Mira dan memeluk wanita hamil itu. Desahan nafas terdengar setelahnya, "Mas cinta kamu. Mau segalak apapun kamu, Mas terima"
"Mas, jangan gombal terus!"
"Mas ga gombal"
"Kecup kening Mira kalau Mas ga gombal" Mira mendongak.
Bukan mengecup di kening, laki laki itu justru mencium dalam-dalam pada belah merah milik Mira. Lama sekali, sampai mereka hanyut kembali dalam gelombang gairah yang memabukkan.
"Ah Mas—" Ciuman Jenar turun ke leher dimana dia memberikan banyak tanda setelahnya. Mira mengerang nikmat, ia gigit bibir bawahnya sambil tangan yang tak kalah aktif meremas rambut lelakinya.
"HPL adek kapan sayang?" tanya Jenar yang kemudian bibirnya jatuh pada bukit kembar Mira.
"Masih dua mingguan lagi mmhh ..." Mata Mira terpejam menikmati, geli menyelimuti kedua payudara wanita itu. Lidah Jenar dengan lihai menjilati puting merah hati Mira, menyedotnya dan mulai menyusu seperti balita. "Ahh– Mas sakit"
"Kira-kira boleh ga ya kalau Mas nengokin adek sekarang?" Meski bertanya begitu Jenar tetap melancarkan aksinya. ciumannya naik dan berlabuh pada cuping Mira, Dia mulai bermain main di sana dan sesekali mengigit kecil cuping Mira.
"Mas— jangan main-main deh, Tengokin saja!" Mira tak tahan, kakinya lemas jika harus menunggu lebih lama. Laki laki itu malah sibuk bermain main memberikan rangsangan sedangkan Mira sudah kepalang bergairah.
"Mas tengokin adek, ya— mas janji pelan pelan"
"Iya mas! Cepetan!"
Jenar membawa Mira untuk berbaring di kasur mereka, lalu sibuk melucuti pakaian yang masih menempel pada keduanya. Tidak langsung menuruti kemauan Mira, cowok itu justru mendekatkan wajahnya diantara kedua paha Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
Lãng mạnGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...